Data Survei Sosial Ekonomi Nasional dan Potensi Desa Kemiskinan dan Kerentanan

57

3.4.2. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional dan Potensi Desa

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas dan Potensi Desa Podes ditelaah untuk mengetahui ketersediaan data dan bagaimana kedua hasil survei tersebut dapat dihubungkan untuk memenuhi analisis pada penelitian ini. Telaahan mencakup substansi informasi, sampel dan instrumen yang digunakan pada kedua survei tersebut.

3.4.3. Kemiskinan dan Kerentanan

Indikator kemiskinan dianalisis dengan menghitung: 1 rasio H Headcount Index untuk menghitung persentase populasi yang hidup dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita di bawah garis kemiskinan, 2 indeks kedalaman kemiskinan the depth of poverty or the poverty gap index untuk mengukur seberapa miskin atau seberapa jauh dari garis kemiskinan suatu individu yang hidup dalam keluarga yang pengeluaran konsumsinya di bawah garis kemiskinan, dan 3 indeks keparahan kemiskinan. Insiden dan kedua indeks tersebut diukur dengan menggunakan formula Foster, Greer dan Thorbecke FGT Index. Kerentanan terhadap kemiskinan didefinisikan sebagai kerentanan terhadap garis kemiskinan Vulnerability to Poverty Line yakni probabilitas rumahtangga keluar dari garis kemiskinan atau kerentanan berdasarkan Headcount Poverty Rate. Dalam penelitian ini, kerentanan diukur berdasarkan aspek ekonomi bila terjadi perubahan-perubahan akibat gangguan eksternal fragile economic based and frequent exposure to shock and fluctuation, ataupun gangguan mencari nafkah suatu individu dalam rumahtangga. Dalam penelitian ini, diasumsikan garis kemiskinan naik sebesar 10 persen dan 20 persen; sehingga dapat dilihat laju kenaikan indikator 58 kemiskinan dan elastisitasnya. Sifat kemiskinan sementara transient poverty ataupun kronis chronic poverty diukur dengan probabilitas keluar dari kemiskinan. Seseorang dinyatakan miskin kronis apabila ia hidup dalam rumahtangga yang mempunyai probabilitas keluar dari kemiskinan atau peluang untuk keluar dari batas miskin lebih kecil dari 0.5. Untuk menganalisis elastisitas kemiskinan yakni perubahan indikator kemiskinan akibat pengaruh garis kemiskinan, diskenariokan atau disimulasikan garis kemiskinan naik 10 persen dan 20 persen. Angka tersebut digunakan mengacu pada kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa yang mendorong garis kemiskinan. Pada studi yang dilakukan oleh BPS juga digunakan simulasi sebesar 20 persen untuk mengukur rumahtangga katagori hampir miskin di Indonesia secara keseluruhan. Parameter kemiskinan dengan pendekatan pengeluaran konsumsi diestimasi dengan menggunakan teknik ekonometri terhadap data Susenas dan Podes. Teknik ini dipilih karena lebih memberikan keleluasaan berkreatifitas untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko terhadap pendapatan ataupun pengeluaran pada masa yang akan datang, dan sekaligus memungkinkan untuk menganalisis magnitut tingkat kerentanan. Penggunaan teknik ini sudah memenuhi persyaratan yaitu tersedianya dua macam data dari cross-section survey yakni Susenas dan Podes.

3.4.4. Karakteristik Rumahtangga Miskin