UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI BALANGAN 1 MINGGIR SLEMAN YOGYAKARTA.

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI KELAS V SEKOLAH

DASAR NEGERI BALANGAN 1 MINGGIR SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Umi Laila Fadlilah NIM. 12108244073

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul "UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI

KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI BALANGAN 1 MINGGIR

SLEMAN YOGYAKARTA" yang disusun oleh Umi Laila Fadlilah, NIM 12108244073 initelah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 22 Maret 2016 Dosen Pembimbing,

Sri Rochadi, M.Pd.

NIP. 19570426 1983031001


(3)

SURATPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya menerima sanksi ditunda yudisium pacta periode berikutnya.

Yogyakarta, 22 Maret 2016 Yang meny an,

Umi Laila Fadlilah NIM. 12108244073


(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang beIjudul "UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI KELAS V

SEKOLAH DASAR NEGERI BALANGAN 1 MINGGIR SLEMAN

YOGYAKARTA", yang disusun oleh Umi Laila Fadlilah, NIM 12108244073 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 06 April 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

I%. ({,

Sri Rochadi, M. Pd. Ketua Penguji ...

Pirrwono PA., M. Pd. Sekretaris Penguji

..

..

セセ

NセセヲH

...

Sungkono, M. Pd. Penguji Utama ....'

iv


(5)

v MOTTO

1. Mendidik adalah tugas setiap orang yang terdidik. Berarti juga, anak-anak yang tidak terdidik di Republik ini adalah dosa setiap orang terdidik yang dimiliki Republik ini. Anak-anak nusantara tidak berbeda. Mereka semua berpotensi. Mereka hanya dibedakan oleh keadaan. (Anies Baswedan). 2. Anak Indonesia menungguku untuk mendidik mereka. (Penulis)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur alhamdulillah atas karunia Allah SWT serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, karya ini penulis persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua, bapak Drs. Sumarjo dan ibu Dra. Tumiyem yang selalu mendoakan dan memberikan semangat tanpa lelah kepada putrinya ini. Doa dan harapan kalian kepadaku menjadi motivasi terbesarku dalam menapaki jalan menuju impian-impian besarku.

2. Keluarga besar Sumarjo yang selalu memberikan doa dan motivasi untukku. 3. Almamaterku tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta. Tempat dimana aku


(7)

vii

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI KELAS V SEKOLAH

DASAR NEGERI BALANGAN 1 MINGGIR SLEMAN YOGYAKARTA

Oleh

Umi Laila Fadlilah 12108244073

ABSTRAK

Pelajaran matematika masih menjadi pelajaran yang dirasa sulit oleh siswa kelas V SD N Balangan 1. Prestasi belajar matematika masih tergolong rendah dibandingkan mata pelajaran yang lainnya. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar matematika melalui alat peraga blok pecahan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilakukan di SD N Balangan Minggir Sleman Yogyakarta pada bulan Januari 2016. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 31 siswa. Objek penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika materi penjumlahan pecahan menggunakan alat peraga blok pecahan. Penelitian ini menggunakan dua siklus pembelajaran dengan setiap siklus dua kali pertemuan untuk tindakan dan satu kali pertemuan untuk post test. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tes dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa pada pre test

persentasenya adalah 64,51%, pada siklus I meningkat menjadi 87,10%, dan menjadi 96,77% pada siklus II dan mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan aktivitas siswa, pada siklus I persentase skornya adalah 70,45% meningkat menjadi 88,63% pada siklus II dan mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Selain itu dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan alat peraga blok pecahan, siswa terlihat lebih senang dan tertarik mengikuti pembelajaran. Terlebih ketika penggunaan alat peraga tersebut dipadukan dengan metode permainan dalam kelompok. Siswa terlihat senang dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Warrohmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Sang Pencipta dan Pemilik Alam Semesta atas rahmat, taufik, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi yang berjudul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Melalui Alat Peraga Blok Pecahan di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Balangan 1 Minggir Sleman Yogayakarta dan dapat diselesaikan dengan baik. Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis dan berdasarkan literatur ilmiah yang telah diperoleh penulis baik melalui media cetak maupun internet.

Dalam proses penyelesaian tugas akhir ini, tentu penulis mendapat bimbingan, arahan, koreksi, serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor UNY yang telah mengizinkan penulis untuk kuliah di FIP UNY.

2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd. I., Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar atas segala bantuan dan kemudahan yang diberikan.

4. Ibu Dra. Ernawati Budi Listyani, Dosen Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis dalam permasalahan akademik selama kuliah di UNY.


(9)

ix

5. Bapak Sri Rochadi, M.Pd., Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar telah memberikan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.

6. Bapak ibu dosen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat, serta seluruh staf karyawan FIP UNY yang telah memberikan pelayanan untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

7. Ibu Dwi Ismartuti, S.Pd., Kepala Sekolah SD N Balangan 1 Minggir Sleman Yogyakarta, terimakasih atas bantuan dan dukungannya selama penelitian berlangsung.

