99
Tabel 4.22 : Deskriptif Persentase Kemandirian Interval
Frekuensi Persentase
Kriteria 85
≤ 100 17
21,52 Sangat Baik
69 ≤ 84
33 41,77
Baik 3
≤ 68 14
17,72 Cukup Baik
37 ≤ 52
12 15,19
Tidak Baik 20
≤ 36 3
3,80 Sangat Tidak Baik
Jumlah 79 100
Sumber: data primer yang diolah, tahun 2011 Hasil penelitian tentang indikator Kemandirian pada tabel 4.22,
sebanyak 41,77 responden memiliki tingkat kemandirian termasuk dalam kategori baik, hal ini dapat dilihat dari kemampuan para
pegawai yang dapat menyelesaikan pekerjaannya tanpa membebankan kepada rekannya dan tanpa harus diberikan arahan terlebih dahulu oleh
pimpinan selain itu para pegawai juga bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
e. Komitmen kerja
Komitmen kerja merupakan tingkat dimana pegawai mempunyai komitmen kerja dengan perusahaan dan tanggung jawab pegawai
terhadap perusahaan. Pengukuran komitmen kerja menggunakan persepsi pegawai dalam membina hubungan dengan perusahaan dan
tanggung jawab, loyalitas terhadap perusahaan.
100
Hasil analisis deskriptif pada indikator Komitmen kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.23 : Deskriptif Persentase Komitmen kerja Interval
Frekuensi Persentase
Kriteria 84
≤ 100 9
11,39 Sangat Baik
68 ≤ 84
22 27,85
Baik 52
≤ 68 38
48,10 Cukup Baik
36 ≤ 52
5 6,33
Tidak Baik 20
≤ 36 5
6,33 Sangat Tidak Baik
Jumlah 79 100
Sumber: data primer yang diolah, tahun 2011 Hasil penelitian tentang indikator Komitmen kerja pada tabel
4.23, sebanyak 48,10 responden menyatakan bahwa komitmen kerja para pegawai termasuk dalam kategori cukup baik, hal ini dapat dilihat
dari masih ada pegawai yang absen tanpa keterangan atau alasan penting dalam menyelesaikan pekerjaannya, selain itu ada beberapa
pegawai yang tidak begitu menyukai pekerjaan yang dijalani sekarang sehingga apabila ada pekerjaan yang lebih baik mereka akan pindah
atau meninggalkan pekerjaan yang dijalani sekarang.
101
4.1.3.2 Uji Asumsi Klasik 4.1.3.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal Ghozali, 2005:110. Pengujian normalitas dalam
penelitian ini menggunakan grafik Normal P-Plot dan One Sampel Kolmogorov-Smirnov K-S
dengan nilai probabilitas taraf signifikansi 0,05.
Berdasarkan hasi uji normalitas dengan One Sampel Kolmogorov- Smirnov K-S
diperoleh nilai Z sebesar 0,886 dengan probabilitas signifikansi 0,412, karena P value 0,05 maka data berdistribusi
normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 4.24 berikut ini: Tabel 4.24 Hasil Uji Normalitas Data
Sumber:Data Primer yang diolah 2011
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
79 .0000000
6.63757639 .100
.062 -.100
.886 .412
N Mean
Std. Deviation Normal Parameters
a,b
Absolute Positive
Negative Most Extreme
Differences Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. 2-tailed Unstandardiz
ed Residual
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
102
Normalitas data juga dapat dilihat dari grafik Normal P-Plot. Jika titik-titik yang dihasilkan menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis maka data berdistribusi normal tetapi jika titik-titik yang dihasilkan menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti
arah garis diagonal maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Normal P-Plot diketahui
bahwa titik-titik yang dihasilkan menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal sehingga dapat disimpulkan bahwa data
tersebut berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini :
Gambar 4.1 Uji Normalitas
Observed Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Expected Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Kinerja Pegawai
103
4.1.3.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen Ghozali,
2005:57. Model regresi yang benar seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Salah satu cara untuk mendeteksi
multikolinearitas dilakukan dengan melihat hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor
VIF di bawah dari 10 dan nilai tolerance di atas 0,1. Jika nilai VIF nya lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance nya
lebih dari 0,1 maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil dari uji multikolinieritas dengan menggunakan program SPSS 15 adalah sebagai
berikut : Tabel 4.25 Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Data Primer yang Diolah 2011 Berdasarkan hasil uji multikolinearitas terlihat bahwa nilai tolerance
tidak ada yang kurang dari 0,10 baik dari variabel motivasi kerja maupun kepemimpinan transformasional, yang berarti tidak ada korelasi
antar variabel bebas. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hasil
Coefficients
a
.800 1.251
.800 1.251
Motivasi Kepemimpinan
Transformasional Model
1 Tolerance
VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kinerja Pegawai a.
