Jenis dan Sumber Data

72 ditanggung oleh kepala keluarga. Hal ini untuk menghindari bias pengeluaran antara rumahtangga dengan perbedaan jumlah tertanggung. Karena garis kemiskinan dihitung per kapita, maka kembali dilakukan transfer dengan mengalikan jumlah anggota keluarga dalam rumahtangga. Logaritma terhadap pengeluaran digunakan karena rentang pengeluaran rumahtangga sangat besar yakni berkisar antara Rp. 12 925 sampai dengan Rp. 32 467 788. Asumsi yang digunakan adalah bahwa penduduk membelanjakan semua pendapatannya pada bundel yang tercakup dalam batas miskin, dan multidimensi kemiskinan dikonversikan dalam pengeluaran penduduk; baik untuk kesehatan, maupun untuk pendidikan dan perbaikan lingkungannya. Parameter-parameter persamaan tersebut di atas akan diestimasi dengan pendekatan Logit dengan menggunakan metoda Maximum Likelihood Estimation. Dengan demikian, model yang akan dikembangkan adalah model kemiskinan menurut agroekosistem. Uji proporsi untuk menguji perbedaan insiden kemiskinan antar agroekosistem yang bersifat eksklusif dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: − = i i i e e i ο χ 2 2 dimana: O i = frekwensi pengamatan . e i = frekwensi harapan

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang diolah adalah pengeluaran konsumsi rumahtangga dan karakteristiknya bersumber dari data hasil Susenas yang dikeluarkan oleh Badan 73 Pusat Statistik. Data karakteristik desa menggunakan data pada Potensi Desa yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik sebagai berikut:

1. Susenas Kor Tahun 2004

Informasi yang diperoleh dari Susenas adalah informasi karakteristik rumah tangga antara lain: kondisi fisik, kondisi kesehatan, kondisi pendidikan, dan keadaan ekonomi rumah tangga. Data Susenas 2004 dipilih karena data ini adalah data terbaru pada saat pengolahan data ini berlangsung.

2. Potensi Desa Tahun 2003

Informasi yang diperoleh dari Podes 2003 adalah informasi karakteristik desa di mana rumah tangga tinggal. Informasi tersebut antara lain: informasi berbagai fasilitas desa, kegiatan sosial-ekonomi desa, dan sejarah desa terhadap bencana alam.

3. Garis Kemiskinan Tahun 2004

Garis Kemiskinan menggunakan Garis Kemiskinan tahun 2004.

V. TIPOLOGI KEMISKINAN DAN KERENTANAN

Pada tahap pertama pengolahan data, dilakukan transfer data dari Podes 2003 ke Susenas 2004. Ternyata, dari 14.011 desa pada sample SUSENAS 13.349 diantaranya mempunyai informasi yang sesuai dengan PODES. Hanya 4.7 persen desa SUSENAS yang tidak mempunyai informasi pada PODES. Hal ini disebabkan adanya pemekaran desa baru pada SUSENAS dan tidak terdapat kesesuaian kode desa antar kedua sumber data tersebut. Jumlah rumahtangga nasional berdasarkan agroekosistem dapat dilihat pada Tabel 3 yakni jumlah rumahtangga yang dimasukkan dalam analisis dan merupakan nilai hasil pembobotan. Tabel 3. Jumlah Rumahtangga berdasarkan Agroekosistem Tahun 2005 Lokasi Jumlah Nasional 53 200 353 Lahan Basah 2 126 747 Lahan Kering 36 477 953 Lahan Campuran 14 595 653 PantaiPesisir 5 024 955 Dataran Tinggi 37 072 835 Sekitar Hutan 7 475 226 Sumber: BPS 2003 dan BPS 2004 data diolah 5.1. Nasional 5.1.1. Indikator Kemiskinan

5.1.1.1. Insiden Kemiskinan Nasional

Insiden kemiskinan nasional berdasarkan hasil penghitungan FGT Index, diperoleh Headcount Index P sebesar 13.1 persen dari total rumahtangga nasional 53 200 353 rumahtangga atau sebanyak 6 969 246 rumahtangga