PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA REALITA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADIRESO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010 2011

(1)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN

DUA ANGKA BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA

REALITA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADIRESO

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

UTORO WAHYU SANTOSA

X7109118

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN

DUA ANGKA BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA

REALITA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADIRESO

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh :

UTORO WAHYU SANTOSA NIM. X7109118

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011


(3)

(4)

commit to user


(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Utoro Wahyu Santosa. NIM X7109118. Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan Dua Angka Bilangan Bulat Melalui Media Realita Pada Siswa Kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011. Skipsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta: Maret 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menjumlahkan melalui media realita kelas I SD Negeri Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan menjumlahkan, sedangkan variable tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan media realita.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan selama 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas I SD Negeri Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali yang berjumlah 23 siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan menjumlahkan, dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan media realita. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, tes, dokumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis dan interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menjumlahkan ditandai meningkatnya kemampuan pada materi menjumlahkan cara pendek diperoleh rata-rata kelas 66,08 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 15 siswa (65.08%), sedangkan untuk kemampuan menjumlahkan cara panjang diperoleh rata-rata kelas 61,52 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 13 siswa (56,52). Untuk materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang diperoleh rata-rata kelas 66.08 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 15 siswa (65,21%). Untuk materi penjumlahan cara panjang diulang pada siklus II dan menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti, yang semula rata-rata kelas 77,60 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 19 siswa (82,60), dan pada akhir siklus II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 20 siswa (86,95). Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran matematika materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan melalui media realita dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali tahun ajaran 2010/2011.


(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Utoro Wahyu Santosa. NIM X7109118. Increasing Ability of Two Round Number Through the Reality Media in Elementary School Students Class I Kadireso Boyolali District School Year 2010/2011. Skipsi, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University: March 2011.

The purpose of this research is to improve the ability of adding up through the the media reality of grade Teras Elementary School District Kadireso Boyolali district.

The variables that become the changes targeted in this classroom action research to increas the ability to add, while the variable action that used in this research is the use of reality media.

The form of this classroom action research that held by using 2 cycles. Each cycle consists of four stages. They are: planning, implementation of the action, observation, and reflection. As a research subjects are the students class I Kadireso Sub Terrace Elementary School District Boyolali which consist of 23 students. Variable as a target of changement in the classroom action research is substraction, and variable this research is using real media. The data collection is held by observation, test, document. The data analysis techniques that used are analytical and interactive model which have three components, they are data reduction, data presentation, and conclusion or verification.

According on the results, concluded that a class action in the cycle I showed an increase in the ability to add up that marked by the increasing ability of the sum material adding up by short compound way obtained by a class average 66.08 with the students percentage that receive who score above KKM 63 were 15 students (65.08%), the sum of material for the ability to add up with a long compound way the average grade obtained by 61.52 with the students percentage who score above KKM 63 were 13 students (56.52). the sum of material for two digit numbers without saving techniques with a long compound way obtained by a class average of 66.08 with a percentage grade students who scored above KKM 63 were 15 students (65.21%). For the sum of material that used long compound way repeated in the second cycles and indicate a significant improvement that valuable, which the original value an average grade 77.60 with the students percentage who scored above the KKM 63 of 19 students (82.60), and at the end of the second cycle reached an average of 80.65 with a percentage grade students who scored above KKM 63 by 20 students (86.95). so, it can be put forward a recommendation that the sum learning of mathematics material of two digit numbers without saving techniques through the reality medium can improving the students ability of class I Elementary School District Kadireso Boyolali academic year 2010/2011.


(7)

commit to user

vii

MOTTO

’’Man jadda wa jadda’’

Barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil (Pepatah Bangsa Arab)

Ujian bagi seseorang yang sukses bukanlah pada kemampuannya untuk mencegah munculnya masalah, tetapi pada waktu menghadapi dan cara

menyelesaikan setiap kesulitan saat masalah terjadi (David J. Schartz)

’’Dadio uwong kang koyo blarak aji’’ (Pepatah Jawa)

’’Tan sopo seneng mlaku bakalan tinemu’’ ’’Tan sopo seneng melek bakalan pikolek’’ ’’Tan sopo seneng luwih bakalan linuwih’’

(Penulis)

Keinginan dan harapan tidak mungkin dapat tercapai tanpa ada usaha dan doa

(Penulis)

Mudahlah tersenyum dalam segalanya karena dengan senyuman niscaya akan membuka rejeki dan mempermudah urusan kita.

(Penulis)

“Tak ada perjuangan yang tanpa hasil” (Penulis)


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Dengan segenap hati yang terdalam, karya ini saya persembahkan kepada: 1. Ayah, Ibu, dan adik-adik tercinta.

2. Keluarga dan saudara-saudaraku tercinta.

3. Keluarga besar SD Negeri Kadireso Kecamatan Teras Boyolali. 4. Teman – teman di PGSD.

5. Orang-orang terdekatku yang aku sayangi. 6. Almamaterku.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan Melalui Media Realita Pada Siswa Kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini diucapkan terimakasih yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD dan Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program StudiPGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dra. Lies Lestari, M.Pd. selaku Pembimbing I dan Dra. Rukayah, M.Hum.

selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan Skripsi ini.

5. Sri Widati, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu Guru SD Negeri Kadireso Teras kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin penelitian. 6. Berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak


(10)

commit to user

x

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.

Surakarta, Juni 2011


(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ………..xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Tinjauan tentang penjumlahan dalam matematika ... 8

2. Tinjauan tentang media realita ... 31

B. Penelitian Yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berfikir... 35

D. Hipotesis ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 37

A. TempatdanWaktu Penelitian ... 37


(12)

commit to user

xii

C. SubjekPenelitian ... 39

D. Sumber Data ... 39

E. TeknikPengumpulan Data ... 39

F. Validitas Data ... 41

G. Anilis Data ... 42

H. Indikator Kinerja ... 44

I. ProsedurPenelitian... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 50

B. Deskripsi Kondisi Awal ………51

C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ………..53

1. Pelaksanaan Siklus I………53

2. Pelaksanaan Siklus II ... 65

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 75

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 81

A. Simpulan ... 81

B. Implikasi ... 82

C. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir ... 36

Gambar 2. Model Tindakan Kelas Spiral ... 38

Gambar 3. Model Analisis Interaktif ... 43

Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas ... 49

Gambar 5. Grafik Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan ... 52

Gambar 6. Operasi penjumlahan cara bersusun pendek ... 54

Gambar 7. Grafik Nilai Tes Kognitif Siklus I Pertemuan 1 ... 56

Gambar 8. Operasi penjumlahan cara bersusun panjang ... 57

Gambar 9. Grafik Nilai Tes Kognitif Siklus I pertemuan 2 ... 58

Gambar10. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus I ... 61

Gambar11. Operasi Penjumlahan Cara Bersusun Panjang ... 66

Gambar 12. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus II Pertemuan 1 ... 67

Gambar13. Operasi Penjumlahan Cara Bersusun Panjang ... 69

Gambar 14. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus II Pertemuan 2………...70

Gambar 15. Grafik Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahan Siklus II... 73

Gambar 16. Grafik Rata-rata Nilai Kelas Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II ... 78

Gambar 17. Grafik Rata-rata Ketuntasan Sebelum Tindakan, Siklus I dan Siklus II ... 79


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Kondisi Awal

Sebelum Tindakan ... 52 Tabel2. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus I

Pertemuan 1 ... 55 Tabel 3. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus I

Pertemuan 2 ………...58 Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siswa

Pada Siklus I ………60 Tabel 5. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siswa Pada

Siklus I Pertemuan Ke-1 ………..67 Tabel 6. Daftar Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siswa Pada

Siklus I Pertemuan Ke-2 ………..70 Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siswa

Pada Siklus II ... ………72 Tabel 8. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ……...75 Tabel 9. Aktifitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ……….76 Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas Sebelum Tindakan,


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Waktu Penelitian ………87

Lampiran 2. Silabus ... . 88

Lampiran 3. RPP Siklus I ... 91

Lampiran 4. RPP Siklus II ... 106

Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I... 119

Lampiran 6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 124

Lampiran 7. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 127

Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 132

Lampiran 9. Rekapitulasi Nilai Materi Penjumlahan Bilangan Dua Angka Sebelum Tindakan ... 135

Lampiran 10. Nilai Penjumlahan Bersusun Pendek Siklus I Pertemuan 1 ………136

Lampiran 11. Nilai Penjumlahan Bersusun Panjang Siklus I Pertemuan 2 ………137

Lampiran 12. Rekapitulasi Nilai Materi Penjumlahan Bilangan Dua Angka Siklus I... 138