8. Bapak ibu guru, staf karyawan, dan siswa SD N Balangan 1 Minggir Sleman Yogyakarta yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Teman-teman PGSD C 2012 yang senantiasa menemani perjuangan selama 7 semester ini dan Keluarga HIMA PGSD Kampus III serta KMIP Kampus III yang senantiasa memberikan kebersamaan dan pembelajaran berharga . 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan serta dukungan demi terselesaikannya penelitian ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini memberikan banyak manfaat bagi kita semua. Aamiin.

Yogyakarta, 7 April 2016 Penulis


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ... 11

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 11

2. Faktor-faktor yang Memepengaruhi Prestasi Belajar ... 13

B. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar ... 16

1. Pengertian Matematika ... 16

2. Tujuan Pembelajaran Matematika ... 17

3. Ruang Lingkup Materi Matematika Kelas V SD... 19


(11)

xi

5. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ... 26

C. Tinjauan Tentang Alat Peraga... 30

1. Pengertian Alat Peraga... 30

2. Pentingnya Alat Peraga ... 34

3. Prinsip Penggunaan Alat Peraga ... 35

4. Alat Peraga Blok Pecahan... 37

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 44

E. Kerangka Pikir ... 46

F. Hipotesis Tindakan ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 50

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

1. Tempat Penelitian ... 52

2. Waktu Penelitian ... 52

3. Tahapan Penelitian... 52

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 53

D. Definisi Operasional ... 53

1. Prestasi Belajar Matematika... 53

2. Alat Peraga Blok Pecahan... 53

E. Desain Penelitian ... 54

1. Putaran pertama atau siklus I ... 56

a. Perencanaan ... 56

b. Tindakan ... 57

c. Observasi... 58

d. Refleksi ... 58

2. Putaran kedua atau siklus II ... 59

3. Putaran ketiga atau siklus III... 59

F. Metode Pengumpulan Data... 59

1. Observasi... 60

2. Tes... 61


(12)

xii

H. Teknik Analisis Data... 64

1. Analisis Deskriptif Kualitatif ... 65

2. Analisis Deskriptif Kuantitatif ... 66

I. Kriteria Keberhasilan ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian... 68

B. Deskripsi Data Sebelum Penelitian ... 69

C. Hasil Penelitian... 73

1. Siklus I ... 78

2. Siklus II ... 90

D. Pembahasan ... 106

E. Keterbatasan Penelitian ... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114

DAFTAR PUSTAKA ... 116


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi instrumen lembar observasi untuk siswa... 63

Tabel 2. Kisi-kisi instrumen lembar observasi untuk guru ... 63

Tabel 3. Kisi-kisi instrumen tes prestasi ... 64

Tabel 4. Kriteria keberhasilan proses pembelajaran aktivitas guru dan siswa... 65

Tabel 5. Rekapitulasi HasilPre TestSiswa ... 71

Tabel 6. Rekapitulasi HasilPost TestSiklus I ... 81

Tabel 7. Perbandingan Prestasi Belajar Siswa padaPre Testdan Siklus I .... 83

Tabel 8. Skor Hasil Observasi Pada Siswa Siklus I ... 85

Tabel 9. Skor Hasil Observasi Pada Guru Siklus I ... 88

Tabel 10. Rekapitulasi HasilPost TestSiklus II... 97

Tabel 11. Perbandingan Prestasi Belajar Siswa padaPre Test, Post TestSiklus I danPost TestSiklus II ... 99

Tabel 12. Skor Hasil Observasi Pada Siswa Siklus II... 101

Tabel 13. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ke Siklus II ... 103


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Kemmis dan Mc. Taggart ... 55 Gambar 2. Diagram Batang HasilPre TestSiswa ... 72 Gambar 3. Diagram Batang NilaiPost TestSiklus I ... 82 Gambar 4. Diagram Batang Perbandingan Nilai Siswa padaPre Test

danPost TestSiklus I ... 83 Gambar 5. Persentase Aktivitas Siswa Siklus I ... 86 Gambar 6. Diagram Batang NilaiPost TestSiklus II ... 98 Gambar 7. Diagram Batang Perbandingan Prestasi Belajar Siswa

padaPre Test, Post TestSiklus I danPost TestSiklus II... 99 Gambar 8. Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ... 102 Gambar 9. Diagram Batang Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I dan


