Kebijakan dan Program Pengurangan Kemiskinan di Indonesia

33 terhadap kebutuhan dasar lainnya kesehatan, pendidikan, sanitasi yang baik, air bersih dan transportasi, c lemahnya kemampuan untuk melakukan akumulasi kapital, d rentan terhadap goncangan faktor eksternal yang bersifat individual maupun massal, e rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan penguasaan sumberdaya alam, f ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, h terbatasnya akses terhadap kesempatan kerja secara berkelanjutan, i ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik maupun mental, dan j mengalami ketidakmampuan atau ketidakberuntungan sosial.

2.4. Kebijakan dan Program Pengurangan Kemiskinan di Indonesia

Secara garis besar, penanggulangan kemiskinan di Indonesia sampai dengan tahun 2005 dilakukan melalui dua pendekatan yaitu: 1 pengembangan masyarakat dan 2 jaringan pengaman sosial dengan pendekatan berdasarkan masyarakat, pemerintah mengimplementasikan program Pengembangan Prasarana Perdesaan dan Program Kemiskinan Perkotaan. Sedangkan dalam Jaringan Pengaman Sosial terdapat program-program yaitu Keamanan Pangan, Perlindungan Sosial melalui pendidikan dan kesehatan, ketenagakerjaan dan peningkatan pendapatan serta pemberdayaan masyarakat. Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal P3DT dimulai pada tahun anggaran 19941995 meliputi konstruksi dan rehabilitasi prasarana jalan di perdesaan, jembatan, air minum dan sanitasi. Program ini menjangkau 17 persen dari jumlah desa di Indonesia atau 40 persen dari desa yang kurang berkembang. Program Pengembangan Kecamatan menyediakan dana pengembangan aktivitas ekonomi dan prasarana umum senilai 750 juta sampai 1 milyar rupiah per kecamatan. Program ini meliputi 727 kecamatan yang tergolong miskin, atau 5.100 desa dengan total penduduk 11 juta. 34 Urban Poverty Program atau program penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang meliputi sebagian besar kota-kota di pulau Jawa, dengan target populasi 24 juta jiwa. Proyek ini menyediakan dana untuk peningkatan pendapatan penduduk miskin secara kolektif grup dan sebagian prasarana umum. Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan atau Integrated Movement merupakan kegiatan yang dikenal dengan Gerdu Taskin. Proyek ini menyediakan makanan gratis, perbaikan gizi, subsidi kontrasepsi, skema kredit seperti Takesra dan kredit Taskin. Social Safety Net Jaring Pengaman Sosial dimulai pada tahun anggaran 19981999 untuk menanggulangi dampak krisis ekonomi dengan budget 9.4 trilyun. Cakupan kegiatannya yaitu: 1 ketahanan pangan, operasi pasar khusus, pengembangan peternakan ayam, rehabilitasi prasarana pemijahan udang, 2 perlindungan sosial melalui pendidikan, beasiswa dan bantuan operasional sekolah, 3 perlindungan sosial melalui kesehatan kesejahteraan sosial, makanan tambahan untuk siswa SD, 4 ketenagakerjaan dan peningkatan pendapatan, dan 5 pemberdayaan masyarakat dan pemberdayaan daerah dalam mengatasi dampak krisis ekonomi. Pada tahun 2002, pemerintah membentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan KPK melalui Keppres No 124 tahun 2002, yang diketuai oleh Menko Kesra dan dengan wakilnya Menko Ekonomi. KPK bertugas mengkoordinasikan penyusunan dan kebijakan program penanggulangan kemiskinan. Sasaran pemerintah dalam lima tahun 2000-2004 jumlah penduduk miskin absolut berkurang 40 dari tingkat kemiskinan 1999, atau menjadi 28,86 juta jiwa pada tahun 2004. Upaya penurunan kemiskinan 2003-2004 dilaksanakan melalui dua pendekatan yaitu: 1 peningkatan pendapatan 35 masyarakat miskin, sehingga masyarakat miskin memperoleh peluang, kemampuan pengelolaan, dan perlindungan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam berbagai kegiatan ekonomi, sosial budaya, politik, hukum, dan keamanan dan 2 pengurangan pengeluaran masyarakat miskin dalam mengakses kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang mempermudah dan mendukung kegiatan sosial ekonomi. Namun, hingga saat ini program KPK tersebut belum terlihat implementasinya di lapangan. 36

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Aspek-Aspek Kemiskinan Berbasis Agroekosistem

Kemiskinan bersifat multikompleks; dapat dipandang sebagai akibat dari suatu keadaan, tetapi secara bersamaan juga bisa dipandang sebagai sebab dari suatu keadaan. Di Indonesia, kemiskinan bersifat multifacets; yang keragaannya dapat dijelaskan dengan berbagai pendekatan. Untuk mengerti tentang kemiskinan, haruslah dilihat bagaimana kehidupan orang miskin dengan menggunakan pendekatan multidisiplin. Penanggulangan kemiskinan dapat dicapai juga dengan berbagai pendekatan; tidak ada satu ’resep’ yang berlaku untuk semua keadaan. Kemiskinan dan berbagai upaya penanggulangannya khususnya di Indonesia memperlihatkan kompleksitas permasalahan kemiskinan. Dalam tinjauan makro, pengurangan kemiskinan dengan memacu pertumbuhan ekonomi merupakan prioritas utama. Dalam upaya pengurangan kemiskinan, perbaikan dimensi ekonomi saja tidaklah cukup; diperlukan dimensi selain ekonomi. Pertumbuhan ekonomi growth yang berkelanjutan sustainable merupakan keharusan necessary tetapi belumlah cukup insufficient; diperlukan upaya distribusi pendapatan yang berkeadilan. Dimensi ekonomi yang menjadi prasyarat harus dilakukan bersamaan dengan dimensi non ekonomi yang meliputi bidang sosial, politik dan hukum. Disertasi ini tidak meneliti hal tersebut, namun mengadopsi pemikiran bahwa dimensi ekonomi dan non ekonomi sebagaimana disebutkan di atas menjadi prasyarat setiap kebijakan. Opsi kebijakan pengurangan kemiskinan yang ditawarkan pada disertasi ini dapat berjalan bersamaan dengan upaya perbaikan prasyarat dimensi ekonomi dan non ekonomi tersebut.