Lampiran 13. Nilai Penjumlahan Bersusun Panjang Siklus II Pertemuan 1 ………...139

Lampiran 14. Nilai Penjumlahan Bersusun Panjang Siklus II Pertemuan 2 ………...140

Lampiran 15. Rekapitulasi Nilai Materi Penjumlahan Bilangan Dua Angka Siklus II ... 141

Lampiran 16. Gambar Media Realita ... 142


(16)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sakolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analisis, sistimatis, kritis dan kreatif serta berkemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemapuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Johnson dan Rising dalam Ruseffeandi (1994: 28) mengemukakan matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasi pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa akurat dengan simbol yang padat lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari dari bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide;matematika adalah seni, keindahannya terdapat pada keturunan dan keharmonisan. Sedangkan Kline dalam Ruseffendi (1994: 28) mengemukakan secara simpel matematika diartikan sebagai telaahan tentang pola dan hubungan suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat, karenanya matematika bukan penegtahuan yang sendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia dalam memahami dam menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Adapun Reys dkk dalam Ruseffendi (1994: 28) adapun mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

Potret pendidikan sekolah di Indonesia masih menyedihkan bila dilihat dari prestasinya. Meskipun banyak dari peserta didiknya yang menjurai berbagai lomba tingkat nasional maupun internasional dibidang kecakapan akademik dan lain-lain. Hal tersebut tidak seluruhnya mencerminkan keberhasilan pendidikan disekolah pada umumnya. Pelaksanaan pendidikan d i sekolah pada umumnya masih banyak kekurangan disana sini dalam rangka mewujud kantujuan pendidikan sekolah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang.

Pendidikan diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalaui proses


(17)

commit to user

pengajaran dan pelatihan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan “Pendidikan adalah upaya sadar yang diarahkan untuk mempersiapakan peserta didik melalui kegiatan

pengajaran bimbingan atau latihan bagi peranannya di mas yang akan datang”.

Sedang pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal menyebutkan “Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana belajar dan proses pembelajaran agar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekutan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya,

masyarakat dan bangsa”.

Masalah sampai saat ini banyak siswa mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran matematika. Materi pelajaran matematika tentang berhitung penjumlahan, menurut anggapan sebagian siswa, memiliki tingkat kesukaran lebih tinggi dan menjadi momok dibandingkan dengan pelajaran-pelajaran lainnya karena nilai pelajaran matematika lebih rendah dibanding nilai mata pelajaran lain(IPA, PKn, Bahasa Indonesia, IPS).Secara umum kenyataan ini dapat dilihat dari nilairapor semester I pada mata pelajaran matematika masih rendah di banding mata pelajaran yang lain.

Berdasarkan observasi awal penyebab rendahnya nilai ulangan matematika menjumlahkan siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali yaitu guru dalam pembelajaran masih dengan metode ceramah dan belum menggunakan media dalam pembelajaran dengan maksimal. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah lebih banyak dari pada melaksanakan praktek langsung menggunakan media dengansiswa. Jadi siswa tidak bisa menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Perkembangan siswa usia sekolah dasar pada hakikatnya lebih mudah menerima materi yang disampaikan melalui media realita benda konkret dari pada ceramah.

Data menunjukkan dari sejumlah 23 siswa pada semester I tahun ajaran 2010/2011 siswa kelas I di SDN Kadireso Boyolali menunjukan adanya


(18)

commit to user

kekurangmampuan penguasaan kompetensi dasar melakukan penjumlahan bilangan dua angka tidak baik, artinya penguasaan pada kompetensi tersebut yang menjadi dasar syarat penguasaan kompetensi dasar berikut tidak tuntas dikuasai oleh siswa kelas I, data dari 23 siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM 63 ke atas hanya 8 siswa (35%), sedangkan yang lain yaitu sebanyak 15 siswa (65%) belum tuntas dengan nilai rata-rata 52, sedangkan KKM 63.

Sebagai seorang guru tentunya sudah memahami betul bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh UU No 20 Tahun 2003, bukanlahhal yang mudah. Belum lagi guru dihadapkan pada permasalahan baru dengan adanya Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan yang lebih dikenal dengan KTSP, pada kurikulum tersebut guru dituntut harus bisa menyusun sendiri kurikulum tersebut agar dapat dilaksanakan pada sekolah yang menjadi tempatnya tersendiri.

Dalam pencapaian tujuan belajar tersebut guru sebagai pengajar harus mengutamakan tercapainya tujuan-tujuan dari pembelajaran matematika dan mewujudkan perkembangan kepribadian siswa.Gurubertugasmembimbingsiswa agar siswa memiliki pengetahuan dan paham akan nilai dalam pendidikan matematika, melaksanakan proses matematika, serta menumbuhkan rasa senang dan cinta akan belajar matematika di kalangan siswa, sebab selama ini dalam berbagai penelitian menunjukkan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit serta tidak disukai oleh para siswa.

Penjumlahan adalah salah satu materi pokok dalam mata pelajaran matematika karena penjumlahan merupakan dasar untuk mempelajari materi lain seperti perkalian dan pembagian. Maka siswa menguasai penjumlahan dengan baik. Rendahnya kemampuan siswa di SDN Kadireso dalam menguasai materi penjumlahan akan menghambat siswa dalam belajarnya kelak. Oleh sebab itulah guru harus berusaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi berhitung.

Tidak sedikit guru yang beranggapan bahwa pola pikir siswa terutama siswa kelas I sekolah dasar sama dengan pola pikir guru, sehingga banyak guru menganggap bahwa apa yang dijelaskan di depan kelas dapat dipahami dengan


(19)

commit to user

baik oleh siswa. Padahal anggapan itu tidak selalu benar dan dapat menyesatkan guru. Sesuai dengan teori belajar Bruner, pembelajaran matematika di sekolah dasar terutama di kelas rendah sangat memerlukan benda konkrit atau nyata (realita) yang dapat diamati dan dipegang langsung oleh siswa ketika melakukan aktivitas belajar. Oleh karena itu, peranan media dalam pembelajaran sangat membantu dalam proses pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak boleh dilupakan.

Media sebagai alat bantu yang dalam proses belajar mengajar merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri karena dapat menjembatani konsep abstrak matematika dengan dunia nyata. Dengan begitu siswa lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Guru dalam mengajarkan penjumlahan harus menggunakan media. Salah satu media yang digunakan oleh guru adalah media realita yang ada disekitar, biasa siswa lihat dan menggunakannya dengan begitu punya daya tarik untuk siswa terutama kelas I.

Media realita kurang mendapat perhatian dari para guru matematika, media realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya tanpa perubahan. Sebagian besar dari mereka enggan menggunakan media realita sebagai salah satu alat bantu mengajar materi penjumlahan, hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan pengadaan media realita matematika yang ada. Padahal media pembelajaran sangat membantu dalam proses penyampaian materi dalam pembelajaran termasuk media realita dalam penelitian ini sangat membantu siswa dalam menjumlahkan karena siswa dapat langsung menerapkan untuk menghitung penjumlahan.Meskipun media telah tersedia di sekolah-sekolah, tetapi kenyataannya media realita ini jarang sekali digunakan dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabakan oleh sangat terbatasnya ketrampilan guru dalam mengoperasionalkan atau keinginan mendayagunakannya yang relatif rendah. Padahal untuk siswa kelas I tidak lepas dari yang namanya sesuatu yang pasti dapat dilihat, dipegang dan nyata. Hal itu yang kadang tanpa disadari tidak diterapkan oleh guru sebagai pendidik. Masalah ini bukan hanya terjadi pada salah satu lembaga pendidikan, tetapi hampir terjadi di semua lembaga pendidikan


(20)

commit to user

khususnya lembaga-lembaga di bawah naungan Depdiknas, termasuk di SDN Kadireso Boyolali.

Dengan keadaan tersebut, nampak bahwa ada permasalahan dalam penggunaan dan pemanfaatan media realita dalam pembelajaran matematika yang belum maksimal dalam pemaikaiannya. Secara fungsional, pembelajaran matematika akan lebih efektif manakala media realita dimanfaatkan, namun kenyataannya media sulit diadakan atau tidak dioperasionalkan dengan baik, sehingga media yang ada tidak memberikan hasil yang optimal.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan media pembelajaran matematika, khususnya media realita. Adapun judul yang

diangkat dalam penelitian ini adalah “Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan DuaAngkaBilanganBulatMelalui Media Realita Pada Siswa Kelas ISDNKadireso Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diindetifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Guru dalam pembelajaran belum menggunakan media dalam pembelajaran matematika.

2. Rendahnya kemampuan siswa dalam menghitung penjumlahan.

3. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sulit. 4. Guru dalam melaksanakan pembelajaran masih secara konvensional ceramah. 5. Siswa kurang tertarik memperhatikan penjelasan guru dan ramai sendiri.

