159
Kepemilikan aset produktif dapat meningkatkan coping ability rumahtangga terhadap perubahan-perubahan pendapatan dan pengeluaran.
Merujuk pada uraian di atas, maka terlihat begitu kompleks permasalahan kemiskinan di lahan kering yang juga berkaitan dengan faktor spasial atau
biofisik sumberdaya alam, keterbatasan infrastruktur fisik dan sosial, keterbatasan kepemilikan aset produktif, serta buruknya kondisi ekonomi
keluarga. Karena itu, opsi kebijakan penanggulangan kemiskinan di lahan kering hendaknya merupakan kebijakan terpadu lintas sektor, yang difokuskan pada
kebijakan pembangunan infrastruktur, kebijakan pengembangan modal usaha, serta kebijakan menciptakan kesempatan kerja untuk orang miskin.
6.4. Lahan Campuran
Variabel-variabel yang mempunyai pengaruh besar terhadap konsumsi rumahtangga pada agroekosistem lahan campuran antara lain: variabel kloset
jenis plengsenganjemplung, lalu lintas sebagian keluarga melalui darat, lantai per kapita lebih besar dari 10 m
2
, persentase pengeluaran untuk makanan 25.1- 50 persen, persentase pengeluaran untuk makanan 50.1-75 persen, persentase
pengeluaran untuk pendidikan 10.1-20 persen, sumber air mandicuci berasal dari PAM, sumber penghasilan dari pertambangan, sumber penghasilan dari
peternakan, tempat membuang air besar di desa-jamban bersama. Secara lengkap pada Tabel 40 disajikan hasil analisis regresi penciri kemiskinan dimana
garis kemiskinan GK dinaikkan 10 dan 20 persen. Semakin besar nilai Beta,
semakin besar pengaruh variabel tersebut tehadap pengeluaran konsumsi. Hasil analisis menjelaskan bahwa beberapa variabel penciri yang paling
besar pengaruhnya terhadap kemiskinan di agroekosistem lahan kering yaitu persentase pengeluaran untuk makanan 50.1-75 persen, diikuti oleh sumber
penghasilan dari peternakan, dan persentase pengeluaran untuk makanan
160
berkisar antara 25.1- 50 persen. Temuan ini menyiratkan bahwa jika ada kenaikan harga makanan, seperti kenaikan harga beras, maka akan memberi
dampak yang besar terhadap kemiskinan di lahan campuran. Variabel lainnya yang berpengaruh adalah sumber penghasilan dari peternakan. Hal ini memberi
makna bahwa kemiskinan di lahan campuran berasosiasi dengan sumber penghasilan dari peternakan, dan sensitif terhadap gejolak harga input atau
sarana produksi. Tabel 40. Pengaruh Beta Untuk Variabel Dengan Beta Lbih Dari 0.10 di Lahan
Campuran
Variabel GK
GK110 GK120
Jenis kloset : PlengsenganJemplung 10.7
Lalu lintas sebagian keluarga : Darat 15.0
23.8 22.5
Luas lantai perkapita : 10 m
2
18.4 19.4
19.3 Persen pengeluaran untuk makanan : 25.1
- 50 21.6
21.4 21.5
Persen pengeluaran untuk makanan : 50.1 - 75
99.6 97.2
97.1 Persen pengeluaran untuk pendidikan :
10.1 - 20 13.5
12.3 12.4
Sumber air mandicuci : PAM 19.8
Sumber penghasilan dari pertambangan : Ya 12.9
Sumber penghasilan dari peternakan : Ya 33.1
31.7 31.7
Tempat membuang air besar di desa : Jamban bersama
10.0 Sumber: Hasil Perhitungan
Keterangan: GK= garis kemiskinan; = dalam persen , sel yang kosong berarti Beta 0.10
Pada skenario GK dinaikkan 10 persen dan GK dinaikkan 20 persen maka yang menjadi penciri utama adalah
lalu lintas sebagian keluarga darat, luas lantai per kapita lebih besar dari 10 m
2
, persentase pengeluaran untuk makanan 25.1-50 persen, persentase pengeluaran untuk makanan berkisar
antara 50.1-75 persen, persentase pengeluaran untuk pendidikan 10.1-20 persen, dan sumber penghasilan dari peternakan. Dengan demikian, ada empat
variabel yang kurang berpengaruh yaitu kloset jenis plengsenganjemplung, sumber air mandicuci PAM, sumber penghasilan dari pertambangan, tempat
161
membuang air besar di desa-jamban bersama. Pada skenario ini pengeluaran untuk makanan dan sumber penghasilan menjadi penciri utama.
Tabel 41. Variabel Penciri Kemiskinan di Lahan Campuran
Variabel Penciri Kelompok
Jenis kloset : PlengsenganJemplung Kondisi fisik rumah tangga
Lalu lintas sebagian keluarga: Darat Infrastruktur fisik dan sosial
Luas lantai perkapita: 10 m2 Kondisi fisik rumah tangga
Pengeluaran untuk makanan: 25.1 - 50 Kondisi ekonomi rumahtangga
Pengeluaran untuk makanan: 50.1 - 75 Kondisi ekonomi rumahtangga
Pengeluaran untuk pendidikan: 10.1 - 20 Kondisi ekonomi rumahtangga
Sumber air mandicuci: PAM Infrastruktur fisik dan sosial
Sumber penghasilan dari pertambangan Infrastruktur fisik dan sosial
Sumber penghasilan dari peternakan Infrastruktur fisik dan sosial
Tempat membuang air besar di desa: Jamban bersama
Infrastruktur fisik dan sosial
Jika dilihat dari dua sisi kemiskinan yaitu dari sisi pengeluaran dan dari sisi pendapatan, maka dari sisi pengeluaran kemiskinan sangat ditentukan oleh
variabel penciri yang paling besar pengaruhnya terhadap kemiskinan di agroekosistem lahan campuran yaitu persentase pengeluaran untuk makanan
50.1-75 persen, diikuti oleh sumber penghasilan dari peternakan, berikutnya persentase pengeluaran untuk makanan 25.1-50 persen. Variabel ini
menjelaskan bahwa jika ada kenaikan harga makanan, seperti kenaikan harga beras dan kebutuhan pokok lainnya, maka berpotensi besar meningkatkan
insiden kemiskinan di lahan campuran. Selanjutnya, karena variabel sumber penghasilan dari peternakan juga memberikan pengaruh yang cukup besar,
maka jika terjadi gejolak kenaikan harga input sarana produksi maka sangat berpengaruh terhadap pengeluaran rumahtangganya.
162
Kepemilikan modal fisik seperti kondisi rumah dapat mempengaruhi coping ability rumahtangga terhadap perubahan pengeluaran atau pendapatan.
Coping ability yang rendah dapat mengakibatkan rumahtangga rentan jatuh ke bawah garis kemiskinan. Selain itu, modal fisik rumahtangga dapat memperluas
peluang-peluang kerja dan usaha keluarga, antara lain sebagai agunan pinjaman modal. Selanjutnya, baik dari sisi pengeluaran maupun pendapatan, kemiskinan
di lahan campuran juga ditentukan oleh kondisi infrastruktur fisik dan sosial seperti dijelaskan oleh variabel lalu lintas darat sebagian keluarga sumber air
mandicuci PAM, tempat membuang air besar di desa jamban bersama.
6.5. Dataran Tinggi