jaringan tertentu. Dari penjelasan tadi, dapat tergambar bahwa sebenarnya kebutuhan dan dorongan atau motif berjalan seiring namun tidak sama. Dorongan
atau motif lebih merupakan sesuatu yang merupakan akibat psikologis dari suatu kebutuhan.
10
Bagian dari diri anak yang bisa merasakan suatu keberhasilan adalah emosi. Bahkan, ini bisa membuat anak merasakan kepuasan sejati yang lebih besar
dari keberhasilan itu sendiri. Banyak ahli kecerdasan yang mengakui bahwa faktor terbesar keberhasilan seseorang ditentukan oleh kecerdasan emosi. Nah, bagian
terpenting dari emosi tersebut adalah Motifasi Diri. Motivasi yang nantinya akan menumbuhkan sikap optimis, antusias, percaya diri dan tidak mudah menyerah.
11
Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri
seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.
12
Sebagai siswa yang mulai belajar di kelas, mereka membawa sikap dan kebutuhan-kebutuhan. Keduanya, sikap dan kebutuhan mempengaruhi motivasi
dan partisipasi di dalamnya. Selama pelajaran, terlihat segera kegiatan siswa, perasaan-perasaannya dan pengalaman-pengalamannya mempengaruhi motivasi.
Jika siswa merasa kompeten karena prestasi mereka sendiri dan usaha-usaha mereka di-reinforced sesudah akhir pelajaran, mereka akan lebih termotivasi untuk
mengikuti tugas-tugas yang sama pada waktu yang akan datang.
13
Siswa dapat dimotivasi untuk mengerahkan segala tenaga yang dibutuhkan untuk belajar, antara lain dengan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, seperti
penggunaan pujian, umpan balik dan insentif atau hadiah.
10
Mulyani Sumantri, dkk, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Universitas Terbuka, 2001, Cet. I, h.3.24
11
Suyadi, Ternyata, Anakku Bisa Kubuat Genius, Yogyakarta: Power Books, 2009, Cet. I, h.144
12
Ade Sanjaya, Pengertian motivasi belajar siswa menurut para ahli definisi, http:aadesanjaya.blogspot. com201105motivasi-belajar-siswa.html, diunduh 30 Oktober 2013,
20.05 WIB.
13
Sri Esti Wuryani Djiwandono, ibid, h.361-362
Bagi siswa-siswi ini, mata pelajaran yang disukai sudah cukup merupakan motivasi intrinsik untuk memotivasi mereka belajar. Siswa menerima kira-kira 900
jam pelajaran setiap tahun dan ini tidak realistis untuk mengharapkan siswa mempunyai minat intrinsik agar antusias melakukan hal-hal yang disukai setiap
hari. Untuk alasan ini, sekolah menerapkan berbagai insentif ekstrinsik, misalnya dengan memberikan reinforcement untuk belajar materi pelajaran yang pada
dasarnya kurang disukai siswa. Penguatan ekstrinsik dimulai dari pemberian pujian sampai pada pemberian nilai sebagai hadiah.
14
C. Hubungan Alat Peraga “Blok Pecahan” dengan Motivasi Belajar Siswa
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwasannya fungsi media pendidikan atau alat peraga pendidikan dimaksudkan agar komunikasi antara guru
dan siswa dalam hal penyampaian pesan, siswa lebih memahami dan mengerti tentang konsep abstrak matematika yang diinformasikan kepadanya. Oemar
Hamalik pun berpendapat bahwa media adalah sebagai teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan murid dalam
proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Maksudnya adalah bukan hanya guru yang aktif dalam pembelajaran, akan tetapi siswapun harus turut aktif dalam
pembelajaran. Dalam hal ini peneliti akan menggunakan alat peraga berupa Blok Pecahan pada materi pecahan guna mengikut sertakan siswa untuk aktif dalam
pembelajaran. Karena pada blok pecahan siswa akan diminta untuk menggunting atau menempelkan blok pecahan tersebut.
Akan tetapi jika blok pecahan tersebut hanya terbuat dari kertas biasa pembelajaran menjadi kurang menarik. Maka dari itu peneliti menerapkan blok
pecahan ini dengan menggunakan kertas berwarna dengan warna yang berbeda- beda atau dapat juga dengan menggunakan balok berwarna. Karena dengan warna
yang berbeda-beda akan membuat siswa tertarik untuk melihat dan memperhatikannya sehingga dengan begitu akan lahirlah kekuatan atau dorongan
14
Sri Esti Wuryani Djiwandono, ibid, h.356
yang berpangkal pada naluri peserta didik untuk ikut serta dalam pembelajaran yang disebut dengan motivasi.