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 121

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 122

Lampiran 3. Kunci Jawaban Soal... 130

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 132

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 153

Lampiran 6. Daftar Nilai HasilPre TestSebelum Tindakan ... 166

Lampiran 7. Daftar Nilai HasilPost TestSiklus I ... 167

Lampiran 8. Daftar Nilai HasilPost TestSiklus II ... 168

Lampiran 9. Hasil Observasi Pada Siswa Pertemuan I Siklus I... 169

Lampiran 10. Hasil Observasi Pada Siswa Pertemuan II Siklus I ... 170

Lampiran 11. Hasil Observasi Pada Siswa Rata-rata Siklus I ... 171

Lampiran 12. Hasil Observasi Pada Siswa Pertemuan I Siklus II ... 172

Lampiran 13. Hasil Observasi Pada Siswa Pertemuan II Siklus I ... 173

Lampiran 14. Hasil Observasi Pada Siswa Rata-rata Siklus II ... 174

Lampiran 15. Hasil Observasi Pada Guru Siklus I ... 175

Lampiran 16. Hasil Observasi Pada Guru Siklus II ... 176

Lampiran 17. Dokumen Pelaksanaan Penelitian... 177

Lampiran 18. Surat Permohonan Izin Penelitian dari UNY ... 181

Lampiran 19. Surat Izin Penelitian dari Bappeda Sleman ... 182

Lampiran 20. Surat Keterangan Kepala Sekolah ... 182

Lampiran 21. Lembar Validasi Media Pembelajaran ... 183


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan suatu bangsa. Hal ini dikarenakan pendidikan menjadi salah satu tolak ukur kemajuan sebuah bangsa. Binti (2009: 10-11) menyatakan bahwa negara Indonesia dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke IV memiliki tujuan pendidikan nasional yang mulia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan adanya tujuan pendidikan nasional, pemerintah selalu berupaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Pemerintah tidak pernah berhenti dan selesai dalam upaya pembangunan pendidikan. Menurut Suyanto & Djihad (2000: v), hal ini disebabkan karena pembangunan sektor pendidikan akan selalu berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat suatu bangsa. Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dalam Binti (2009: 14), pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa dan memiliki tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik. Menurut Riant (2008: 21-22), dalam UU Sisdiknas tersebut juga dijelaskan mengenai pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Sebagaimana telah


(17)

2

dijelaskan mengenai fungsi, tujuan nasional, dan pengertian dari pendidikan, maka sudah seharusnya proses pendidikan yang ada di Indonesia berjalan sesuai dengan ketiga hal tersebut. Seperti dikemukakan oleh Suyanto & Djihad Hisyam (2000: 147), bahwa proses pendidikan yang ideal adalah proses pendidikan yang dikemas dengan memperhatikan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dengan memperhatikan ketiga aspek tersebut dan tidak terpaku pada aspek kognitif saja, maka

output dari pendidikan kita akan mampu mengantisipasi dan menghadapi

perubahan serta kemajuan masyarakat.

Dalam proses mewujudkan pendidikan yang semakin baik, pemerintah telah beberapa kali melakukan pergantian kurikulum pendidikan. Saat ini, kurikulum yang digunakan secara resmi adalah KTSP dan beberapa instansi yang ditunjuk masih menerapkan Kurikulum 2013. Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 jenjang Sekolah Dasar, terdiri atas beberapa mata pelajaran, yaitu: Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Pendidikan Agama, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Muatan Lokal. Tiga diantara mata pelajaran yang ada diujikan dalam Ujian Akhir Nasional yaitu Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, tiga mata pelajaran tersebut terkadang menjadi sorotan utama guru-guru di Sekolah Dasar untuk dapat meningkatkan prestasi siswa-siswanya pada saat UAN.


(18)

3

Dari ketiga mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Akhir Nasional, matematika merupakan mata pelajaran yang masih menjadi momok bagi peserta didik. Kebanyakan siswa di SD merasa matematika adalah mata pelajaran yang paling sulit bagi mereka. Hal itu terkait dengan banyaknya angka dan rumus-rumus yang harus mereka pelajari dan mereka hafalkan untuk menyelesaikan soal-soal yang ada. Meskipun begitu, sesungguhnya matematika merupakan mata pelajaraan yang penting dalam dunia pendidikan.

Sesuai dengan penjelasan Cahya Prihandoko (2006: 1) bahwa matematika merupakan ilmu dasar untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu ilmu matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini. Matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam mencerdaskan siswa. Hal ini mengingat bahwa matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Sebagaimana tercantum dalam dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD kurikulum 2006 dalam BSNP (2006: 147) menyatakan bahwa fungsi matematika adalah untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Senada dengan fungsi matematika, Depdiknas (2003: 6) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah untuk melatih serta menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, konsisten dan mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, matematika juga memiliki peranan


(19)

4

penting dalam kehidupan kita sehari-hari seperti bekerja, melakukan transaksi jual beli, serta hal-hal yang berkaitan dengan upaya penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Oleh karena itu, konsep matematika yang diberikan kepada siswa SD tidak bisa disepelekan meski terlihat sederhana dan mudah.

Menurut Subarinah (2006: 1) guru harus mengetahui tentang objek yang akan diajarkannya sehingga dapat mengajar dengan penuh dinamika dan inovasi dalam proses pembelajaran. Pada proses belajar mengajar juga harus disampaikan konsep secara cermat dan menarik dengan harapan siswa mampu untuk memahaminya. Selain itu, wawasan dan pengetahuan guru mengenai pentingnya penguasaan matematika bagi anak sangat

menentukan dalam pelaksanaan penyelenggaraan KBM untuk

meningkatkan mutu SDM yang dapat bersaing secara global. Menurut Herry Sukarman (2002: 6), seorang guru harus mampu berpandangan ke depan dan selalu menyesuaikan cara pembelajaran yang dilakukan berdasarkan hasil penelitian dari pakar-pakar pendidikan matematika. Maka dari itu, guru memiliki peranan yang penting dalam menanamkan pemahaman konsep pada siswa-siswanya.