6. Siswa belum memahami tentang cara menjumlahkan dua angka bilangan bulat. 7. Rendahnya hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu penelitian ini dibatasi pada: 1. Peningkatan kemampuan menjumlahkan dua angka bilangan bulat.


(21)

commit to user

2. Penggunaan media realita dalam pembelajaran penjumlahan dua angka bilangan bulat.

D. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah melalui media realita dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan duaangkabilanganbulatpada siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali tahun ajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menjumlahkan melalui media realita pada siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali.

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk: Meningkatkan kemampuan menjumlahkan dua angka bilangan bulat pada siswa kelas I SDN Kadireso melalui media realita.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat teoritis dari penelitian ini sebagai acuan peneliti lain dalam menyusun karya ilmiah (PTK) yang melaksanakan penelitian serupa. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran pada dunia pendidikan khususnya pembelajaran matematika. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar.

2) Memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran karena menggunakan media pembelajaran.

3) Kesulitan materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa dapat disederhanakan melaui media realita.

b. Bagi Siswa


(22)

commit to user

2) Lebih memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran karena menggunakan media pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

1) Memberikan masukan dalam pembelajaran matematika penjumlahan kelas I SD.

2) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

3) Menjadikan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah. 4) Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.


(23)

commit to user

8

BAB II PENDAHULUAN

A. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan tentang Matematika a. Hakikat Matematika

Mata pelajaran adalah kumpulan bahan kajian dan pelajaran tentang bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain, sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta lebih mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin dan menghargai kegunaan matematika.

Matematika adalah terjemahan dari Mathematic. Namun arti atau definisi yang tepat dari matematika tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti) dan singkat. Definisi dari matematika makin lama makin sukar untuk dibuat, karena cabang-cabang matematika makin lama makin bertambah dan makin bercampur satu sama lain.

Adapun pendapat dari Herman Hudojo mengatakan bahwa matematika merupakanide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarki dan penalaran deduktif, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi.

(http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran matematika)

Menurut Kline dalam Mulyono Abdurahman (2003: 252) matematika disamping sebagai bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Pendapat lain dari James dan Jame dalam Ruseffendi (1994; 27) dalam kamus matematika mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke


(24)

commit to user

dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Sedangkan menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah, dkk (2007: 1-5) bahwa “belajar matematika adalah belajar mengenai komsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika itu”. Adapun menurut Reys dalam Endah Murniati (2008: 46) mengatakan matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Suatu pendapat lain dari Reys dkk dalam Ruseffendi (1994; 28) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

Pendapat dari Aims dan Scope dalam jurnal internasional berpendapat. “In the international journal of mathematics, arithmetic or mathematics is a purely formal science that has an inverse relationship between addition, pangurangan, and multiplication and division as well as having important implications in relation to the flexible and efficient in computation and for the assessment of students' conceptual understanding”. Dalam jurnal internasional matematika, aritmatika atau matematika merupakan ilmu murni formal yang mempunyai hubungan terbalik antara penambahan, pangurangan, dan perkalian dan pembagian serta memiliki implikasi penting dalam kaitannya dengan fleksibel dan efisien dalam perhitungan dan untuk penilaian konseptual siswa dalam pemahaman.

(http://www.tandf.co.uk/journals/pdf/TMES_virtualissue.pdf).

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan matematika adalah ilmu logika bentuk, susunan, besaran dan konsep dengan cara bernalar deduktif dan induktif. Merupakan juga bahasa akurat dengan simbol, toeri deduktif, aksioma, sebagai alat bantu deduktif yang jelaskebenarannya.


(25)

commit to user b. Karakteristik Matematika

Menurut Sumardyono (2004: 31) karakteristik umum matematika di antaranya sebagai berikut:

1) Memiliki objek kajian yang abstrak

Matematika memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun tidak setiap objek abstrak adalah matematika.Sementara beberapa matematikawan

menganggap objek matematika itu “konkret” dalam pikiran mereka, maka

kita dapat menyebut objek matematika secara lebih tepat sebagai objek mental atau pikiran.Ada empat objek kajian matematika, yaitu fakta, operasi (relasi), konsep dan prinsip.

2) Bertumpu pada kesepakatan

Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan kesepakatan atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang telah disepakati dalam matematika maka pembahasan selanjutnya akan menjadi mudah dilakukan dan dikomunikasikan.

3) Berpola Pikir yang Deduktif

Dalam matematika hanya diterima pola pikir yang deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus.

4) Konsisten dalam Sistemnya

Dalam matematika terdapat berbagai sistem yang dibentuk dari beberapa aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada sistem-sistem yang berkaitan ada pula sistem-sistem yang dapat dipandang lepas satu dengan lainnya. 5) Memiliki simbol yang kosong dari arti

Di dalam matematika banyak sekali terdapat simbol yang berupa huruf Latin, huruf Yunani,maupun simbol-simbol khusus lainnya. Simbol-simbol tersebut membentuk kalimat dalam matematika yang biasanya disebut model matematika. Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan maupun fungsi.Selain itu ada pula model matematika yang berupa gambar seperti bangun-bangun geometrik, grafik, maupun diagram.


(26)

commit to user

6) Memperhatikan Semesta Pembicaraan

Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol matematika, maka bila kita menggunakannya kita seharusnya memperhatikan pula lingkup pembicaraannya.Lingkup atau sering disebut semesta pembicaraan bisa sempit bisa juga luas.Bila kita berbicara tentang bilangan-bilangan, maka simbol-simbol tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula.

Adapun menurut Chilmiy dalam (htttp://matematika-mania.blogspot. com), karakteristik matematika meliputi: (1) kemampuan mengerti konsep dan istilah matematika; (2) kemapuan untuk mencatat kesamaan, perbedaaan dan analogi; (3) kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan memilih prosedur yang benar; (4) kemempuan untuk mengetahui hal yang tidak berkaitan; (5) kemampuan untuk menaksir dan menganalisis; (6) kemampuan untuk memvisualisasi dana menginterpretasi kuatitas atau ruang; (7) kemempuan untuk memperumum berdasarkan beberapa contoh; (8) kemampuan untuk berganti metode yang telah diketahui; (9) mempunyai keberanian diri yang cukup dan merasa senang terhadap materinya.

Adapun beberapa karakteristik matematika menurut R. Soedjadi (2000: 13) adalah:(1) memiliki objek kajian abstrak; (2) bertumpu pada kesempatan; (3) berpola pikir deduktif; (4) memiliki simbol yang kosong dari arti; (5) memperhatikan semesta pembicaraan; (6) konsisten dalam sistemnya. Adapun menurut Depdikbud (1993: 1) matematika memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) memiliki objek kajian yang abstrak, (2) memiliki pola pikir deduktif dan konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). (htt://www.Syarifartikel.blogspot.com)

Berdasarkan pemaparan diatas jelas sekali bahwa mata pelajaran matematika mempunyai karakteristik sebagai mata pelajaran yang menggunakan bilangan dan simbol-simbol, sifat atau teori kebenaran, aksioma, seni, abstrak dan konsisten sistemnya.


(27)

commit to user c. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika merupakan komponen yang paling penting di dalam rencana pembelajaran matematika, karena tujuan pembelajaran matematika mendasari hampir semua komponen lain di dalam rencana pembelajaran matematika.Tujuan matematika di SD menurut Kurikulum KTSP SD/MI 2007 (Depdiknas, 2007: 19) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masala; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagsan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikanmodel dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan siswa mempelajari matematika yakni memiliki kemampuan dalam: (1) menggunakan alogaritma; (2) melakukan manipulasi secara matematika; (3) mengorganisasi data; (4) memanfaatkan simbol, tabel, diagram dan grafik; (5) mengenal dan menemukan pola; (6) menarik kesimpulan; (7) membuat kalimat atau model matematika; (8) membuat interprestasi bangun dalam bidang dan ruang; (9) memahami pengukuran dan satuan-satuannya; (10) menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika (Asep Jihad, 2008:153). Adapun pendapat lain dari menurut Fatimah (2009: 9) mengemukakan tujuan pembelajaran matematika adalahsebagai berikut: (1) anak pandai menyelesaikan permasalahan. Hal ini dapat dicapai apabila dalam pembelajaran menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran matematika duaarah yaitu: (1) anak-anak akan dapat menguasai konsep-konsep matematika


(28)

commit to user

denganbaik; (2) anak pandai dalam berhitung. Anak mampu melakukan perhitungan dengan benar dan tepat (cepat bukan tujuan utama). Hal ini dapat dicapai bila anak:

a) memahami operasi dasar matematika dan hubungan diantaranya;

b) menghafal fakta dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian);

c) melakukan perhitungan dengan terstruktur dan efisien, coretan dilakukan dengan rapi sehingga mudah diperiksa kembali;

d) melakukan mekanisme pengecekan ulang, melakukan perhitungan dengan cara yang berbeda untuk memastikan kebenaran jawaban atau mengurangi kemungkinan kesalahan karena ketidak telitian.