104
tidak ada variabel yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas
dalam model regresi.
4.1.3.2.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain Ghozali, 2005:105. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas, untuk mendeteksi gejala
heterokedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik Scatterplot dengan pola titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y
atau ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot. Jika grafik Scatterplot
titik-titik yang ada membentuk pola tertentu maka terjadi heterokedastisitas tetapi jika grafik Scatterplot dengan pola titik-titik
yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka model regresi tersebut bebas dari masalah heterokedastisitas. Adapun Hasil dari
uji heteroskedastisitas dengan menggunakan program SPSS 15 adalah sebagai berikut :
105
Gambar 4.2 Scatterplot
Berdasarkan hasil uji heterokedastisitas terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 dan tidak membentuk pola
tertentu sehingga model regresi tersebut bebas dari heterokedastisitas.
4.1.3.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Model ini digunakan untuk mengetahui persamaan regresi pengaruh motivasi kerja dan kepemimpinan transformasional terhadap kinerja
pegawai. Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel 4.26 berikut ini :
Regression Standardized Predicted Value
2 1
-1 -2
-3
Re gr
ess io
n Stud en
tize d
R esi
du al
2
-2 -4
Scatterplot Dependent Variable: Kinerja Pegawai
106
Table 4.26 Hasil Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda diperoleh hasil koefisien untuk variabel motivasi kerja sebesar 0,276, koefisien variabel
kepemimpinan transformasional sebesar 0,431 dan konstanta sebesar 5,854 sehingga model regresi yang dihasilkan adalah :
Y = 5,854 + 0,276 X
1
+ 0,431 X
2
+ ei Persamaan regresi tersebut bertanda positif artinya kenaikan variabel
independen akan diikuti kenaikan variabel dependen. Persamaan regresi memiliki arti sebagai berikut :
1. Nilai konstanta = 5,854
Jika variabel motivasi kerja dan kepemimpinan transformasional di asumsikan tetap atau 0, maka kinerja pegawai sebesar 5,854
2. Koefisien Motivasi Kerja X
1
Nilai koefisien motivasi kerja menunjukkan angka sebesar 0,276 menyatakan bahwa setiap terjadi kenaikan 1 poin untuk Motivasi kerja
maka akan diikuti terjadinya kenaikan kinerja pegawai sebesar 0,276.
Coefficients
a
5.854 4.195
1.395 .167
.276 .056
.440 4.959
.000 .431
.093 .409
4.606 .000
Constant Motivasi
Kepemimpinan Transformasional
Model 1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta Standardized
Coefficients t
Sig.
Dependent Variable: Kinerja Pegawai a.
107
3. Koefisien Kepemimpinan Transformasional X
2
Nilai koefisien kepemimpinan transformasional menunjukkan angka sebesar 0,431 menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan 1 poin
untuk kepemimpinan transformasional maka akan diikuti terjadinya kenaikan kinerja pegawai sebesar 0,431.
