Absorpsi kosmetika melalui kulit terjadi karena kulit mempunyai celah anatomis yang dapat menjadi jalan masuk zat-zat yang melekat diatasnya. Celah
tersebut adalah celah antar sel epidermis, celah folikel rambut, dan celah antar sel saluran kelenjar keringat. Mekanisme masuknya kosmetika ke dalam kulit tidak
hanya terjadi secara fisik dengan menyelinapnya molekul kosmetika ke dalam kulit, tetapi molekul tersebut dapat masuk ke dalam kulit secara kimiawi melalui
proses difusi dan osmosis. Produk kosmetika yang memiliki pH sangat asam atau sangat basa dapat menyebabkan kulit teriritasi. Oleh sebab itu, pH produk
kosmetika sebaiknya dibuat sesuai dengan pH kulit, yaitu antara 4,5-7,5 Wasitaatmadja 1997.
Pelembab diperlukan oleh kulit untuk mempertahankan struktur dan fungsinya. Berbagai faktor baik dari luar tubuh eksternal maupun dari dalam
tubuh internal dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, misalnya: udara kering, sinar matahari, umur lanjut, dan berbagai penyakit kulit. Faktor-faktor
tersebut membuat kulit menjadi lebih kering akibat kehilangan air oleh penguapan. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah
untuk mencegah kekeringan yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit Wasitaatmadja 1997.
2.2. Skin Lotion
2.2.1. Definisi skin lotion
Lotion merupakan salah satu bentuk emulsi, didefinisikan sebagai campuran
dari dua cairan yang tidak saling bercampur, yang distabilkan dengan sistem emulsi dan jika ditempatkan pada suhu ruang, berbentuk cairan yang dapat
dituang Rieger 1994. Menurut Silva et al. 2006, emulsifikasi merupakan proses pendispersian suatu larutan ke dalam larutan yang tidak saling bercampur.
Emulsi berbentuk droplet dan ukurannya dipengaruhi oleh laju pengadukan selama proses emulsifikasi.
Dua cairan yang tidak saling bercampur cenderung membentuk tetesan- tetesan jika diaduk secara mekanis. Jika pengocokan dihentikan, tetesan akan
bergabung menjadi satu dengan cepat dan kedua cairan tersebut akan memisah. Lamanya terjadi tetesan tersebut dapat ditingkatkan dengan menambahkan suatu
pengemulsi. Biasanya hanya ada satu fase yang bertahan dalam bentuk tetesan
untuk jangka waktu yang cukup lama. Fase ini disebut fase dalam fase terdispersi atau fase diskontinu dan fase ini dikelilingi fase luar atau fase kontinu. Ada dua
bentuk emulsi dalam bahan dasar kosmetik, yaitu emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air, sehingga disebut emulsi minyak dalam air,
biasanya diberi tanda “ma”. Sebaliknya, emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai “am”
Rieger 1994. Pada emulsi kosmetik, dua fase secara terpisah dipanaskan pada suhu yang
sama, kemudian fase yang satu dituangkan ke fase lainnya dan dipanaskan pada temperatur yang sama dengan pengadukan. Pengadukan terus dilakukan sampai
emulsi dapat didinginkan pada suhu kamar. Fase-fase tersebut dicampur pada suhu 70-75 °C karena pada temperatur ini, pencampuran fase cair dapat terjadi
dengan baik. Temperatur dapat diturunkan beberapa derajat jika titik leleh fase lemak cukup rendah Idson dan Lazarus 1994.
Waktu, variasi temperatur, dan proses pencampuran mempunyai pengaruh yang kompleks pada proses emulsifikasi. Pengocokan dibutuhkan untuk
emulsifikasi sehingga terbentuk tetesan-tetesan. Pada pengocokan selanjutnya, kemungkinan terjadi koalisi antara tetesan-tetesan menjadi semakin sering,
sehingga dapat terjadi penggabungan. Oleh karena itu, disarankan untuk menghindari waktu pengocokan yang terlalu lama, pada waktu dan sesudah
pembentukan emulsi. Selama penyimpanan, ketidakstabilan emulsi dapat dibuktikan oleh pembentukan krim, agregasi bolak-balik, atau agregasi yang tidak
dapat balik Rieger 1994. Kestabilan emulsi berhubungan dengan viskositas. Semakin tinggi
viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena pergerakan partikel cenderung sulit Schmitt 1996. Pada emulsi ma, bulatan
gumpalan emulsi menyebabkan peningkatan viskositas secara tiba-tiba. Viskositas emulsi akan mengalami perubahan untuk beberapa lama 5-15 hari
pada temperatur kamar. Biasanya penurunan viskositas dengan waktu mencerminkan peningkatan ukuran partikel karena penggumpalan dan
menunjukkan shelf-life yang buruk Rieger 1994.
Lotion pelembab berfungsi mempertahankan kelembaban dan daya tahan air
pada lapisan kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga kehalusan kulit Mitsui 1997. Fungsi utama skin lotion untuk perawatan kulit adalah sebagai
pelembut emollient. Hasil akhir yang diperoleh tergantung dari daya campur bahan baku dengan bahan lainnya untuk mendapatkan kelembaban, kelembutan,
dan perlindungan dari kekeringan Schmitt 1996. Syarat mutu pelembab kulit terdapat pada SNI 16-4399-1996.
Tabel 1. Syarat mutu pelembab kulit No. Kriteria
Satuan Syarat
1 Penampakan -
Homogen 2 pH
- 4,5-8
3 Bobot jenis
- 0,95-1,05
4 Viskositas cP
2000-50.000 5 Cemaran
mikroba Kolonigram Maksimum 10
2
Sumber : Badan Standardisasi Nasional 1996
2.2.2. Bahan penyusun skin lotion