Sedangkan tujuan matematika di SD sesuai dengan (Depdiknas, 2004) yaitu mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar yaitu: (a) mempersiapkan siswa agar sanggup mengahadapi perubahan keadaan dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, malalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif; (b)mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kahidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran matematika di SD yaitu pada dasarnya matematika merupakan salahsatu bidang studi yang digunakan untuk menumbuh kembangkan kemampuan dan membentuk pribadi siswa yang bersumber pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Alasan-alasan tersebut antara lain: dengan matematika manusia dapat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, seperti berhitung, mencari luas volume benda dan sebagainya.

d. Prinsip Pembelajaran Matematika

Menurut Mulyono Abdurahman (2003: 272), berpendapat prinsip pengajaran matematika mencakup: (1) menyiapkan anak untuk belajar


(29)

commit to user

matematika; (2) mulai dari yang konkret ke yang abstrak; (3) penyediaan kesempatan kepada anak untuk berlatih dan mengulang; (4) generalisasi ke dalam situasi yang baru; (5) bertolak dari kekuatan dan kelemahan siswa; (6) perlunya membangun fondasi yang kuat tentang konsep dan ketrampilan matematika; (7) penyediaan program matematika yang seimbang (8) penggunaan kalkulator. Dalam Kurikulum (2004) pembelajaran matematika menganut prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) prinsip Pedagogis (pendidikan); (2) kontruktivisme; (3) pendekatan pemecahan masalah; (4) variasi strategi pembelajaran; (5) variasi pengelolaan siswa; (6) lingkungan fisik, sosial, dan budaya; (7) masalah konstektual sebagai titik pangkal (starting point); (8) kelompok siswa normal, sedang, dan tinggi.

(http://pmatandy.blogspot.com/2008/12/prinsip-prinsip-pembelajaran-matematika.html).

1) Menyiapkan anak untuk belajar Matematika

Banyak anak berkesulitan belajar matematika yang penyebabnya adalah kurangya kesiapan siswa untuk mempelajari bidang studi tersebut. Diperlukan banyak waktu dan tenaga untuk membangun kesiapan belajar siswa tidak mengalami banyak masalah dalam bidang studi matematika. Berbagai bentuk kegiatan belajar dalam membangun kesiapan siswa belajar matematika diantaranya adalah sebagai berikut: (1) mengelompokkan benda-benda menurut sifatnya, (2) mengenal jumlah anggota kelompok benda, (3) menghitung benda-benda, (4) memberi nama angka yang muncul setelah tertentu, (5) menulis angak dari 0 sampai 10 dalam urutan yang besar, (6) mengukur dan membelah, (7) mengurutkan benda dari yang besar ke yang kecil, panjang ke yang pendek, (8) menyusun bagian-bagian menjadi keseluruhan.

2) Maju dari yang konkret ke abstrak.

Siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan baik jika pengajaran mulai dari yang konkret ke abstrak. Guru hendaknya merancang tiga tahapan belajar: (1) konkret, (2) representasional, dan (3) abstrak. Pada tahapan konkret, siswa memanipulasi berbagai objek nyata dalam belajaran


(30)

commit to user

keterampilan. Pada tahap representasional, suatu gambar dapat mewakili objek nyata. Pada tahap abstrak, angka akhirnya menggantikan gambar atau simbol grafis.

3) Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang.

Jika siswa dituntut untuk mampu mengaplikasikan berbagai konsep secara hampir otomatis, maka mereka memerlukan banyak latihan dan ulangan. Ada banyak cara menyediakan latihan dan guru hendaknya menggunakan banyak variasi.

4) Generalisai ke situasi baru.

Siswa hendaknya memperoleh kesempatan yang cukup untuk generalisasikan keterampilan mereka ke dalam banyak situasi.Sebagai contohnya, siswa dapat membuat komputasi dengan banyak soal sendiri. Tujuannya adalah untuk memperoleh keterampilan dalam mengenal dan mengaplikasikan operasi-operasi komputasioanal terhadap situasi yang berbeda-beda.

5) Menyadari kekutan dan kelemahan siswa.

Sebelum membuat keputusan tentang teknik yang akan digunakan untuk mengajar siswa, guru harus memahami kemampuan dan ketidakmampuan siswa, termasuk penguasaaan matematika dan operasi-operasi yang dapat dilakukan siswa.

6) Membangun fondasi yang kokoh tentang konsep dan keterampilan matematika.

Belajar matematika harus dibangun atas fondasi yang kokh tentang konsep dan keterampilan. Fondasi yang kokoh tersebut dapat diperoleh jika guru: (1) menekankan pembelajaran matematika lebih pada pemberian jawaban atas berbagai persoalan daripada menghafal tanpa pemahaman, (2) memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk melakukan generalisasi ke berbagai macam aplikasi dan pengalaman dengan berbagai cara memecahkan masalah apa yang dipelajari, (3) mengajarkan matematika secara koheren, yang mengaitkan antara topik yang satu dengan topik yang lain, (4) menyajikan pembelajaran yang seksama sehingga siswa memperoleh latihan


(31)

commit to user

yang diperlukan, dan (5) menggunakan program yang sistematis yang memungkinkan konsep dan keterampilan yang akan diajarkan berdiri di atas konsep dan keterampilan yang telah dikuasai dengan baik.

7) Menyajikan program matematika seimbang.

Program matematika yang seimbang mancakup kombinasi antar tiga elemen: (1) konsep, (2) keterampilan, (3) pemecahan masalah. Ketiga elemen tersebut harus diajarkan secara seimbang dan saling terkait.

8) Penggunaan kalkulator.

Kalkulator dapat digunakan siswa memiliki keterampilan kalkulasi. Dengan demikian, penggunaan kalkulator bukan untuk menanamkan penalaran matematika. Dengan menggunakan kalkulator anak dapat terbebas dari memahami untuk menghitung fakta-fakta dasar maupun proses matematika yang kompleks, dan dapat digunakan untuk latihan atau memeriksa pekerjaan sendiri (self checking).

Menurut beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran matematika mencakup persiapan anak untuk belajar dimulai dari yang konkret ke abstrak, adanya kesempatan untuk berlatih dan mengulang, generalisasi situasi baru, melihat kekuatan dan kelemahan siswa sebagai fondasi

e. Langkah-langkah pembelajaran Matematika di SD

Pendapat Heruman (2007: 2) konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu: (1) pemahaman konsep dasar (penanaman konsep); (2) pemahaman konsep, dan; (3) pembinaan keterampilan.

1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep),

Penanaman konsep dasar/penanaman konsep yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret baru matematika yang abstrak. Dalam pembelajaran konsep


(32)

commit to user

dasar ini, media atau alat peraga diaharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.

2) Pemahaman Konsep,

Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian.Pertama,

merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

3) Pembinaan Keterampilan,

Pembinaan keterampilan yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep.Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.

Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri dari dua pengertian.Pertemuan, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan.Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan kelanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep.Pada pertemuan tersebut, penanaman konsep dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

Proses pencapaian tujuan pembelajaran matematika di SD dalam KTSP dikembangkan melalui langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari tiga tahap (kegiatan awal, inti, dan penutup). Di dalam langkah-langkah pembelajaran harus tercermin metode yang digunakan berikut alokasi waktu pada setiap tahap serta harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan materi pembelajaran. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran adalah: (1) sesuai tujuan


(33)

commit to user

pembelajaran; (2) sesuai dengan materi; (3) sesuai dengan karakteristik peserta didik; (4) kelengkapan langkah dan sesuaia dengan waktu. Adapun pendapat dari Nyimas Aisyah (2007: 8-15) langkah-langkah pembelajaran matematika di SD adalah sebagai berkut: (1) kesesuaian dengan tujuan pembelajaran; (2) kesesuaian dengan materi pembelajaran; (3) kesesuaian dengan karakteristik peserta didik; (4) kelengkapan langkah-langkah dan kesesuaian dengan alokasi waktu.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah pembelajaran matematika di SD harus dapat menanamkan konsep, pemahaman konsep, pembinaan keterampilan serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik peserta didik dan langkah-langkah yang tepat dengan alokasi waktu.

f. Kemampuan

Menurut El Zul Fajri (2008: 707) menyatakan bahwa “kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, dalam berusaha”. Pendapat lain dari Poerwadarminto(2007: 497-498) menyatakan bahwa “kemampuan adalah kesanggupan, menguasai. Sedangkan begitu juga menurut pendapat lain dari Chaplin (1997, p.34) “ability” (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. (http://digilib.petra.ac.id.id/viewer.php?submit.x).

