lotion yang dihasilkan relatif aman digunakan. Selain itu, nilai pH skin lotion yang
dihasilkan berada pada kisaran skin lotion komersial Lampiran 23. Nilai pH tertinggi terdapat pada skin lotion tanpa penggunaan natrium
alginat, sedangkan nilai pH terendah terdapat pada skin lotion dengan penggunaan natrium alginat 2. Natrium alginat yang digunakan memiliki pH 5,48 sehingga
semakin tinggi penggunaan natrium alginat maka pH skin lotion semakin menurun. Skin lotion kontrol menggunakan setil alkohol dan tanpa natrium
alginat memiliki pH yang lebih rendah dibandingkan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat. Hal ini disebabkan adanya penggunaan setil alkohol
dengan pH 6-6,5 sehingga dapat menurunkan pH skin lotion kontrol. Kulit memiliki epidermis yang merupakan pelindung dasar terhadap
kehilangan air dan nutrisi. Bagian atas epidermis yaitu stratum corneum dengan lapisan film pelindung yang disebut mantel asam Siegenthaler 2005. Levin dan
Maibach 2007 menyatakan bahwa kerusakan mantel asam akibat perubahan pH menyebabkan kulit menjadi kering, pecah-pecah, sensitif, mudah terinfeksi bakteri
dan penyakit kulit. Semakin jauh perubahan pH, maka kulit akan semakin teriritasi. Dengan demikian, diduga produk skin lotion yang dihasilkan relatif
aman karena memiliki nilai pH yang tidak terlalu jauh dengan pH fisiologis kulit.
4.2.2.3. Stabilitas emulsi
Stabilitas emulsi menunjukkan kestabilan suatu bahan dimana emulsi yang terdapat dalam bahan tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk lapisan
yang terpisah. Emulsi yang tidak stabil dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain komposisi bahan yang tidak tepat, ketidakcocokan bahan, kecepatan dan
pencampuran yang tidak tepat, pemanasan dan penguapan yang berlebihan, jumlah dan pemilihan emulsifier yang tidak tepat, pembekuan, serta guncangan
mekanik atau getaran Suryani et al. 2000. Hasil analisis menunjukkan bahwa kestabilan skin lotion yang dihasilkan
menunjukkan hasil yang sama yaitu 100. Kestabilan ini ditunjukkan dengan tidak adanya lapisan yang terpisah. Dalam pengujian ini, tidak ada perubahan
fisika maupun kimia yang terjadi. Perubahan kimia yang dapat terjadi yaitu perubahan warna dan bau, sedangkan perubahan fisika yang dapat terjadi yaitu
pemisahan fase dan peretakan. Perubahan ini menunjukkan emulsi yang tidak stabil Mitsui 1997.
Kestabilan emulsi
pada skin lotion
ini dipengaruhi oleh faktor mekanis, temperatur, dan proses pembentukan emulsi. Faktor-faktor ini merupakan faktor
kritis yang mempengaruhi kestabilan emulsi. Menurut Silva et al. 2006, emulsi berbentuk droplet dan ukurannya dipengaruhi oleh laju pengadukan selama proses
emulsifikasi. Semakin kecil dan seragam bentuk droplet, maka emulsi akan semakin stabil.
Dreher et al
. 1997 menyatakan bahwa stabilitas emulsi akan meningkat dengan adanya penambahan polimer yang sesuai dalam fase pendispersi. Hal ini
dapat mecegah terjadinya penggabungan partikel-partikel sejenis yang mengakibatkan terjadinya pemisahan fase. Penggunaan hidrokoloid seperti alginat
merupakan suatu bahan yang kuat untuk mempertahankan kestabilan emulsi Rieger 1994. Natrium alginat dapat digunakan sebagai penstabil dalam skin
lotion dan krim dengan konsentrasi 0,5-2 McNeely dan Pettitt 1973.
4.2.2.4. Penyusutan berat
Analisis terhadap penyusutan berat bertujuan untuk mengetahui kemampuan humektan yang terkandung pada skin lotion dalam mempertahankan kandungan
air sehingga kelembaban kulit saat pemakaian skin lotion tersebut dapat terjaga. Humektan ditambahkan pada produk lotion untuk mengurangi kekeringan ketika
disimpan pada suhu ruang Mitsui 1997. Analisis dilakukan dengan mengamati skin lotion
di tempat terbuka dan diletakkan secara merata di atas plastik yang kedap air. Efektivitas humektan dapat terlihat dari kemampuan skin lotion dalam
mempertahankan air. Kehilangan air pada skin lotion akan menyebabkan penyusutan berat. Semakin tinggi penyusutan berat menunjukkan semakin tinggi
pula kehilangan air pada skin lotion tersebut. Skin lotion yang mengalami kehilangan air paling banyak mengindikasikan bahwa kemampuan humektannya
lebih rendah. Hasil uji keragaman
α=0,05 menunjukkan bahwa penggunaan natrium alginat mempengaruhi total kehilangan air produk Lampiran 15. Pada uji lanjut
Duncan, skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2 berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 0,5; 1; 1,5; dan skin lotion tanpa
penggunaan natrium alginat Lampiran 16. Hal ini disebabkan kemampuan alginat sebagai humektan. Penyusutan berat skin lotion berkisar antara 2,87-
5,02. Nilai ini berada dalam kisaran penyusutan berat skin lotion komersial, yaitu antara 2,46-5,99 Lampiran 23. Penyusutan berat skin lotion yang
dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 14.
Huruf superscript menunjukkan hasil uji Duncan
Gambar 14. Penyusutan berat skin lotion Gambar 14 menunjukkan bahwa penyusutan berat tertinggi terdapat pada
skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat, sedangkan skin lotion dengan
penggunaan natrium alginat 2 memiliki penyusutan berat terendah. Semakin tinggi konsentrasi natrium alginat yang digunakan, maka semakin rendah
penyusutan berat skin lotion. Hal ini berarti kemampuan humektan yang terkandung dalam skin lotion semakin baik karena alginat memiliki gugus
karboksil dan gugus hidroksil yang dapat membantu mempertahankan air dalam skin lotion
. Sifat koloid yang dimiliki alginat merupakan keuntungan dalam pemanfaatannya sebagai moisturizing agent, sehingga dapat mempertahankan
kelembaban dan elastisitas kulit Yunizal 2004. Penyusutan
berat skin lotion
kontrol menggunakan setil alkohol dan tanpa natrium alginat lebih rendah dibandingkan skin lotion tanpa penggunaan natrium
alginat, walaupun keduanya menggunakan gliserin pada formulasi yang berfungsi sebagai humektan. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kekentalan karena skin lotion
tanpa penggunaan natrium alginat merupakan skin lotion yang paling encer,
sehingga air lebih cepat menguap dibandingkan skin lotion kontrol yang menggunakan setil alkohol sebagai bahan pengental.
4.2.3. Total mikroba