Pada proses pembelajaran, selain guru harus menguasai pengetahuan yang akan diajarkannya kepada peserta didik, menurut Hamzah (2007: 18 & 28) seorang guru juga harus memiliki pengetahuan penunjang tentang kondisi fisiologis, psikologis, dan pedagogis dari peserta didik yang dihadapinya. Guru dituntut untuk memahami sifat dan


(20)

5

karakteristik peserta didik, terutama kemampuan belajarnya, cara dan kebiasaan belajar, minat terhadap pelajaran, motivasi untuk belajar, dan hasil belajar yang telah dicapai. Senada dengan pendapat tersebut, Herry Sukarman (2002: 6) mengungkapkan bahwa hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian guru berkaitan dengan pembelajaran matematika salah satunya adalah psikologi belajar matematika. Menurut Cahya Prihandoko (2006: 1-4), hal ini berkaitan juga dengan karakteristik siswa SD yang berada pada tingkat operasional formal yaitu siswa mampu memahami suatu konsep apabila mereka memanipulasi benda-benda konkret. Dengan demikian, dalam melakukan proses belajar mengajar, guru hendaknya memperhatikan kondisi perkembangan siswa dan berusaha untuk memberikan kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Sehingga menjadi sebuah hal yang penting bagi guru untuk dapat memberikan pembelajaran yang menarik dengan menggunakan benda-benda yang dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar lebih disukai anak.

Dalam wawancara dengan guru kelas V di SD yang akan digunakan peneliti untuk melakukan penelitian, guru menjelaskan bahwa sampai saat ini pelajaran matematika masih menjadi pelajaran yang memiliki nilai prestasi terendah dibandingkan mata pelajaran yang lain. Hal ini dibuktikan dengan hasil perolehan nilai rata-rata rapor siswa kelas V semester ganjil yaitu mata pelajaran matematika memiliki nilai rata-rata 68 sedangkan mataa pelajaran PKn 75, Bahasa Indonesia 72, IPA 71, dan


(21)

6

IPS 72. Menurut guru, salah satu penyebab dari rendahnya nilai rata-rata rapor siswa tersebut adalah kurang perhatiannya siswa pada saat pembelajaran matematika berlangsung. Sebagian besar siswa masih ramai dan tidak memperhatikan pada saat guru menerangkan.

Selain itu, pada saat peneliti bertanya jawab dengan siswa mengenai pelajaran matematika, sebagian besar siswa mengaku bahwa mereka kurang suka terhadap mata pelajaran matematika dan masih kesulitan dalam mengerjakan soal. Dalam kegiatan belajar mengajar juga masih jarang penggunaan alat peraga pembelajaran. Hal ini dikarenakan terbatasnya alat peraga yang ada di sekolah serta banyaknya tugas yang harus diselesaikan oleh guru sehingga tidak punya banyak waktu untuk membuat dan mempersiapkan alat peraga pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, menurut teori belajar Zoltan P. Dienes (Muchtar Karim, dkk 1996: 19) meyakini bahwa menggunakan berbagai sajian (representasi) tentang konsep matematika dapat membuat anak lebih memahami secara penuh konsep tersebut dibandingkan dengan menggunakan satu macam sajian. Oleh karena itu adanya sebuah alat peraga pada pembelajaran matematika dapat lebih membuat siswa memahami konsep yang dipelajari. Guru tidak hanya menjelaskan suatu konsep dengan satu macam sajian misal dengan metode ceramah, tapi juga menggunakan berbagai sajian menggunakan alat peraga. Dengan adanya alat peraga matematika, tidak hanya guru yang bertindak secara aktif dalam proses pembelajaran, tetapi siswa juga mampu terlibat aktif dengan mencoba memperagakan alat


(22)

7

peraga pembelajaran sembari memahami tentang konsep yang sedang dipelajari.

Dalam wawancara tersebut, guru yang bersangkutan juga menjelaskan bahwa siswa masih kesulitan dalam memahami beberapa materi pelajaran matematika di kelas V. Salah satunya adalah pecahan. Pada materi pecahan guru baru sedikit menggunakan alat peraga pembelajaran sehingga siswa belum mampu memahami konsep dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil ulangan pada materi penjumlahan pecahan menunjukkan bahwa dari 25 siswa kelas V hanya 6 anak yang

mendapatkan nilai di atas KKM atau ≥ 60 dan 19 siswa yang lainnya masih mendapat nilai di bawah KKM atau < 60.

Berdasarkan hasil perolehan nilai pada materi penjumlahan pecahan tersebut dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Balangan 1 Minggir masih tergolong rendah. Maka dari itu, peneliti akan mencoba untuk menerapkan alat peraga pada pembelajaran matematika. Alat peraga tersebut berupa blok pecahan. Alat peraga blok pecahan merupakan alat peraga pada materi pecahan yang dapat digunakan untuk menjabarkan konsep dan operasional pecahan. Dengan menggunakan alat peraga ini diharapkan siswa akan lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran dan terlibat aktif sehingga mampu menguasai materi dengan baik. Dengan keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran, maka siswa dapat mengkontruksi pengetahuannya dengan baik sehingga mampu meningkatkan prestasi belajarnya.


(23)

8

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan dalam pembelajaran matematika, yaitu:

1. Mata pelajaran matematika masih menjadi pelajaran yang kurang

disukai oleh para siswa.