Kemampuan oleh One Look dianggap sebagai kualitas mampu melakukan, kualitas yang memungkinkan atau memudahkan pencapaian prestasi. Memiliki kualitas (terutama kualitas mental) yang diperlukan untuk melakukan sesuatu ataumendapatkan sesuatu.Your Dictionary mengatakan kemampuan sebagai kekuatan untuk melakukan (sesuatu yang bersifat fisik atau mental), keterampilan, kemahiran, atau bakat.

(http://translate.geoogle.co.id/translate?hl=iddanlangpair=en/iddanu=http://a dvertt.com/definition/meaning-of-ability)

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kekuatan atau tenaga, kecakapan untuk menguasai


(34)

commit to user

sesuatu atau keterampilan yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk melakukan suatu perbuatan.

g. Menjumlahkan

Menjumlah berasal dari kata yang mendapat awalan me-Jumlah (banyaknya) berarti bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu, sedangkan menjumlah adalah menghitung (berapa banyaknya). (http/www.sms-anda.com/Indonesia/kamus/Indonesia-gratis lengkap).Operasi yang pertama diajarkan pertama-taman diajarkan kepada anak-anak ialah penjumlahan. Operasi hitung itu dilakukan terhadap dua bilangan, dengan kata lain operasi binar. Penjumlahan pada bilangan cacah merupakan aturan yang mengaitkan setiap pasang bilangan cacah dengan bilangan cacah yang lain. Jika a dan b bilangan cacah, maka jumlah dari kedua bilangan tersebut dilambangkan

dengan “a + b”yang di baca “a tambah b”atau”jumlah dari a dan b”. Jumlah

dari a dan b diperoleh dengan menentukan bilangan cacah gabungan himpunan yang mempunyai sebanyak a anggota dan himpunnan yang mempunyai b anggota, asalkan kedua himpunan terssebut tidak mempunyai unsur persekutuan. Jika a dan b bilangan cacah, maka definisi penjumlahan bilangan tersebut a + b.

Menjumlah adalah menggabungkan dua atau lebih anggota himpunan benda atau bilangan sehingga terjadi himpunan benda atau bilangan baku dengan menggunakan lambang (U) atau tanda tambah (+) untuk menggabungkan himpunan benda atau bilangan tersebut.

Depdiknas (2005: 408) menyatakan bahwa “penjumlahan adalah proses, cara, perbuatan menjumlahkan. Sedangkan menurut El Zul Fajri (2008:

406) menyatakan bahwa “penjumlahan adalah menyatukan bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu”. Menurut ensiklopedia matematika

ST. Nugroho dan B. Harahap (1998: 271) mengatakan penjumlahan yaitu operasi yang dipergunakan untuk memperoleh jumlah dari dua bilangan.


(35)

commit to user

Penambahan adalah bentuk paling sederhana dan menggabungkan dua angka, seperti 1 + 1 = 2.

(http://www.newworldencyclopedia.org/entry/arithmetic).

Dalam (http://id.wilkipedia.org/wiki/penjumlahan) Khabi Bur Rahman mengatakan, bahwa penjumlahan merupakan penambahan sekelompok bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang merupakan jumlah.Adapun menurut Gatot Muhsetyo (2008: 3.12) menyatakan bahwa proses penggabungan dalam konsep himpunan dapat diartikan sebagai penjumlahan. Pendapat lain dari David Glover (2007: 26) In Arithmetic you add, substract, multiply, and divide numbers. You use arithmetic to find the answer to

problems and sums. See also addition, and subtraction. Aritmatika

berhubungan dengan menjumlah, mengurangi, menggali dan membagi bilangan yang digunakan untuk menyelesaian masalah sehari-hari. Adapun menurut Riyanto dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/) berhitung secara harfiah berarti cara menghitung dengan menggunakan angka-angka.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa menjumlah adalah menggabungkan dua atau lebih anggota himpunan benda, bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu.

h. Bentuk Kegiatan Menjumlah

Sebelum kegiatan dimulai, haruslah menyiapkan media yang akan digunakan. Dalam hal ini benda realita yang dipakai dengan menggunakan benda nyata berupa kelereng atau sedotan. Adapun langkah-langkah dalam menjumlahkan sebagai berikut:(1) mengenalkan himpunan benda; (2) mengenalkan simbol penjumlahan himpunan benda union (U); (3) mengenalkan gambar benda pada kelompok atau himpunan yang pertama; (4) mengenalkan gambar benda pada kelompok atau himpunan yang kedua; (5) menghitung kelompok benda yang pertama; (6) menghitung kelompok benda yang kedua; (7) menggabungkan atau menjumlahkan dua kelompok himpunan benda; (8) menghitung semua benda yang telah digabungkan.


(36)

commit to user 2. Tinjauan tentang media a. Pengertian Media Pembelajaran

Media menurut pendapat Arif S. Sadiman (1993: 6)berasal dari bahasa latin dan merupakan jamak dari kata medium yang berati perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penarima pesan. Sedangkan Menurut M. Djauhar Siddiq (2009: 1-36) Kata media berasal dari kata “medium” yang berarti perantara atau pengantar dalam menyampaikan pesan komunikasi. Jadi media pembelajaran adalah segala bentuk perantara atau pengantar penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran, karena sering digunakan guru menjadi perantara dalam menyampaikan pesan-pesan bidang studi, yaitu matematika, IPA, IPS, Bahasa, PKn dan sebagainya.

Ada banyak pengertian yang dikemukakan para ahli tentang media. Mc. Luhan menyebutkan bahwa media adalah canel atau saluran karena pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas jarak, ruang dan waktu tertentu. NEA (National Education Association) menyebutkan bahwa media adalah segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dilakukan untuk kegitan tersebut.Menurut Hamijaya (dalam Rohani, 1998: 3) media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang untuk menyebarkan ide, sehingga ide/gagasan itu sampai pada penerima.(www.wordpress.com/2009/05/18/media).

Adapun menurut Aims dan Scope dalam jurnal internasional berpendapat. ” Educational Media International (EMI) is a scholarly journal that publishes research, evaluation, and development studies addressing the issues, successes and challenges faced in the design, development, implementation and evaluation of educational media”. Media pendidikan telah membuat dampak yang cukup besar pada sekolah-sekolah, lembaga pendidikan dan penyedia pendidikan terbuka dan jarak jauh.Pendidikan Media Internasional (EMI) adalah jurnal ilmiah yang menerbitkan penelitian, evaluasi, dan pengembangan mengatasi masalah, keberhasilan dan tantangan yang


(37)

commit to user

dihadapi dalam pengembangan, implementasi desain, dan evaluasi media pendidikan.

(http://www.tandf.co.uk/journals/access/emt.pdf).

Sedangkan menurut Hujair AH.Sanaky (2009: 3) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.Adapun menurut Heinich, dkk dalam Azhar Arsyad (2004: 4) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi saluran yang membawa pesan atau informasi yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan sempurna.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut pendapat Hamalik dalam Azhar Arsyad (2007: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.Sedangkan menurut Livie dan Lentz dalam Hujair AH.Sananky (2009: 6) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran yang khususnya pada media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kogniti, dan fungsi kompensatoris.

Secara umum bahan pembelajaran dalam bentuk media mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas (dalam bentuk kata-kata, baik tulis maupun lisan).

2) Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik, karena menyajikan berbagai stimulasi dalam pembelajaran (semua indera terstimulasi secara optimal).


(38)

commit to user

3) Mengatasi ruang, waktu dan daya indera (objek yang besar dapat dikecilkan, yang bergerak cepat dapat diperlambat, lambat dapat menjadi cepat, kejadian lampau dapat ditampilkan lagi).

4) Mengaktifkan siswa dalam belajar (belajar lebih bergairah, terjadi interaksi antar siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan serta memungkinkan siswa belajar secara sendiri).

5) Menyeragamkan pemahaman/persepsi siswa terhadap materi yang dipelajari menggunakan media.

