Pelaksanaan Siklus I Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

commit to user 53

C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

1. Pelaksanaan Siklus I

Tindakan pada siklus ini dilaksanakan selama 2 minggu, sebanyak 2 kali pertemuan dalam tiap minggu. Tiap pertemuan 2x35 menit yaitu dilaksanakan pada tanggal 31 Maret sampai 5 April 2011.Peneliti menggunakan metode penelitian yang terdiri dari 2 siklus. Adapun tahap yang dilakukan sebagai berikut: a. Tahap perencanaan Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Paendidikan KTSP berhitung penjumlahan, peneliti melakukan langkah-langkah untuk merencanakan pembelajaran melalui media realita antara lain: 1 Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan materi penjumlahan. Alasan memilih pokok bahasan atau indikator tersebut adalah: a. Pokok bahasanindikator tentang penjumlahan belum menggunakan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dalam pembelajaran matematika tentang penjumlahan pada kelas I, sehingga materi yang disampaikan kurang begitu dikuasai oleh siswa kelas I, karena hal tersebut kemampuan menjumlahkan siswa kelas I juga kurang. b. Pokok bahasanindikator tentang materi penjumlahan belum menggunakan media pembelajaran yang dapat membantu para siswa dalam melakukan penjumlahan. c. Pokok bahasanindikator tentang materi penjumlahan tersebut untuk nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. 2 Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah dibuat. Rencana pembelajaran yang disusun oleh peneliti dengan memuat 2 kali pertemuan, masing-masing pertemuan dalam waktu 2 jam pelajaran dilaksanakan dalam minggu yang berbeda dengan alokasi waktu masing- masing 2x35 menit. Mengenai langkah-langkah dan susunan rencana pembelajaran siklus I pertemuan 1 terlampir pada lampiran 3. 3 Menyiapkan instrumendan media realita yang akan digunakan dalam pembelajaran yaitu sedotan atau kelerang. commit to user 54 b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap tindakan ini guru menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media realita sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan media realita dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Untuk pertemuan pertama materi yang diajarkan yaitu penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek dan untuk pertemuan kedua materinya masih penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara panjang hal ini untuk memantapkan kemampuan siswa. 1 Pertemuan ke-1 Pada pertemuan ke-1 materi yang diajarkan yaitu tentang penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek. Sebagai kegiatan awal guru menagajak siswa bernyanyi lagu “satu ditambah satu” hal ini bermaksud untuk memusatkan perhatian siswa dan memunculkan semangat dan rasa senang pada hati siswa untuk mengikuti pembelajaran. Kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan tentang penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara bersusun pendek pendek. Guru mendemonstrasikan dengan menggunakan media realita yaitu sedotan atau kelereng. 25 + 10 = . . . . 25 dengan cara bersusun pendek 10 + 35 Gambar 6. 25 sedotan ditambah 10 sedotan sehingga berjumlah 35 sedotan. + commit to user 55 Hal ini diulang-ulang sampai beberapa kali serta mengadakan tanya jawab seputar materi yang disampaikan. Kemudian tiap siswa diberikan 50 lebih sedotan untuk digunakan dalam melakukan penjumlahan. Siswa menggunakan media realita untuk melakukan penjumlahan tanpa teknik menyimpan cara bersusun pendek. Selanjutnya guru memberikan tes awalkepada siswa untuk menghitung penjumlahan dengan menggunakan media realita yang telah ada dengan dibimbing oleh guru. Sementara aktivitas guru dalam pembelajaran diamati dan dinilai oleh teman sejawat. Dalam hal ini guru mengawasi cara menggunakan media realitanya dalam proses menghitung. Guru sambil menilai bagaimana individu siswa dalam megerjakan soal yang diberikan. Setelah selesai kemudian hasil tes awal dikumpulkan untuk kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kembali tentang tes tadi ada yang kesulitan tidak. Setelah dirasa cukup paham guru memberikan lembar tes untuk dikerjakan lagi secara individu dengan menggunakan media realita yang telah ada berupa sedotan atau kelereng. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian evaluasi selama 15 menit dan setelah itu guru memberikan penilaian secara individu. Data nilai penjumlahan cara pendek siklus I dapat dilihat pada lampiran 12. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kemampuan MenjumlahkanSiklus I pertemuan 1 Siklus I pertemuan 1 No Interval Frekuensi fi Nilai tengah xi fi.xi Prosentase 1 50-56 2 53 106 8.69 2 57-63 6 60 360 26.08 3 64-70 12 67 804 52.17 4 71-77 1 74 74 4.35 5 78-84 1 81 81 4.35 6 85-91 1 88 88 4.35 Jumlah 23 1513 100 Rata-rata 65.78 commit to user 56 Berdasarkan Tabel 2. Data nilai tes kemampuan menjumlahkan siklus I pertemuan 1 dapat digambarkan pada grafik gambar 7. Gambar 7. Grafik Nilai Tes Kemampuan MenjumlahkanSiklus I Pertemuan 1 Dari data nilai kemampuan menjumlahkan siklus I pertemuan 1 diatas tersebut dapat dilihat bahwa siswa dengan rentang nilai 50-56 sebanyak 2 siswa 8,69, siswa dengan rentang nilai 57-63 sebanyak 6 siswa 26,08, siswa dengan rentang nilai 64-70 sebanyak 12 siswa 52., , siswa dengan rentang nilai 71-77 sebanyak 1 siswa 4,35, siswa dengan rentang nilai 78-84 sebanyak 1 siswa 4,35, siswa dengan rentang nilai 85-91 sebanyak 1 siswa 4,35 . Data nilai kemampuan menjumlahkancara pendek siklus I pertemuan 1 dapat dilihat pada lampiran 10. 2 Pertemuan ke-2 Pada pertemuan ke-2 ini materi pembelajaran matematika yang disampaikan oleh guru tentang penjumlahan dengan indikator menjumlahkan bilangan dua angka bersusun panjang tanpa teknik menyimpan. Sebagai kegiatan awalnya guru mengajak siswa menyanyikan lagu “satu-satu” dan guru memberikan gambaran cerita tentang permasalahan sehari-hari yang berhubungan dengan penjumlahan sebagai penyampaian tujuan pembelajaran dan siswa memperhatikan dan menanggapi permasalahan yang ada dengan bertanya dan menjawab pertanyaan tentang penjumlahan. Tidak lupa pula guru memberikan motivasi kepada siswa sebagai penyemangat siswa. 5 10 15 50-56 57-63 64-70 71-77 78-84 85-91 F re k u en si Nilai Siswa Prosentase Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus I Pertemuan 1 commit to user 57 Pada kegiatan inti guru memberikan contoh cara menjumlahkan dengan menggunakan media realita yaitu sedotan atau kelereng sebagai sarana untuk mempermudah pemahaman siswa dalam menjumlah bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara panjang. Untuk interaksi guru memberikan pancingan pertanyaan tentang penjumlahan. Sebagai contohnya guru menjumlahkan dengan media realita yang ada yaitu 20 + 15 = . . . .dikerjakan dengan cara panjang 20 + 15 = . . .dengan cara bersusun panjang. Berikut langkahnya dapat dilihat pada gambar 8. 20 = 20 + 0 15 = 10 + 5 + = 30 + 5 = 35 Gambar 8. 20 sedotan ditambah 15 sedotan sehingga berjumlah 35 sedotan. Setelah sekiranya semua siswa paham guru menuliskan soal dipapan tulis untuk dikerjakan oleh siswa tentang penjumlahan bersusun panjang bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan, guru sambil membimbing dan menilai individu siswa tentang bagaimana tiap-tiap siswa cara mengerjakan dan menyelesaikannya dengan lembar penilaian observasi, setelah itu bagi siswa yang selesai duluan diminta untuk menuliskan dipapan tulis. Jika ada siswa yang mengalami kesulitan guru memberikan bantuan terutama dalam menggunakan media realita dalam hal menjumlah. Setelah selesai dikumpulkan, untuk selanjutnya guru membagikan lagi lembar soal evaluasi yang dikerjakan tiap-tiap individu siswa. 20 = + 15 = + + commit to user 58 Pembelajaran diakhiri dengan pemberian evaluasi selama 15 menit dan setelah itu guru memberikan penilaian secara individu. Data nilai menjumlahkan cara panjang siklus I dapat dilihat pada lampiran 11. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kemampuan MenjumlahkanSiklus I pertemuan 2 Siklus I pertemuan 2 No Interval Frekuensi fi Nilai tengah xi fi.xi Prosentase 1 50-56 7 53 371 30.43 2 57-63 3 60 180 13.04 3 64-70 9 67 603 39.13 4 71-77 2 74 148 8.69 5 78-84 1 81 81 4.35 6 85-91 1 88 88 4.35 Jumlah 23 1471 100 Rata-rata 63.95 Berdasarkan Tabel 3. Data nilai tes kemampuan menjumlahkan siklus I pertemuan 2 dapat digambarkan pada grafik gambar 9. Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus I pertemuan 2 Dari data nilai kemampuan menjumlahkan siklus I pertemuan 2 diatas tersebut dapat dilihat bahwa siswa dengan rentang nilai 50-56 yaitu sebanyak 7 siswa 30,43, siswa dengan rentang nilai 57-63 sebanyak 3 siswa 13,04, siswa dengan rentang nilai 64-70 sebanyak 9 siswa 39,13, siswa dengan rentang nilai 71-77 sebanyak 2 siswa 8,69, siswa dengan rentang nilai 78-84 sebanyak 1 siswa 4,35, siswa dengan rentang nilai 85-91 sebanyak 1 siswa 2 4 6 8 10 50-56 57-63 64-70 71-77 78-84 85-91 F re k u en si Nilai Siswa Prosentase Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus I Pertemuan 2 commit to user 59 4,35. Data nilai kemampuan menjumlahkan cara panjang siklus I dapat dilihat pada lampiran 11. c. Observasi Dalam hal ini observer yaitu guru kelas I mengobservasiguru yang sekaligus sebagai peneliti dalam melaksanakan pembelajaran matematika penjumlahan tanpa teknik menyimpan bersusun pendek dan panjang dengan menggunakan media realitaserta menggunakan alat bantu penilaian yaitu berupa lembar observasi dan kamera foto. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran dengan menggunakan media realita yang dilaksanakan oleh guru atau peneliti dapat menghasilkan dampak perubahan yang positif pada kemampuan menjumlahkan matematika siswa kelas I. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh observer. Adanya peningkatan aktifitas dan keaktifan guru yang juga sebagai peneliti pada pembelajaran matematika materi penjumlahan dengan menggunakan media realita. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 5, dengan penjelasannya yaitu sebagai berikut, aktivitas guru sebagai peneliti yang mendapat skor 2 cukupyaitu: 1 persiapan pembelajaran, 2 penggunaan berbagai sumber, 3 memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan aktivitas guru sebagai peneliti yangmendapat skor 3 baik yaitu: 1 membuka pelajaran, 2 kejelasan dan sistematika penyampaian materi, 3 kemampuan menggunakan media, 4 ketepatan waktu sesuai perencanaan, 5melakukan penilaian proses observasi, 6 memberi penilaian pada proses observasi, 7 memberikan tindak lanjut. Adapun aktivitas guru sebagai peneliti yang mendapat skor sangat 4 sangat baik yaitu: 1 melibatkan siswa dalam pemanfaatan media, 2 penuh perhatian kepada siswa, 3 melakukan penilaian hasil belajarevaluasi. Oleh karena itu jika dilihat secara umum berdasarkan lampiran 5 aktivitas guru masuk dalam kriteria memuaskan dengan total skor 3,0. Selanjutnya guru yang sekaligus peneliti mengobservasi aktifitas yang dilaksanakan oleh para siswa yang pertama adalah mempelajari materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek dan panjang secara individu dengan menggunakan media realita yaitu sedotan commit to user 60 atau kelereng. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dan ditunjukkan pada lampiran 6, menunjukkan bahwa aktifitas yang dilaksanakan oleh siswa dikatakan cukup. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata-rata total skor yaitu 2,2 berarti sesuai dengan kriteria, skor 2,2 dikatakan dalam kriteria skor cukup. Penjelasan yang didapat dari lampiran 6, adalah sebagai berikut, keaktifan siswa dapat dikatakan cukup aktif yaitu: 1 aktif memperhatikan penjelasan dari guru, 2 aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru, 3 adanya rasa ingin tahu dan keberanian siswa yang meningkat, 4 aktif dalam mengerjakan tugas individu. Sedangkan untuk aktivitas siswa yang tergolong aktif yaitu: 1aktif dalam menggunakan media realita. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I dengan menerapkan media realita dalam pembelajaran dan diperoleh kenaikan peningkatan keaktifan siswa maka diperoleh data hasil penilaian belajar siswa kelas I SDN Kadireso siklus I pada lampiran 11. Dari lampiran 12 diperoleh data seperti terlihat pada tabel 4. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Frekuensi Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siswa Kelas I SDN Kadireso Pada Siklus I. No Interval Frekuensi Persentase Kategori 1 50-56 7 30 Sangat Kurang 2 57-63 3 13 Kurang 3 64-70 10 43 Cukup 4 71-77 2 9 Baik 5 78-84 1 4 Istimewa Jumlah 23 100 Rata-rata 63.80 Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat kurang yaitu sebanyak 7 siswa atau 30, kategori kurang sebanyak 3 siswa atau 13, kategori cukup yaitu sebanyak 10 sebanyak siswa 43, katergori baik sebanyak 2 siswa 9, sedangkan untuk katergori istimewa sebanyak 1 siswa 4. Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai diatas 63sebanyak 15 siswa atau 65,21. Data nilai matematika menjumlahkan siswa kelas I SDN Kadireso siklus I pada tabel 4 dapat dilihat pada lampiran 12. commit to user 61 Berdasarkan Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siswa Pada Siklus I dapat digambarkan pada grafik gambar 10. Gambar 10. Grafik Frekuensi Nilai Tes Kemampuan MenjumlahkanSiklus I Berdasarkan lampiran 12, pelaksanaan pada siklus I ini dicapai nilai rata- rata kelas 63,80 pada pertemuan pertama rata-rata kelas 66,08 dan rata-rata kelas pada pertemuan kedua 61,52. Melihat nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu 63,80 berarti belum mencapai ketuntasan yang sesuai harapan yaitu siswa yang berhasil tuntas belum mencapai KKM 63 atau lebih yaitu 80 18 siswa dari 23 siswadan rata-rata kelas belum mencapai 80 mengenai materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpancara bersusun panjang perlu dilanjutkan ke siklus II. Pencapaian hasil penelitian dikatakan berhasil apabila tercapainya nilai KKM yaitu 63 atau lebih yaitu sebanyak 80 18 siswa dari 23 siswa dengan rata-rata kelas 80 pada materi yang diajarkan yaitu penjumlahan bilangan dua angka dengan cara bersusun pendek dan panjang. Pada siklus I pertemuan ke-1 untuk materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara pendek sudah mencapai kriteria yang diharapkan yaitu dengan perolehan rata-rata kelas 66,08 dengan siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM 63 sebanyak 65 15 siswa, sedangkan yang kurang dari KKM 63 sebanyak 34 8 siswajadi sesuai dengan target indikator kinerja yaitu 65 15 siswa, sedangkan untuk materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara panjang belum mencapai kriteria yang diharapkan karena baru mencapai rata-rata 5 10 15 50-56 57-63 64-70 71-77 78-84 F re k u en si Nilai Siswa Kategori Persentase Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus I commit to user 62 kelas 61,52 dengan siswa yang mencapai KKM 63 sebanyak 56 13 siswa, dan yang kurang dari KKM 63 sebanyak 43 10 siswa. Maka dari itu sesuai denganindikator pencapaian yang telah dibuat, penelitian akan dilanjutkan pada siklus II dengan target siswa mendapat nilai sama atau di atas KKM sebesar 80 18 siswa dari 23 siswadengan rata-rata kelas 80 untuk materi penjumlahan bilangan dua angka. d. Refleksi Data yang diperoleh dari pembelajaran materi penjumlahan bilangan dua angka melalui observasi kemudian dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan yang terlampir pada lampiran5 dan 6, pembelajaran matematika telah menunjukkan peningkatan pada aktivitas siswa yaitu pada penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan pada siklus I. Perubahan menjadi lebih baik dikarenakan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan mulai dari penjumlahan dengan cara bersusun pendek sudah menggunakan media realita dengan baik serta menggunakan langkah-langkah yang tepat, hal tersebut membuat siswa lebih mudah memahami materi, karena siswa belajar dengan cara yang menyenangkan dan menarik. Selain itu siswa juga ikut aktif dalam pembelajaran dengan melihat secara langsung apa yang dipelajari dengan menggunakan media realita. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian penggunaan media realita dalam pembelajaran matematika mengenai penjumlahan dua angka dengan carabersusun pendek dan panjang. Untuk materi penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan carabersusunpanjang belum menunjukkan adanya perubahan yang berarti, hal tersebut akan dituntaskan dengan pada siklus berikutnya yaitu pada siklus II. Berdasarkan kegiatan siklus I belum tuntasnya pembelajaran matematika tentang penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan carabersusun panjang dikarenakan siswa belum memahami hubungan penggunaan media realita dalam penjumlahan carabersusun panjang serta siswa belum mengenal operasi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang. Siswa sendiri dalam hal ini memerlukan waktu untuk dapat memahami commit to user 63 materi dan lebih mengenal penjumlahan dengan carabersusun panjang. Guru harus menggunakan langkah-langkah yang mudah untuk dipahami oleh siswa pada pembelajaran siklus II karena materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara panjang memerlukan pemahaman materi lebih banyak dibandingkan dengan materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Pertemuan : 1 satu Indikator :Penjumlahan bilangan dua angka secara bersusun pendek tanpa teknik meminjam. Media : Realita berupa sedotan atau kelereng. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, namun beberapa siswa masih belum mendalami materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara panjang karena masih baru mengenal cara tersebut. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang belum mengetahui cara menggunakan media realita berupa sedotan atau kelereng, kerikil, permen atau batu dengan tepat. Kemampuan pemahaman siswa dapat dikatakan baik untuk materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun pendek, sehingga hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan ke-2 materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang belum menunjukkan adanya perubahan yang berarti, karena nilai rata-rata kelas baru mencapai61,52 dan siswa yang memperoleh nilai kurang dari 63adalah 10siswa 43,47 dan yang telah mencapai lebih dari 63 sebanyak 13 siswa 56,52 dari 23 siswa. Daftar nilai kemampuan menjumlahkan cara panjang siklus I dapat dilihat pada lampiran 11. Pembelajaran penjumlahan berhasil apabila siswa mendapat nilai sama atau di atas KKM sebesar 65 15 siswa dari 23 siswa, adapun pada siklus Ipertemuan ke-1 siswa yang memperoleh nilai kurang dari 63sebanyak 8 siswa 34,78, dan siswa yang memperoleh nilai sama lebih dari KKM 63 sebanyak 15 commit to user 64 siswa 65,21. Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 66,08 menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media realita dikatakan berhasil. Daftar nilai kemampuan menjumlahkan cara pendek siklus I dapat dilihat pada lampiran 10. Pertemuan : ke-2 Indikator : Penjumlahan bilangan dua angka secara bersusun panjang tanpa teknik meminjam. Media : realita yaitu berupa sedotan atau kelereng. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat cukup aktif, namun ada beberapa siswa yang masih belum bisa mendalami materi penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan cara bensusun panjang karena siswa baru mengenal cara tersebut. Hal ini dikarenakan siswa belum mengetahui cara menggunakan media realita berupa sedotan atau kelereng dengan benar dan tepat. Dari pemantauan hasil belajar diperoleh nilai rata-rata kelas yang baru mencapai 61.52 dengan siswa yang memperoleh nilai lebih dari 63 sebanyak 13 siswa 56,52 dari 23 siswa kelas 1. Pembelajaran berhasil apabila siswa mendapat nilai sama atau di atas KKM 63 sebanyak 80 15 siswa dari 23 siswa berhasil tuntas. Dengan demikian data nilai rata-rata kelas mencapai 61,52dan siswa yang memperoleh nilai kurang dari 63 sebanyak 10 siswa 43,47 dan siswa yang memperoleh nilai sama atau lebih dari KKM 63 sebanyak 13 siswa 56,52, dengan demikian menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media realita pada materi penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan cara bersusun panjang yang dilakukan belum berhasil untuk mencapai target 80 15 siswa yang berhasil dan perlu dilanjutkan pada siklus ke II. Daftar nilai kemampuan menjumlahkan bersusun panjang siklus I dapat dilihat pada lampiran 11. Dari perhitungan rata-rata kelas dan jumlah siswa yang memperoleh nilai rata-rata kelas dalam setiap pembelajaran dengan menggunakan media realita pada siklus I dapat diketahui bahwa 1 satu dari 2 dua pertemuan telah menunjukkan perubahan yang signifikan pada kemampuan menjumlahkan commit to user 65 bilangan dua angka siswa kelas I. Sebagai catatan, untuk siswa yang memperoleh nilai kurang dari rata-rata kelas harus diadakan perbaikan dengan menambah jam belajar dan diadakan bimbingan yang insentif agar kemampuan berhitung siswa dalam hal menjumlahkan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang dapat meningkat. Karena dari dua pertemuan pembelajaran yang menggunakan media realita hanya satu pembelajaran yang telah dapat menunjukkan perubahan yang signifikan pada peningkatan nilai belajar matematika serta aktivitas siswa kelas 1, maka harus dilanjutkan pada siklus II untuk materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang.