2. Para siswa sebagian besar masih kesulitan dalam memahami mata

pelajaran martematika.

3. Banyak siswa yang masih ramai dan tidak memperhatikan proses

pembelajaran.

4. Penggunaan alat peraga dalam proses KBM intensitasnya masih

sedikit.

5. Alat peraga yang ada di sekolah masih terbatas dan guru kesulitan

dalam mengatur waktu untuk menyiapkan alat peraga pembelajaran.

6. Prestasi belajar matematika siswa kelas V SD N Balangan 1 masih

tergolong rendah terlihat dari hasil perolehan nilai rata-rata matematika yang masih rendah dibandingkan mata pelajaran yag lain.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada upaya peningkatan prestasi belajar matematika materi penjumlahan pecahan dengan menggunakan alat peraga blok pecahan di


(24)

9

kelas V SD Negeri Balangan 1 Minggir Sleman Yogyakarta semester genap tahun ajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah yang akan diajukan adalah bagaimana meningkatkan prestasi belajar matematika melalui alat peraga blok pecahan di kelas V SD Negeri Balangan 1 Minggir Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan hakikat penelitian tindakan kelas yang bermaksud untuk memperbaiki proses pembelajaran, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk meningkatkan prestasi belajar matematika melalui alat peraga blok pecahan di kelas V SD Negeri Balangan 1 Minggir Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan mampu menginspirasi guru untuk lebih banyak lagi menggunakan alat peraga dalam penyampaian konsep matematika, sehingga minat siswa akan tinggi dan tertarik pada materi yang diajarkan oleh guru.


(25)

10

2. Bagi Siswa

a. Mampu mengubah pandangan siswa terhadap pelajaran

matematika yang tadinya merupakan pelajaran yang sulit menjadi pelajaran yang menyenangkan.

b. Siswa lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran matematika dan

memudahkan siswa dalam memahami konsep matematika sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

a. Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan salah satu alat peraga yang mampu membantu mengatasi permasalahan belajar yang terjadi di sekolah.

b. Mampu meningkatkan kualitas sekolah dengan meningkatkan

prestasi belajar siswa.

c. Terciptanya budaya penelitian untuk menganalisis masalah dan


(26)

11

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Menurut Poerwanto dalam Gullam dan Lisa (2011: 92) pengertian prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana dinyatakan dalam raport. Menurut Suryabrata dalam Fernando (2014: 22) prestasi belajar adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dicapai dalam belajar setelah ia melakukan kegiatan belajar.

Menurut Muhibbin Syah dalam Fernando (2014: 22) prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan dari siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Menurut Gullam dan Lisa (2011: 92) prestasi belajar adalah tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.. Menurut Nana Sudjana dalam Mustofa (2012: 115) prestasi belajar merupakan hasil-hasil belajar yang dicapai dengan kriteria tertentu.


(27)

12

Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan tersebut, seorang guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu bahasan kepada siswa. Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai tujuan yang ingin dicapai. Saat seorang siswa mampu mencapai tujuan yang ditargetkan, dapat dikatakan bahwa siswa mampu mencapai prestasi belajar yang baik. Menurut Anas Sudijono (2005: 434) menjelaskan bahwa faktor pencapaian atau prestasi dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan sebuah nilai akhir siswa. Hal ini disebabkan prestasi belajar atau pencapaian peserta didik dilambangkan dengan nilai-nilai hasil belajar siswa pada dasarnya mencerminkan sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil pencapaian atau penguasaan terhadap materi yang dipelajari dari usaha yang dilakukan siswa setelah melakukan kegiatan belajar dan ditunjukkan dengan hasil belajarnya berupa nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru berdasarkan hasil pengukuran menggunakan alat evaluasi.. Prestasi belajar ini bagi guru dan siswa merupakan hal yang penting. Bagi guru prestasi yang diperoleh siswa dapat dijadikan salah satu tolak ukur keberhasilan guru dalam mencapai tujuan pengajaran yang telah dirancang. Dan bagi siswa, prestasi yang


(28)

13

diperolehnya merupakan suatu tolak ukur sejauh mana siswa mampu memahami materi yang telah dipelajari.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Uzer dan Lilis (1993: 9-10), prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam diri siswa (internal) maupun dari luar siswa (eksternal). Oleh karena itu, pengenalan guru terhadap faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa penting dalam rangka membantu siswa untuk mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin. Fator-faktor tersebut adalah:

a. Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)

1) Faktor jasmaniah (fisiologi). Yang termasuk faktor ini adalah

pancaindera yang tidak berfungi sebagaiman mestinya. Misal siswa mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang kurang sempurna.

2) Faktor psikologis. Dalam faktor psikologis masih terbagi menjadi

dua yaitu faktor intelektif dan faktor nonintelektif. Faktor intelektif meliputi faktor potensial berupa kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. Sedangkan faktor nonintelektif meliputi unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. Dalam faktor ini, siswa


(29)

14

untuk meraih prestasi karena sudah memahami apa yang harus dia lakukan untuk mencapai prestasi yang ingin dicapai.

b. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)

1) Faktor sosial. Pada faktor sosial terdiri dari lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok. Baik lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, amupun kelompok memiliki pengaruh pada prestasi yang dicapai oleh siswa.

2) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,

dan kesenian. Seorang siswa tentu akan bergelut dengan budaya dalam usahanya mencapai sebuah prestasi. Oleh karena itu, daya dukungnya terhadap budaya akan membuat siswa mampu meraih prestasi.

3) Faktor lingkungan fisik. Dalam faktor lingkungan fisik ini

mencakup fasilitas rumah dan fasilitas belajar. Fasilitas rumah maupun belajar yang lebih lengkap dan sesuai dengan keinginan siswa akan membuat siswa semakin semangat untuk meraih prestasi belajar.

4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. Lingkungan spiritual

yang baik pada siswa tentu akan mempengaruhi siswa pada prestasi belajarnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar memiliki banyak faktor yang mempengaruhi. Baik faktor


(30)

15

internal (dari diri siswa) maupun faktor eksternal (dari luar siswa) memiliki perannya masing-masing yang berpengaruh pada prestai belajar siswa. Dari dalam diri siswa seperti faktor jasmaniah, psikologis, dan kematangan fisik maupun psikis akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki jasmani yang sempurna, kecerdasan tinggi, kepribadian yang baik, serta kematangan fisik maupun psikis tentu akan mampu meraih prestasi belajar yang lebih maksimal dibandingkan siswa yang memiliki jasmani kurang sempurna, kecerdasan yang rendah, kepribadian yang kurang baik, serta kematangan fisik maupun psikis yang masih belum baik.

Begitu pula faktor eksternal dari diri siswa. Lingkungan sekeliling siswa tentu memiliki pengaruh yang besar bagi prestasi belajarnya. Siswa akan selalu berinteraksi dengan banyak hal di luar dirinya. Oleh karena itu faktor sosial seperti lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan kelompok akan berpengaruh pada pencapaian prestasi siswa. Selain itu, faktor budaya yang dia dapatkan dari lingkungannya, fasilitas belajar, dan pengajaran terhadap spiritual yang didapatkan dari kecil juga akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Jadi, prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak hal, apabila satu faktor dan yang lainnya dapat terpenuhi dengan baik, maka pencapaian prestasi belajar siswa akan tinggi. Begitu juga sebaliknya apabila satu faktor dengan yang lainnya tidak dapat terpenuhi maka daya dukung terhadap prestasi belajar siswa


(31)

16

akan rendah dan pencapaian prestasi belajarnya tidak akan tercapai secara maksimal.

B. Tinjauan Tentang Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar

1. Pengertian Matematika

Menurut Lisnawati, dkk. (1993: 64-65), penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari manusia telah menunjukkan hasil nyata yaitu merupakan dasar bagi desain ilmu-ilmu lain seperti teknik, bidang sosial dan ekonomi, serta memberikan pengetahuan pada bahasa, proses, dan teori. Dengan adanya hal tersebut, maka matematika menjadi suatu hal yang penting bagi negara karena jatuh bangunnya suatu negara tergantung dari kemajuan di bidang matematikanya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 723) menyatakan bahwa, matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Matematika menurut Subarinah (2006: 1) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Hal ini berarti bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep, dan mencari hubungan antar konsep dan strukturnya.

Menurut Antonius (2006: 9) mengungkapkan bahwa matematika berkenaan dengan struktur-struktur, hubungan-hubungan, dan konsep-konsep abstrak yang dikembangkan menurut aturan yang logis, oleh


(32)

17

karena itu seorang guru harus menggunakan peraga-peraga dan ilustrasi konkret dari kehidupan nyata di sekitar siswa agar konsep abstrak tersebut menjadi lebih mudah dipahami siswa. Senada dengan Antonius, menurut Sukayati & Agus (2009: 1) menyatakan bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai sifat khas bila dibandingkan dengan disiplin ilmu yang lainnya. Hal ini dikarenakan matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Oleh karena itu pembelajaran dalam matematika akan lebih mudah dimengerti apabila dalam pembelajaran siswa diperkenalkan dengan materi dalam bentuk-bentuk konkret.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat dikatakan bahwa matematika adalah ilmu yang mendasari berbagai pengetahuan yang lain dan ilmu mengenai bilangan-bilangan yang masih berupa konsep, struktur, dan hubungan abstrak sehingga memerlukan alat bantu untuk dapat memahami konsep, struktur, dan hubungan tersebut. Oleh karena itu menjadi suatu hal yang penting ketika guru harus berusaha menggunakan alat peraga pada saat melakukan pembelajaran matematika.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD dan MI kurikulum 2004 dalam Depdiknas (2003: 6), menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah melatih dan menumbuhkan cara berpikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten serta mengembangkan sikap gigih dan percaya diri sesuai dalam


(33)

18

menyelesaikan masalah. Dalam dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD kurikulum 2006 dalam BNSP (2006: 148) mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan seperti berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, dan efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang strategi matematika, menyelesaikan strategi, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, diagram, tabel, dan

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan penjelasan mengenai tujuan dari pembelajaran matematika di atas maka apabila pembelajaran matematika terlaksana dengan baik dan siswa mampu memahami serta mengikuti pembelajaran dengan baik tentu tujuan-tujuan di atas akan tercapai dengan baik.