Adapun Levie dan Lentz dalam Azhar Arsyad (2007: 16) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi: (1) fungsi atensi; (2) fungsi afektif; (3) fungsi kognitif; (4) fungsi kompensatoris.Menurut pendapat lain dari Seomarsono (2007: 70) mengemukakan media pembelajaran adalah untuk meningkatkan, mempertinggi kegiatan belajar mengajar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran adalah sebagai sarana yang dapat membangkitkan motivasi, keinginan, minat baru dan menimbulkan rangsangan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Kriteria Pemilihan Media

Salah satu penyebab mengapa orang memilih media adalah untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan. Sekiranya sutu media yang ada telah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka media tersebut dapat dimanfaatkan.Pendapat secara singat tentang kriteria pemilihan media pembelajaran dalam buku Arif S. Sadiman (1993: 85) mengatakan bahwa pemilihan media tidak terlepas dari konteksnya bahwasanya media merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Selain pendapat diatas pendapat lain menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai dalam Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002: 150) mengemukakan rumusan pemilihan media dengan kiteria sebagai berikut: (1) ketepatannya dengan tujuan-tujuan pembelajaran, artinya media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan


(39)

commit to user

pembelajaran yang tealah ditetapkan, (2) dukungan terhadap isi materi pembelajaran, artinya materi pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami, (3) kemudahan dalam memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh setidak-tidaknya mudah untuk dibuat oleh guru pada waktu pembelajaran, (4) keterampilan guru dalam menggunakan apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya akan tetapi dampak dari penggunaannya dalam interaksi bagi siswa selam proses pembelajaran berlangsung, (5) sesuai dengan taraf berfikir siswa, memilih media pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa.

Faktor-faktor dalam kriteriapemilihan media yang harus dipertimbangkan antara lain: (1) Karakteristik siswa; (2) Strategi belajar mengajar; (3) Organisasi kelompok belajar; (4) Alokasi waktu dan sumber; (5) Serta prosedur penilaian.Pendapat tersebut didukung dari pendapat Basuki Wibawa (2009: 99) bahwa alasan orang memilih media adalah untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan.Dengan demikian pemilihan media dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dick dan Carey dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 100) mengemukakan beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam memilih media, adalah: (1) Tujuan; (2) Karakter Media; (3) Alokasi Waktu; (4) Ketersediaan; (5) Efektivitas; (6) Kompatibilitas.

1) Tujuan

Kalau yang ingin diajarkan adalah suatu proses, media gerak seperti video, film atau TV merupakan pilihan yang sesuai.sedangkan kalau yang ingin diajarkan adlah suatu keterampilan dalam menggunakan alat tertentu, maka benda sesungguhnya atau mock ip-nya merupakan pilihan yang sesuai. Kalau tujuannya hanya ingin memperkenalkan faktor atau konsep tertentu, maka media foto, slide, atau realita mungkin merupakan pilihan yang tepat.


(40)

commit to user

2) Karakteristik Siswa

Dalam pemilihan media harus memperhatikan berapa jumlah siswanya, dimana lokasi atau tempat media tersebut digunakan, gaya dalam belajarnya, serta berbagai karakteristik lainnya yang mempengaruhi pemilihan media.

3) Karakteristik Media

Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan kelebihan dan keterbatasan masing-masing media itu. Media foto misalnya tentu kurang sesuai untuk mengajarkan gerakan. Sebaliknya media TV akan terlalu mahal untuk mengajarkan fakta yang tak bergerak yang dapat dijelaskan menggunakan slide.

4) Alokasi Waktu

Dalam hal ini perlu memperhatikan masalah tentang waktu untuk kegiatan perancangan, pengembangan, pengadaan ataupun penyajian cukup tidakkah. Semua hal ini menjadi bahan pertimbangan dalam memilih media.

5) Ketersediaan

Ketersediaan media yang di sekolah atau memungkinkan guru untuk mendesain sendiri media yang akan digunakan, merupakan hal perlu dipertimbangkan.

6) Efektivitas

Perlu diperhatikan efektif tidakkah penggunaan media apabila secara sistematis disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan, merupakan hal yang harus dipertimbangkan.

7) Kompatibilitas

Harus diperhatikan apakah dalam penggunaan media sesuai dengan norma-norma yang berlaku, tersediakah sarana penunjang (suku cadang dsb) dalam pengoperasiannya, praktis dan luweskah dalam penggunaanya, semua unsur tersebut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media.


(41)

commit to user

Masalah biaya harus melihat biaya yang akan dikeluarkan dalam pengadaan, pengelolaan, dan pemeliharaan media harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai.

Melihat beberapa uraian pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kriteria pemilihan media harus dengan pertimbangan seperti melihat tujuan, karakteristik siswa, karakteristik media, alokasi waktu, ketersediaan, efektivitas, kompatibilitas, biaya.

d. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Rudi Brets dalam Asra, dkk (2007: 5-7) mengklasifikasikan media pembelajaran dalam tujuh kalsifikasi, sebagai berikut: (1) media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara dan sound slide, (2) media audio semi gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada televise, televise dan animasi, (3) media visual gerak, seperti: film bisu, (4) media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, mikrophon, slide biru, (5) media audio, seperti: radio dan pita video, (6) media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri, (7) media semi gerak, seperti: tulisan jauh bersuara. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2006: 170-171) media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa menurut sudut penglihatannya, (1) Dilihat dari sifatnya media dibagi menjadi: (a) Media Auditif yaitu media yang hanya didengar saja seperti radio dan rekaman suara, (b) Media Visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja seperti Film Slide, Foto, Transparasi, Lukisan, Gambar dan lain-lain, (c) Media Audio Visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang dapat dilihat misalnya rekaman Video, Telavisi dan lain-lain. (2) Jika dilihat dari kemampuan jangkauannya, media dapat dibagi dalam: (a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio dan televise, (b) Media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu seperti Film Slide, Film, Video dan sebagainya. (3) Bila dilihat dari teknik pemakaiannya, media dibagi dalam: (a) Media diproyeksikan seperti Film, Slide, Film Strip, Transparasi dan sebagainya, (b) Media yang tiadak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan dan sebagainya.


(42)

commit to user

Adapaun menurut pendapat dari Deni Darmawan, Asra, Cepi Riana (2007: 5-8) menyatakan bahwa media terdiri atas: (1) media visual, (2) media audi, (3) media audio visual,(4) multimedia, (5) media realita.

Adapun penjabaran dari macam-macam media diatas menurut Deni, Asra, Cepi adalah sebagai berikut:

1) Media Visual

“Media visual” adalah jenis media yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual yang berkaitan erat dengan indera penglihatan. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian peasan dapat berhasil efisien (Arif S. Sadiman. 2009: 28). Contoh media visual adalah gambar, foto, diagram, bagan, grafik, sketsa,poster, peta dan lain-lain.

Kelebihan penggunaan dari media visual, antara lain: (1) mengatasi keterbatasan ruang dan waktu karena semua benda, objek atau peristiwa tidak dapat dibawa ke kelas; (2) merangsang dan mengembangkan kemampuan imajinasi terhadap hal-hal yang sedang disajikan; (3) meningkatkan keaktifan dan kreatifitas guru untuk dapat menyampaikan materi dalam bentuk gambar.

Kekurangan penggunaan dari media visual, antara lain: (1) ukuranya terbatas untuk kelompok yang besar; (2) memerlukan ketersediaan sumber dan keterampilan, serta kejelian guru untuk dapat memanfatkan.

a) Media visual yang tidak diproyeksikan

Media visual yang tidak diproyeksikan adalah media yang sederhana, tidak membutuhkan projectorda alayar untuk memproyeksikan.Media ini digunakan oleh guru karena lebih mudah pembuatan maupun penggunaannya. Termasuk dalam jenis ini antara lain: gambar mati atau gambar diam, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, grafik, peta datar, realita dan model, berbagai jenis papan.

b) Media visual yang diproyeksikan

Media ini juga merupakan suatu media visual, namun dapat diproyeksikan pada layar melalui suatu pesawat projektor.Media iini terdiri dari dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Media visual ini banyak jenisnya, akan tetapi pada buku ini hanya akan


(43)

commit to user

ditampilkan beberapa jenis yang banyak digunakan dilapangan. Adapun jenis-jenisnya media yang visual yang diproyeksikan yaitu: Overhead Projector (OHP), Slide (film bingkai), Filmstrip (film rangkai), Opaque Projector.

Jenis-jenis media yang dapat digolongkan atau diklasifikasikan ke dalam media visual diam antara lain: foto, ilustrasi, flash card, gambar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film rangkai, transparasi, proyektor, dan tachitoscopes, serta grafik, bagan, diagram, poster, gambar kartun, peta dan globe.

2) Media Audio

Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif verbal, non verbal maupun kombinasinya. Media audio berkaitan erat dengan indera pendengaran (Basuki dan Farida, 2001: 35). Pendapat yang lain dari Ronald H. Anderson (1987: 127) mengatakan bahwa media audio merupakan sumber bahan ajaran yang ekonomis, menyenangkan, dan mudah disiapkan untuk digunakan oleh siswa. Sekali dikemas, materi pelajaran serta urutan penyajiannya jadi tetap, pasti, dan dapat berfungsi sebagai media instruksional untuk belajar sendiri.

