46
Menguraikan mana sebab dan mana akibat dari kemiskinan pada hakikatnya adalah sulit. Kadangkala sebab-sebab kemiskinan dapat dilihat
sebagai akibat-akibat dari kemiskinan. Karena itu, analisis-analisis pada kemiskinan pada umumnya mencari faktor-faktor yang berkorelasi dengan
kemiskinan atau hubungan-hubungan, bukan sebagai hubungan sebab-akibat. Dengan pemahaman terhadap faktor-faktor yang berkorelasi dengan
kemiskinan, maka dapat dirancang alternatif kebijakan penanggulangannya. Penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan dengan menggerakkan aktivitas
ekonomi. Aktivitas ekonomi di lingkungan perdesaan dan pertanian dapat dilakukan melalui penumbuhan sentra-sentra ekonomi untuk menggerakkan
matapencarian dengan meningkatkan peluang usaha dan peluang kerja yang berkelanjutan sustainable livelihood. Hal ini penting, mengingat lebih dari tiga
per empat penduduk pertanian dan perdesaan di Indonesia menggantungkan matapencarian utamanya pada ketersediaan sumberdaya alam.
Selain itu, masih terbuka peluang-peluang untuk menggerakkan aktivitas ekonomi pertanian dan perdesaan dengan meningkatkan daya dukung
agroekosistem melalui perbaikan modal sumberdaya manusia dan sumberdaya fisik serta infrastruktur dengan memperhatikan faktor lokasinya. Perbaikan-
perbaikan tersebut akan efektif bila penanganannya sesuai dengan tipologi kemiskinan dan kerentanannya. Hal tersebut dapat dicapai dengan intervensi
yang tepat antara lain berdasarkan analisis tipologi kemiskinan dan kerentanan berbasis agroekosistem.
3.2. Analisis Tipologi Kemiskinan
Multikompleks kemiskinan dapat dijelaskan melalui analisis tipologi kemiskinan dan kerentanan dan faktor penciri atau variabel-variabel yang
melekat pada rumahtangga miskin berbasis agroekosistem sebagaimana
47
diuraikan diatas. Karena itu, tipologi kemiskinan dan kerentanan rumahtangga miskin dan faktor pencirinya layak diteliti.
Disamping itu, tipologi kemiskinan dan kerentanan tiap agroekosistem dapat menjelaskan bahwa kemiskinan tidak secara acak terjadi, tetapi mengikuti
pola-pola sistematis systematic patterns yang secara struktural berkorelasi kuat dengan agroekosistem. Sebagian rumahtangga miskin pada tiap agroekosistem
terperangkap dalam kemiskinan spatial poverty trap yang begitu dalam dan sulit melewati
ambang batas
miskin tanpa
upaya-upaya sistematis
dan berkesinambungan. Analisis tersebut di atas diyakini dapat menjadi alternatif opsi
dalam kebijakan penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Tipologi ini dibangun dengan maksud memberikan arah bagi target
pengurangan kemiskinan. Tipologi kemiskinan dan kerentanan pada disertasi ini mempresentasikan karakter dan magnitutnya. Tipologi tersebut meliputi: a
Indikator kemiskinan yakni insiden kemiskinan, kedalaman kemiskinan, dan keparahan kemiskinan, b Kerentanan dan c Sifat kemiskinan. Tipologi
kemiskinan menjelaskan besaran jumlah dan persentase rumahtangga miskin, seberapa dalam dan parah kemiskinan tersebut. Selanjutnya, tipologi ini juga
menjelaskan seberapa
rentan rumahtangga
miskin terhadap
gejolak perekonomian dan bagaimana sifat kemiskinannya; apakah bersifat kronis
ataukah tidak kronis. Keragaman sekaligus kekhasan tipologi kemiskinan berdasarkan
pendekatan agroekosistem ini dapat dipahami mengingat agroekosistem di Indonesia menunjukkan karakter dan magnitut yang beragam dimana tiap
agroekosistem memiliki kekhasan fenomena kemiskinan. Dengan menganalisis tipologi kemiskinan akan diketahui bagaimana karakter dan magnitut kemiskinan.
Bagaimana kehidupan orang miskin diketahui dengan faktor penciri yang melekat
48
pada rumahtangga miskin. Upaya-upaya pengurangan kemiskinan layaknya menggunakan tipologi dan faktor penciri sebagai referensi bagi penentuan arah,
sasaran dan jenis intervensi. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk pengurangan kemiskinan
dilakukan melalui dua jalur yakni peningkatan pendapatan dan pengurangan pengeluaran penduduk. Pengurangan kemiskinan, baik insiden kemiskinan
maupun kerentanan terhadap kemiskinan, dapat ditempuh dengan mengurangi pengeluaran penduduk miskin dan atau meningkatkan pendapatannya. Selain
itu, dapat dilakukan melalui perbaikan distribusi pendapatan; antara lain memberikan subsidi, mendekatkan akses penduduk pada fasilitas publik dan
usaha-usaha produktif. Penanggulangan kemiskinan didasari pemikiran bahwa pengurangan
kemiskinan dalam jangka menengah dan panjang mencakup dua hal yaitu yang penting dipikirkan secara bersamaan dan dalam suatu kesatuan unified
framework yaitu pengurangan insiden kemiskinan poverty alleviation dan mengurangi kerentanan terhadap kemiskinan poverty prevention. Pengurangan
jumlah penduduk miskin dengan mencegah penduduk jatuh kepada kondisi miskin sangat penting dalam konsep pengurangan kemiskinan melalui
pemberdayaan masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri. Dengan pemberdayaan ini, upaya pengurangan kemiskinan dapat dilakukan secara
berkelanjutan, mengurangi beban sosial masyarakat dan mengurangi ketergantungan terhadap anggaran belanja pemerintah.
Data sosial ekonomi rumahtangga dapat diperoleh dari data Susenas. Namun, untuk mempelajari insiden kemiskinan lebih spesifik dengan karakteristik
sosial ekonomi pada agroekosistem tertentu, maka diperlukan data lain yakni Potensi Desa. Opsi kebijakan pengurangan kemiskinan yang mencakup upaya
49
kuratif dan upaya preventif dapat dirumuskan dengan tepat melalui pemahaman karakteristik penduduk miskin yang berbeda dari agroekosistem satu dengan
agroekosistem lainnya. Karakteristik kemiskinan terkait erat dengan lokasi lingkungan tempat tinggalnya yang seterusnya akan mempengaruhi peluang-
peluang ekonomi dan matapencariannya. Untuk merumuskan opsi kebijakan, selain berdasarkan hasil temuan dan
simulasi yang dilakukan pada penelitian ini juga diperlukan tinjauan kebijakan pengurangan kemiskinan yang telah dilakukan. Untuk menghitung proporsi
penduduk miskin pada lokasi penelitian yang ditetapkan, digunakan formula FGT yang akan menghasilkan gambaran insiden kemiskinan, kedalaman dan
keparahan kemiskinan.
3.3. Faktor Penciri Kemiskinan dan Kerentanan