2. Pelaksanaan Siklus II

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT MELALUI PENGGUNAAN MEDIA MANIK MANIK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 BANTARBOLANG TAHUN PELAJARAN 2009 2010

13 106 102

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA MANIK MANIK PADA SISWA KELAS IV SD N BALANGAN TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009 2010

1 16 79

PENGGUNAAN MEDIA GARIS BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SDN I KARANGDUREN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 12 132

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DAN MENGURANGKAN BILANGAN BULAT MELALUI PERMAINAN ENGKLEK SISWA KELAS IV Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan dan Mengurangkan Bilangan Bulat Melalui Permainan Engklek Siswa Kelas IV SD Negeri Geneng 1 Semester 1 Kabupate

0 5 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DAN MENGURANGKAN BILANGAN BULAT MELALUI PERMAINAN ENGKLEK SISWA KELAS IV Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan dan Mengurangkan Bilangan Bulat Melalui Permainan Engklek Siswa Kelas IV SD Negeri Geneng 1 Semester 1 Kabupat

0 5 17

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA KONKRET Peningkatan keaktifan belajar siswa dalam operasi hitung bilangan bulat melalui media konkret pada siswa kelas I SD Negeri Wungwung Tahun 2014/2015.

0 3 14

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA KONKRET Peningkatan keaktifan belajar siswa dalam operasi hitung bilangan bulat melalui media konkret pada siswa kelas I SD Negeri Wungwung Tahun 2014/2015.

0 2 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL P PEMBELAJARAN EMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI II NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

2 23 95

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGURUTKAN BILANGAN BULAT MELALUI PERMAINAN SUDOKU PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Ketrampilan Mengurutkan Bilangan Bulat Melalui Permainan Sudoku pada Siswa Kelas IV SD Negeri Udanwuh 92 Kaliwungu Semarang Tahun Ajaran 2011/20

0 0 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGURANGKAN BILANGAN BULAT DENGAN ALAT PERAGA GARIS BILANGAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SELODOKO KECAMATAN AMPEL BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012.

0 0 17