Sedangkan motivasi itu sendiri merupakan penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu kebutuhan. Contohnya, ketika guru
memberikan soal pecahan yaitu “ +
= “ siswa butuh untuk mengerjakan dan menyelesikan soal tersebut dengan benar. Jika siswa hanya diajarkan KPK dengan
menyamakan penyebutnya, maka siswa hanya mendengarkan apa yang guru jelaskan tanpa ikut aktif dalam pembelajaran tersebut bahkan siswa akan menjadi
bosan dalam belajar. Tapi disini peneliti mencoba dengan menjelaskannya menggunakan alat peraga “blok pecahan” dengan menggunakan kertas berwarna
atau balok berwarna, yang mana dengan alat peraga tersebut siswa akan diminta untuk aktif dalam pembelajaran dengan menggunting dan menempelkan kertas
berwarna tersebut. Dengan kegiatan tersebut peserta didik akan merasa bahwa dirinya mampu menyelasaikan soal tersebut dengan kemampuan dirinya sendiri,
sehingga dengan begitu timbullah motivasi diri peserta didik yang nantinya akan menumbuhkan sikap optimis, antusias, percaya diri dan tidak mudah menyerah.
Jadi penggunaan alat peraga dan media lainnya dalam pembelajaran matematika khususnya dalam memberikan penanaman konsep akan membawa hasil enam
kali lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan pengajaran drill tanpa konsep. Dari teori-teori diatas, terlihatlah dengan jelas bahwasannya terdapat
hubungan antara alat peraga “blok pecahan” dengan motivasi siswa dalam belajar dan memahami materi pecahan. Sebagaimana yang telah di jelaskan oleh Wijaya
dan Rusyan bahwa media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam
meraih tujuan-tujuan belajar.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan sebagai bahan penguat pada penelitian ini adalah :
1. Hasil penelitian oleh Saptono yang berjudul “Upaya peningkatan Hasil
Belajar Matematika Operasional Hitung Bilangan Cacah Melalui Pemanfaatan Alat Peraga Bagi Siswa Kelas VI SD Negeri Kaloran 2
Kecamatan Gemolong Kabupaten Sragen Tahun 20062007 ” memaparkan
bahwa pada penelitiannya Saptono melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan 2 siklus. Pada proses pembelajaran Saptono menggunakan alat
peraga untuk mengajarkan materi atau konsep operasi hitung bilangan cacah.
Dan hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan alat peraga.
2. Hasil penelitian Sarman dengan judul “Meminimalkan Kesalahan Konsep
Matematika Tentang Luas Bangun Datar Melalui Penggunaan Alat Peraga Luasan Bangun Datar Bagi Siswa Kelas VI SD Negeri 4 Ngembal Kulon
Tahun Pelajaran 20062007 ” yang menunjukkan bahwa Sarman dalam
penelitiannya menerapkan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan alat peraga luasan bangun datar dalam 2 jenis. Yang pertama bentuk alat
peraganya kecil dan yang kedua lebih besar.
Sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa alat peraga yang lebih besar lebih efektif digunakan dan dapat meningkatkan pemahaman konsep
matematika tentang luas bangun datar. 3.
Hasil penelitian oleh Supangat tahun 20062007 dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Mengenai dan Menggunakan
Bilangan dalam Pemecahan Masalah Melalui Pemanfaatan Alat Peraga Garis Bilangan Bagi Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri I Keyongan
” menunjukkan pada penelitiannya Supangat menggunakan alat peraga garis
bilangan pada siklus I dan siklus II dengan membandingkan nilai ulangan harian.
Dan hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan nilai ulangan harian siswa dikarenakan penggunaan alat peraga garis bilangan pada setiap
pembelajarannya.
E. Kerangka Berpikir
Alat peragamedia pembelajaran merupakan sesuatu yang bersifat menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa
sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada dirinya. Penerapan alat peragamedia dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran
dan dapat memotivasi siswa dalam belajar materi yang diajarkan. Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan alat peraga berupa “blok pecahan” pada materi pecahan
yang mana dianggap sulit pada siswa kelas III SD. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon. Motivasi merupakan suatu daya atau kemampuan yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Sejauh mana peningkatan motivasi siswa dalam belajar yang dicapai dalam kegiatan pembelajaran diketahui maka penelitian
ini diaplikasikan melalui metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan tehadap permasalahan yang alamiah dan nyata
dalam kegiatan pembelajaran. Tindakan perbaikan terhadap masalah yang terjadi tersebut dilakukan oleh guru dalam beberapa siklus disesuaikan dengan tingkat
penyelesaian masalah. Diterapkannya siklus I, khususnya pada penelitian ini dengan m
enggunakan alat peraga “blok pecahan” yang terbuat dari triplek berwarna untuk meningkatkan motivasi siswa yang mana setelah dilakukan
refleksi ternyata siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan masih kurang