(34)

19

Dengan tercapainya tujuan-tujuan tersebut maka dunia pendidikan Indonesia akan menghasilkan insan-insan cendekia yang mampu memajukan bangsa dan negara. Hal ini dikarenakan pencapaian tujuan dalam pembelajaran matematika akan membawa siswa pada pencapaian di bidang ilmu-ilmu yang lain mengingat bahwa matematika merupakan dasar dari berbagai ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu pembelajaran matematika harus dilakukan sebaik mungkin agar tujuannya dapat tercapai.

3. Ruang Lingkup Materi Matematika Kelas V SD

Menurut dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD kurikulum 2006 dalam BNSP (2006: 148) mata pelajaran matematika yang diajarkan pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan data.

Oleh karena penelitian yang akan dilakukan peneliti dilaksanakan pada semester II, maka ruang lingkup materi yang akan dipelajari oleh siswa kelas V SD/MI semester 2 mencakup:

a. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

1) Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya

2) Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan

3) Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan

4) Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

b. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun


(35)

20

2) Mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang

3) Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana

4) Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan dan simetri

5) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan

bangun ruang sederhana

Berdasarkan ruang lingkup materi mata pelajaran matematika kelas V SD/MI semester 2 di atas, maka dalam penelitian ini materi yang akan digunakan adalah menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dengan materi spesifik penjumlahan pecahan.

4. Materi Pecahan

Dari beberapa materi matematika yang dipelajari di SD Negeri Balangan 1, peneliti menemukan permasalahan materi pecahan. Hal ini dikarenakan materi pecahan dirasa sulit bagi siswa sehingga hasil belajarnya belum mencapai kriteria yang diinginkan. Hal ini dibuktikan dengan hasil ulangan pada materi penjumlahan pecahan, dari 25 siswa yang mengikuti ulangan hanya 6 siswa yang mendapatkan nilai di atas standar KKM dan 19 siswa lainnya masih mendapatkan nilai di bawah standar KKM. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti materi pecahan. Menurut Sukayati (2008: 6) menyatakan bahwa kata pecahan berarti bagian dari keseluruhan yang berukuran sama berasal dari bahasa Latin fractio yang berarti memecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Sebuah pecahan memiliki 2 bagian yaitu pemblang dan penyebut yang penulisannya dipisahkan oleh garis lurus dan bukan miring (/).


(36)

21

Lisnawaty, dkk (1993: 153), menyatakan bahwa pengertian bilangan pecahan pada matematika sekolah dasar dapat didasarkan atas pembagian suatu benda atau himpunan atas beberapa bagian yang sama. Menurut Marsudi Raharjo (2002: 3) pecahan adalah bagian yang tidak utuh, pertama kali dapat dilakukan diantaranya adalah dengan melipat potongan kertas berbentuk lingkaran atau persegi sehingga lipatan-lipatannya tepat menutupi satu sama lain. Setelah peragaan dengan melipat, disusul dengan menebalkan bagian yang dilipat dan mengarsir bagian yang sesuai, ditunjukkan hasilnya kemudian digambarkan di papan tulis.

Dalam buku Pedoman Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (2010) dijelaskan bahwa pecahan terdiri dari beberapa jenis (nama) dan cara penulisannya, yaitu: pertama, pecahan biasa. Pecahan biasa adalah pecahan yang ditulis dengan pembilang, penyebut, dan garis per mendatar atau miring; kedua, pecahan campuran. Pecahan campuran adalah pecahan yang memiliki bagian bulat dan bagian pecahan; ketiga, pecahan desimal. Pecahan desimal adalah pecahan persepuluhan yang ditulis dengan menggunakan tanda koma (dalam bahasa inggris ditulis dengan tanda titik). Menurut Sukayati (2003: 1) menyatakan bahwa pecahan yang dipelajari anak ketika di SD merupakan bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk dengan a dan b adalah bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol. Pecahan biasa merupakan lambang bilangan yang dipergunakan untuk melambangkan bilangan pecah dan rasio


(37)

22

(perbandingan). Menurut Kennedy dalam Sukayati (2003: 1-2) makna dari pecahan muncul dari situasi-situasi seperti pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh atau keseluruhan, pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan sama banyak, atau juga menyatakan pembagian, percahan sebagai perbandingan (rasio).

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli, penulis menyimpulkan bahwa pecahan adalah bagian dari keseluruhan, yang biasanya bagian tersebut ditandai dengan arsiran dan dinamakan pembilang, sedangkan bagian yang utuh tersebut dinamakan penyebut. Menurut BSNP (2006: 164), pada beberapa materi dalam matematika terdapat standar kompetensi dan beberapa kompetensi dasar. Standar Kompetensi materi pecahan adalah menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Sedangkan Kompetensi Dasarnya, yaitu sebagai berikut:

a. Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya

b. Mejumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan

c. Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan

d. Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan peneliti, maka pada penelitian yang akan dilakukan peneliti mengambil materi penjumlahan pecahan. Konsep materi dalam penjumlahan pecahan pada buku paket pegangan siswa SD N Balangan 1 yaitu Cerdas Matematika (2007: 14-21) adalah sebagai berikut:


(38)

23

a. Menjumlahkan Pecahan Berpenyebut Sama

1) Menjumlahkan Pecahan Biasa dengan Pecahan Biasa

Contoh: + = ...

