3.4. Prosedur Pembuatan Lotion
Prinsip pembuatan skin lotion adalah pencampuran beberapa bahan yang disertai pengadukan dan pemanasan yang sempurna. Bahan dipisahkan menjadi
dua bagian, yaitu bahan yang larut minyak dan bahan yang larut air. Bahan-bahan yang termasuk fase minyak antara lain asam stearat, gliseril monostearat,
petrolatum vaselin, parafin cair, dan isopropil palmitat. Bahan-bahan yang termasuk fase air antara lain gliserin, trietanolamin, dan air.
Fase minyak dicampur sampai homogen disertai pemanasan 70-75
o
C sehingga terbentuk sediaan A. Fase air pun dicampur sampai homogen disertai
pemanasan 70-75
o
C sehingga terbentuk sediaan B. Setelah homogen, kedua sediaan tersebut dicampur pada suhu 70 °C.
Natrium alginat dipanaskan pada suhu 35-40 °C kemudian dicampur pada sediaan C saat suhu 40 °C. Pada suhu 37 °C, metil paraben dimasukkan ke dalam
sediaan C, kemudian pewangi ditambahkan pada suhu 35 °C. Setelah penambahan pewangi, pengadukan terus dilakukan selama satu menit sehingga terbentuk skin
lotion . Diagram alir pembuatan skin lotion terdapat pada Gambar 5.
3.5. Analisis
Analisis terhadap natrium alginat meliputi kadar susut pengeringan, kadar abu, kadar logam berat, viskositas, pH, derajat putih, dan kadar sulfat.
Analisis yang dilakukan terhadap skin lotion meliputi uji sensori warna, penampakan, kekentalan, homogenitas, kesan lembab, dan rasa lengket,
viskositas, pH, stabilitas emulsi, penyusutan berat, total mikroba, kelembaban kulit, dan ketengikan rancidity.
3.5.1. Kadar susut pengeringan AOAC 1995
Sampel ditimbang dalam cawan porselen yang telah diketahui berat keringnya. Kemudian sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C selama
5 jam. Sampel didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
100 sampel
Berat hilang
yang Berat
n pengeringa
susut Kadar
× =
Gambar 5. Diagram alir penelitian Fase minyak
• Asam stearat • Gliseril monostearat
• Isopropil palmitat • Parafin cair
• Petrolatum
Fase air
• Gliserin • TEA
• Air
Pengadukan dan pemanasan suhu 70-75°C
Pengadukan dan pemanasan suhu 70-75°C
Sediaan A Sediaan B
Pencampuran pada suhu 70°C
Sediaan C Natrium alginat
0; 0,5; 1; 1,5; dan 2.
Pengadukan dan pemanasan suhu
35-40°C
• Metil paraben
• Pewangi
Analisis karakteristik: uji sensori, viskositas, pH,
stabilitas emulsi, penyusutan berat, dan total
mikroba produk
Analisis: Viskositas, pH, stabilitas emulsi,
kelembaban kulit, dan ketengikan
Penyimpanan Pengadukan
Skin lotion
3.5.2. Kadar abu AOAC 1995
Cawan dibersihkan dan dikeringkan dalam oven, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 5 gram contoh ditimbang dan dimasukan
dalam cawan. Cawan diletakan dalam tanur pengabuan dan dibakar hingga diperoleh warna abu-abu. Kemudian, cawan didinginkan dalam desikator dan
ditimbang. Kadar abu dapat ditentukan dengan rumus:
3.5.3. Logam berat AOAC 1995
Analisis logam berat Hg dilakukan dengan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrofotometer
AAS tanpa nyala api yang memiliki limit deteksi 0,0002 ppm. Sampel ditimbang dan ditambahkan asam nitrat pekat, kemudian
dipanaskan sampai bereaksi. Asam perklorat ditambahkan dalam larutan dan dipanaskan hingga asap coklat hilang larutan berwarna bening, kemudian larutan
didinginkan. Larutan yang telah dingin, ditambah dengan HCl dan dipanaskan sampai mendidih, kemudian didinginkan kembali. Larutan yang telah dingin,
disaring ke labu takar dan ditera dengan air demineralisasi. Alat AAS diset tanpa nyala dengan panjang gelombang 253,7 nm dan
menggunakan SnCl
2
sebagai reduktor. Pengukuran dilakukan terhadap larutan standar yang mengandung larutan sampel 10 ml dan diencerkan sampai 25 ml
dengan HNO
3
5. Konsentrasi logam dalam larutan sampel dapat diketahui dari kurva standar
μgl.
Keterangan : M = Konsentrasi logam sebenarnya dalam sampel μgl
A = Konsentrasi logam hasil pengukuran dengan AAS μgl
B = Konsentrasi logam dalam blanko μgl
P =
Volume pengenceran
ml V = Volume sampel ml
100 gram
contoh Bobot
gram abu
Bobot abu
Kadar ×
=
5 ,
2 V
P B
- A
M ×
× =
3.5.4. Kadar sulfat PPPP 1991