4.1.3.4 Uji Hipotesis 4.1.3.4.1 Uji Smultan Uji F
Uji simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas motivasi kerja dan kepemimpinan transformasional terhadap
variabel terikat kinerja pegawai secara bersama sama. Berdasarkan pengujian dengan SPSS versi 15 diperoleh output
ANOVA pada tabel berikut ini: Tabel 4.27 : ANOVA
Sumber : Data primer yang diolah, 2011
ANOVA
b
3747.496 2
1873.748 41.439
.000
a
3436.479 76
45.217 7183.975
78 Regression
Residual Total
Model 1
Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Predictors: Constant, Kepemimpinan Transformasional, Motivasi a.
Dependent Variable: Kinerja Pegawai b.
108
Dari uji ANOVA atau F test di dapat nilai F
hitung
sebesar 41.439 dengan tingkat signifikasi 0.000, karena probabilitas signifikan jauh
lebih kecil dari 0.05 maka H
3
diterima, Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan ada pengaruh motivasi kerja dan kepemimpinan
transformasional terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus diterima.
4.1.3.4.2 Uji Parsial Uji t
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas motivasi kerja, kepemimpinan transformasional terhadap variabel terikat yaitu kinerja
pegawai maka perlu dilakukan uji t. Hasil uji parsial dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.28: Coefficients
Sumber : Data primer yang diolah, 2011 Berdasarkan hasil uji parsial untuk variabel motivasi kerja diperoleh
t = 4,959 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, maka H
1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial ada pengaruh positif dan
Coefficients
a
5.854 4.195
1.395 .167
.276 .056
.440 4.959
.000 .431
.093 .409
4.606 .000
Constant Motivasi
Kepemimpinan Transformasional
Model 1
B Std. Error
Unstandardized Coefficients
Beta Standardized
Coefficients t
Sig.
Dependent Variable: Kinerja Pegawai a.
109
signifikan motivasi kerja terhadap terhadap kinerja pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus diterima.
Berdasarkan hasil uji parsial untuk variabel kepemimpinan transformasional diperoleh t = 4,606 dengan nilai signifikansi sebesar
0,000, karena probabilitas signifikan jauh lebih kecil dari 0.05 maka H
2
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial yang ada pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan transformasional terhadap terhadap
kinerja pegawai Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus diterima.
4.1.3.5 Koefisien Determinasi 4.1.3.5.1 Uji Simultan Uji F
Untuk mengetahui besarnya kontribusi motivasi kerja, kepemimpinan transformasional terhadap kinerja pegawai secara
simultan dapat diketahui berdasarkan nilai Adjusted R Square pada tabel model Summary
. Table 4.29 Model Summary
Model Summary
b
.722
a
.522 .509
6.72435 .000
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Sig. F Change Change
Statistics Predictors: Constant, Kepemimpinan Transformasional, Motivasi
a. Dependent Variable: Kinerja Pegawai
b.
110
Berdasarkan tabel Model Summary diketahui bahwa nilai Adjusted R Square
sebesar 0,509, sehingga dapat disimpulkan bahwa kontribusi motivasi kerja dan kepemimpinan transformasional terhadap kinerja
pegawai secara simultan adalah 50,9 dan 49,1 dipengaruhi oleh faktor lain.
4.1.3.5.2 Uji Parsial
Besarnya pengaruh variabel bebas secara parsial dapat diketahui dari kuadrat partial correlation pada tabel 4.30 di bawah ini :
Tabel 4.30 Coefficients
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS diketahui bahwa besarnya koefisien antara X
1
terhadap Y sebesar 0,494 sehingga dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh X
1
terhadap Y sebesar 0,494
2
sama dengan 0,2440 atau 24,40. Besarnya koefisien antara X
2
terhadap Y sebesar 0,467 sehingga dapat diketahui bahwa besarnya pengaruh X
2
terhadap Y sebesar 0,467
2
sama dengan 0,2181 atau 21,81.
Coefficients
a
.623 .494
.393 .800
1.251 .606
.467 .365
.800 1.251
Motivasi Kepemimpinan
Transformasional Model
1 Zero-order
Partial Part
Correlations Tolerance
VIF Collinearity Statistics
Dependent Variable: Kinerja Pegawai a.
111
4.2 Pembahasan