Kelebihan media audio menurut pendapat Ronald H. Anderson (1987: 132) antara lain: (1) materi pelajaran sudah tetap, terpatri, dan dapat direproduksi dalam bentuk yang sama; (2) produksi dan reproduksi sangat ekonomis, dan mudah didistribusikan; (3) peralatan program audio termasuk yang paling murah dibandingkan dengan media audio-visual lainnya; (4) dengan berbagai teknik perekaman audio, bentuk-bentuk pengajaran terprogram dapat digunakan untuk pengajaran mandiri, memungkinkan setiap siswa belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing, memberikan penguatan dan pengetahuan dengan penampilan langsung; (5) untuk bentuk program pengajaran mandiri yang canggih, sudah ada peralatan yang dapat menyelaraskan visual dengan program audio yang terekam, dan alat yang dapat berhenti sendiri, sehingga siswa berkesempatan untuk berinteraksi dengan


(44)

commit to user

program tersebut kemudian melanjutkan program jika sudah siap; (6) suasana dan perilaku siswa dapat dipengaruhi melalui penggunaan musik atau suara latar belakang dan efek suara.

Kekurangan media audiomenurut pendapat Ronald H. Anderon (1987: 132-133) antara lain: (1) perlu berhati-hati apabila hanya audio yang digunakan, karena waktu yang lama tanpa memberikan rangsangan visual dapat menbosankan dan akan mengganggu pengajaran dengan kecepatan sendiri; (2) perbaikan biasanya menuntut diproduksinya rekaman induk baru dan dibuatnya copy rekaman yang baru. Hal ini akan memakan waktu dan biaya yang besar; (3) masalah pendistribusian akan timbul bila produksi gambar diselaraskan dengan audio. Hal ini disebabkan oleh adanya keragaman perangkat keras yang ada dan yang digunakan di berbagai tempat latihan. Pengembangan pelajaran harus mengetahui perlengkapan yang ada untuk disesuaikan dengan perangkat lunaknya (software); (4) pengembangan naskah audio yang baik (terutama yang akan digunakan untuk menunjang visual) dapat menyita waktu, dan membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus; (5) perlu berkali-kali dalam memperkirakan kecepatan penyajian materi verbal. Seandainya bahan disajikan terlalu cepat, atau pengajaran yang rumit diberikan terlalu, maka para siswa akan kehilangan jejak atau bingung. Dalam beberapa hal sebaiknya diberikan pengulangan kembali melalui peringatan visual, misalnya dituliskan kembali dalam perlengkapan buku kerja atau ditampilkan pada gambar diam; (6) siswa dapat menemukan kesulitan dan kebingungan, bila mereka menggunakan audio dan visual yang diselaraskan tetapi ternyata menyimpang dari keselarasan.

3) Media Audio Visual

Media audio visual adalah jenis media yang menggabungkan unsur suara dan gambar. Penggunaan media audio visual akan lebih baik, apabila menggunakan unsur gambar gerak. Sebagaimana pendapat Basuki Wibawa (2001: 67) kemampuan akan meningkat lagi apabila audio visual ini dilengkapi dengan karakteristik gerak. Media audio visual dalam pembelajaran memberikan kelebihan dan kelemahan.


(45)

commit to user

Kelebihan penggunaan media audio visual, antara lain: (1) memusatkan perhatian dan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, (2) mengatasi keterbatasan waktu dan ruang, (3) menampilkan gambar, suara, dan gerak, (4) menghindari pembelajaran yang verbalistik.

Kekurangan penggunaan media audio visual, antara lain: (1) biaya relatif mahal, (2) memerlukan peralatan yang kompleks dan, (3) memerlukan keahlian khusus.

Jenis-jenis media pembelajaran yang tergolong dalam media audio visual diam antara lain “slow scan TV”, “Time shared TV”, “TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara, dan buku bersuara. Sedang yang tergolong dalam media audio visual gerak adalah film bersuara, pita video, film TV, TV, Holografi, Video tapes dan gambar bersuara.

4) Multimedia

Multimedia adalah media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap (Asra dkk. 2007: 5-14), seperti suara, animasi, video, grafis dan film.Multimedia sendiri sering diidentikkan dengan computer, internet dan pembelajaran berbasis computer (CBI).

5) Media relita

Media realita adalah suatu media yang menggunakan benda-benda nyata seperti apa adanya ataupun aslinya tanpa perubahan. Dengan menggunakan media realita dalam proses pembelajran siswa akan lebih aktif, dapat mengamati, menangani (handle), memanipulasi, mendiskusikan dan akhirnya dapat menjadi alat untuk meningkatkan kemauan siswa untuk menggunakan sumber-sumber belajar yang serupa.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media realita yang berupa sedotan atau kelereng.Alasan peneliti menggunakan media realita berupa sedotan atau kelereng dalam penelitian ini karena mudah didapat dan murah oleh karena itu dapat dijangkau oleh para siswa.

Berdasarkan uraian jenis-jenis media diatas, maka media realita termasuk dalam media visual diam yang tidak diproyeksikan.


(46)

commit to user e. Media Realita

Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya, tanpa perubahan. Dengan memanfaatkan realita dalam proses belajar siswa akan lebih aktif dapat mengamati, menangani (handle), memanipulasi, mendiskusikan dan akhirnya dapat menjadi alat untuk meningkatkan kemauan siswa untuk menggunakan sumber-sumber belajar serupa. Realita atau benda sebenarnya mempunyai karakteristik yang berbeda dengan media diatas (Audio, Visual, Audio Visual). Adapun menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 48) mengatakan realita adalah benda nyata yang dapat dihadirkan di ruang kuliah untuk keperluan proses pembelajaran. Sedangkan menurut Asra dkk (2007: 5-14) berpendapat media realita yaitu semua benda nyata yang ada dilingkungan alam, secara digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan. Misalnya tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, herbarium, air, sawah. Pendapat dari Peter Salim dan Yeny Salim (1991: 1245) realita berarti kenyataan atau suatu hal yang benar-benar atau nyata terwujud. Penggunaan media realita dalam proses belajar itu sangat baik sebab realita dapat menampilkan ukuran, suara dan gerakan (Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 81).

Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 81) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam mempergunakan realita sebagai media pembelajaran, antara lain:(1) karena benda ralita atau nyata itu banyak macamnya, mulai dari benda hidup sampai benda mati, maka perlu dipertanyakan benda-benda atau mahluk hidup apakah yang mungkin dapat dimanfaatkan di kelas secara efisien; (2) bagaimanakah caranya agar benda-benda itu sesuai dengan pola belajar mengajar di kelas; (3) dari manakah kita dapat memperoleh benda-benda itu.

Ketiga hal tersebut harus dipertimbangkan agar pemanfaatan media realita sebagai media pengajaran dan sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar efektif.

Media realita ini memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1) Sifatnya konkrit.


(47)

commit to user

2) Gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

3) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas, dan tidak selalu bisa bila anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut. Untuk itu gambar dapat mengatasinya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media realita yaitu benda nyata yang dapat dihadirkan dalam proses pembelajaran yang ada dilingkungan alam dan bisa digunakan dalam keadaan hidup maupun mati untuk membantu meningkatkan proses belajar siswa.

f. Tujuan Media Realita

Penggunaan media realita atau benda nyata (real life materials) di dalam proses belajar mengajar terutama bertujuan untuk memperkenalkan suatu unit pelajaran tertentu, proses kerja suatu objek suatu studi tertentu, atau bagian-bagian serta aspek-aspek lain yang diperlukan (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2001: 207). Sedangkan menurut Aristo Rahadi ( 2003: 24) mengemukakan media realita dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaimana adanya tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya.

Beberapa contoh fungsi dari realita atau benda nyata yang dipergunakan dalam pelajaran adalah dengan cara memperkenalkan unit, penjelasan proses, menjawab pertanyaan, melengkapi perbandingan, dan unit akhir. Tujuan penggunaan suatu media membuat guru menyampaikan pesan secara lebih mudah kepada siswa, sehingga siswa dapat menguasai pesan tersebut lebih cepat dan akurat. Proses belajar mengajar yang dilakukan guru dalam penggunaan media dimaksudkan agar siswa yang terlibat dalam kegiatan belajar itu terhindar dari gejala verbalisme.

Penggunaan media realita dalam proses belajar itu sangat baik sebab realita dapat menampilkan ukuran, suara dan gerakan. Para siswa akan lebih banyak belajar, contohnya tentang tanaman yang dibawa ke kelas untuk


(1)

commit to user

serta tercapainya rata-rata kelas 80 atau lebih seperti yang tercantum dalam tabel frekuensi nilai kemampuan menjumlahkan siswa kelas I SDN Kadireso sebelum tindakan, sesudah tindakan siklus I, dan sesudah tindakan siklus II.

Secara lebih rinci perkembangan kemampuan menjumlahkan siswa kelas I SDN Kadireso dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas Sebelum, Sesudah Tindakan Siklus I dan Siklus II.

No Materi

Rata-rata Nilai Kelas Rata-rata Ketuntasan (%) Sebelum Siklus

I

Siklus

II Sebelum

Siklus I

Siklus II 1 Penjumlahan

bilangan tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun pendek dan panjang

53.69 63.80 80.10 34.78 65.21 78.26

Berdasarkan tabel 10, dapat dibuat nilai sebelum tindakan, siklus I, siklus II sebagai berikut:

Gambar 16. Grafik Rata-rata Nilai Kelas Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II.

0 20 40 60 80 100

Sebelum Siklus I Siklus II

Rata-rata Nilai Kelas

Rata -rata

Kondisi


(2)

commit to user

Gambar 17. Grafik Rata-rataKetuntasan Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II

Dari tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan menggunakan media realita yang dilaksanakan oleh peneliti sudah memperlihatkan peningkatan kemampuan menjumlahkan siswa pada bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek dan panjang. Hal ini secara klasikal dibuktikan dari perolehan rata-rata nilai kelas sebelumtindakan yang semula 53 dengan rata-rata ketuntasan sebesar (35%), sesudah diadakan tindakan siklus I diperolehpeningkatan rata-rata nilai kelasyaitu 63,80 dengan rata-rata ketuntasan sebesar (65%), kemudian tindakanpada siklus siklus II diperoleh peningkatan lagipada rata-rata nilai kelas yaitu 80 dengan rata-rata ketuntasan sebesar (78%).

Hambatan-hambatan yang ditemui pada penelitian ini, diantaranya: hambatan yang dijumpai yakni siswa belum familier atau belum pernah diajarkan dalam pembelajaran menggunakan media realita yang mungkin ada disekitarnya serta cara penggunaan media realita dalam hal ini menggunakan sedotan untuk materi penjumlahan bilangan dua angka. Selain itu materi itu merupakan materi yang baru untuk siswa kelas I jadi perlu adanya penerapan pembelajaran yang menyenangkan dan membuat tertarik siswa.

Dari keseluruhan tindakan atau siklus yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan menjumlahkan siswa kelas I SDN Kadireso dapat dilakukan melalui media realita. Hal ini nampak jelas dengan

0 20 40 60 80

Sebelum Siklus I Siklus II

Rata-rata Ketuntasan

Rata -rata

Kondisi

35%

65%


(3)

commit to user

adanya peningkatan aktifitas siswa, dan peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklus sebagaimana terlihat pada tabel 8.

Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran dengan menggunakan media realita dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan pada siswa kelas I SDN Kadireso Kabupaten Boyolali dan sekolah-sekolah dasar pada umumnya.


(4)

commit to user

81 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus selama 4 kali pertemuan dengan menerapkan pembelajaran matematika materi penjumlahan dua angka bilangan bulat dengan menggunakan media realita pada siswa kelas I SDN Kadireso Kabupaten Boyolali dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menjumlahkan dua angka bilangan bulat tanpa teknik menyimpan dengan ditandai meningkatnya hasil belajar matematika untuk materi penjumlahan dua angka bilangan bulat tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek dan cara panjang yang nilai rata-rata siswa mencapai 63,80 dengan persentase siswa yang mencapai nilai diatas 63 adalah sebanyak 65,21% (15siswa). Akan tetapi untuk materi menjumlahkan dua angka bilangan bulat tanpa teknik menyimpan dengan cara panjang nilai rata-rata baru mencapai 61,52 dengan persentase siswa perolehan nilai siswa yang diatas 63 sebanyak 56,52% (13 siswa) sehingga untuk materi penjumlahan dua angka bilangan bulat tanpa teknik menyimpan dengan cara panjang harus diulang pada siklus II. Hasil pada siklus II telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, semula nilai rata-rata pada siklus I yaitu 63,80 dengan persentase 15 siswa yang mendapat nilai di atas 63 hanya (65,21%), sedangkan pada siklus II nilai rata-rata mencapai 80,10 dengan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas 63 yaitu sebanyak 19 siswa (82,60%).

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2 siklus selama 4 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pada siklus I dan 2 kali pertemuan pada siklus II tersebut diatas, artinya bahwa ternyata dengan menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media realita dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan dua angka bilangan bulat siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas I


(5)

commit to user

SDN Kadireso Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011. Dalam hal ini media realita yang digunakan berupa sedotan atau kelereng dengan cara warna yang berbeda yang fungsinya untuk membedakan antara puluhan dan satuan baik untuk penjumlahan bersusun pendek maupun bersusun panjang. Dengan demikian pembelajaran matematika dengan menggunakan media realita dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran matematika di kelas I sehingga kemampuan berhitung siswa dapat meningkat.

B. Implikasi

Penetapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan penggunaan media realita dalam pembelajaran matematika. Model yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model siklus, adapun prosedur penelitiannya terdiri dari 2 (dua) siklus. Siklus I dilaksanakan selama 2(dua) minggu untuk mengulang satu materi penjumlahan dua angka bilangan bulat tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek dan panjang, sedangkan untuk siklus II dilaksanakan selama dua minggu juga untuk mengulang satu materi yaitu penjumlahan dua angka bilangan bulat tanpa teknik menyimpan dengan cara panjang yang belum berhasil pada siklus I.

Dalam setiap tindakan atau siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang.

Sebelum melaksanakan tindakan dalam tahap siklus, perlu perencanaan. Perencanaan ini selalu memperhatikan setiap perubahan yang dicapai pada siklus sebelumnya terutama pada setiap tindakan yang dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa. Hal ini didasarkan pada hasil analisis perkembangan dari pertemuan yang satu ke pertemuan yang lain dalam satu siklus pertama sampai kedua.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini layak dipergunakan untuk membantu guru dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu perlu penelitian lanjut tentang upaya guru mempertahankan atau menjaga dan


(6)

commit to user

meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan media realita pada hakikatnya layak digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi maslah peningkatan kemampuan berhitung siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan media realita harus diatasi semaksimal mungkin. Oleh karena itu kreativitas dan keaktifan guru sangat diperlukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai uraian penutup skripsi ini antara lain:

1. Bagi Guru

Peneliti menyarankan kepada para guru untuk mempertimbangkan menggunakan media realita dalam pembelajaran matematika pada materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara bersusun pendek dan panjang pada Sekolah Dasar (SD).

2. Bagi Siswa

Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan penggunaan media realita dan selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru serta meningkatkan usaha belajar sehingga kemampuan menjumlahkan pada pembelajaran matematika dapat tercapai dengan baik.

3. Bagi Sekolah

Peneliti menyarankan penyediaan media realita sebagai media alternatif materi penjumlahan pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD).


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT MELALUI PENGGUNAAN MEDIA MANIK MANIK PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 05 BANTARBOLANG TAHUN PELAJARAN 2009 2010

13 106 102

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA MANIK MANIK PADA SISWA KELAS IV SD N BALANGAN TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009 2010

1 16 79

PENGGUNAAN MEDIA GARIS BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SDN I KARANGDUREN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 12 132

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DAN MENGURANGKAN BILANGAN BULAT MELALUI PERMAINAN ENGKLEK SISWA KELAS IV Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan dan Mengurangkan Bilangan Bulat Melalui Permainan Engklek Siswa Kelas IV SD Negeri Geneng 1 Semester 1 Kabupate

0 5 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DAN MENGURANGKAN BILANGAN BULAT MELALUI PERMAINAN ENGKLEK SISWA KELAS IV Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan dan Mengurangkan Bilangan Bulat Melalui Permainan Engklek Siswa Kelas IV SD Negeri Geneng 1 Semester 1 Kabupat

0 5 17

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA KONKRET Peningkatan keaktifan belajar siswa dalam operasi hitung bilangan bulat melalui media konkret pada siswa kelas I SD Negeri Wungwung Tahun 2014/2015.

0 3 14

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA KONKRET Peningkatan keaktifan belajar siswa dalam operasi hitung bilangan bulat melalui media konkret pada siswa kelas I SD Negeri Wungwung Tahun 2014/2015.

0 2 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT MELALUI MODEL P PEMBELAJARAN EMBELAJARAN KUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI II NGADIROJO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

2 23 95

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGURUTKAN BILANGAN BULAT MELALUI PERMAINAN SUDOKU PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Ketrampilan Mengurutkan Bilangan Bulat Melalui Permainan Sudoku pada Siswa Kelas IV SD Negeri Udanwuh 92 Kaliwungu Semarang Tahun Ajaran 2011/20

0 0 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGURANGKAN BILANGAN BULAT DENGAN ALAT PERAGA GARIS BILANGAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SELODOKO KECAMATAN AMPEL BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011 / 2012.

0 0 17