Pada penjumlahan berpenyebut sama dapat dilakukan dengan menjumlahkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya tetap.

Jadi, + = =

2) Menjumlahkan Pecahan Biasa dengan Pecahan Campuran

Contoh: +2 = ...

+2 = (0+2) + ( + ) Bagian bulat dan pecahan dipisahkan

= 2 + = 2

3) Menjumlahkan Pecahan Campuran dengan Pecahan Campuran

Contoh: 3 + 2 = ...

3 + 2 = (3+2) + ( + ) Bagian bulat dan pecahan dipisahkan

= 5 + = 5

b. Menjumlahkan Dua Pecahan Berpenyebut Tidak sama

1) Menjumlahkan Pecahan Biasa dengan Pecahan Biasa

Contoh : Panjang pita Sukma meter. Panjang pita Fira meter. Jika disambung, berapa panjang pita mereka berdua?


(39)

24 + = ...

Untuk menjumlahkan pecahan tersebut, kedua penyebut harus disamakan. Gunakan KPK untuk menyamakan penyebut. KPK dari 3 dan 4 adalah 12.

Jadi, + = + =

= = 1

2) Menjumlahkan Pecahan Biasa dengan Pecahan Campuran

Contoh: +1 = ...

Cara 1: Pecahan campuran tidak diubah menjadi pecahan biasa. Dicari KPK dari penyebut bilangan pecahannya.

+1 = +1 KPK dari 3 dan 4 adalah 12

= 1 +

= 1 + = 1

Cara 2: Pecahan campuran diubah dulu menjadi pecahan biasa

1 = =

Sehingga +1 = +


(40)

25 =

= = 1

3) Menjumlahkan Pecahan Campuran dengan Pecahan Campuran

Contoh: 2 + 3 = ...

Cara 1: Penyebut-penyebut bagian pecahan disamakan tanpa mengubah bagian bulat

2 + 3 = 2 + 3

= (2+3) + ( + ) KPK dari 3 dan 2 adalah 6

= 5 + = 5 + = 5

Cara 2: Kedua pecahan campuran diubah menjadi pecahan biasa, kemudian penyebutnya disamakan

2 + 3 = +

= + KPK dari 3 dan 2 adalah 6

=

= = 5

4) Menjumlahkan Tiga Pecahan Berpenyebut Tidak Sama

Contoh 1: Sukma membantu Ibu menimbang bahan-bahan kue. Ibu akan membuat tiga jenis kue. Kue pertama memerlukan kg gula pasir. Kue jenis kedua memerlukan kg gula pasir. Kue jenis


(41)

26

ketiga memerlukan kg gula pasir. Berapa kg gula pasir yang diperlukan untuk semua jenis kue tersebut?

+ + = ... Penyelesaian:

+ + = + + KPK dari 3, 4, dan 6 adalah 12

=

= = 1

Contoh 2: 1 + + + = ... Penyelesaian:

1 + + + = + + dijadikan bentuk pecahan biasa

= + + KPK dari 5, 4, dan 10 adalah 20

= = = 2

5. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Dalam proses pendidikan yang berlangsung di setiap tingkat satuan pendidikan, seorang guru harus mampu mengetahui karakteristik dari siswa-siswanya. Dalam hal ini, banyak ahli yang telah mengungkapkan karakteristik dari siswa SD. Siswa SD umurnya berkisar antara enam atau tujuh tahun sampai dua belas tahun. Seperti diungkapkan oleh Nasution dalam Syaiful Bahri (2011: 123) bahwa masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam tahun hingga


(42)

kira-27

kira sebelas atau dua belas tahun. Dalam setiap perkembangannya, anak akan mengalami karakteristiknya masing-masing. Seperti dikemukakan oleh Piaget (Wakiman, 2001: 6-7) perkembangan kognitif manusia melalui 4 tahap, yaitu:

a. Sensorimotor (0 - 2 th)

Pada tahap ini, anak dalam masaa mengembangkan konsep melalui interaksi dengan dunia fisik. Pada usia dini, dasar-dasar pertumbuhan mental dan belajar matematika anak mulai berkembang.

b. Praoperasional (2 - 7th)

Pada tahap praoperasional, anak sudah mulai menggunakan bahasa untuk menyatakan suatu ide, tetapi ide tersebut masih tergantung pada persepsi. Selain itu, anak telah mulai menggunakan simbol dan belajar untuk membedakan antar istilah dan objek yang diwakili oleh istilah tersebut. Pada tahap ini anak juga sudah mulai mengenal ide tentang

“kekekalan” atau “konservasi” yang sederhana.

c. Operasi Konkret (7 – 12th)

Pada tahap operasi konkret, seorang anak akan mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan dan model-model ide abstrak. Bahasa bagi anak merupakan alat yang sangat penting untuk menyatakan dan mengingat konsep. Pada tahap ini anak sudah mulai berpikir logis sebagai akibat dari kegiatan memanipulasi benda-benda konkret. Konsep kekekalan


(43)

28

sudah dapat diterima oleh anak dengan mantap. Hal ini berdasarkan pengamatan dan penggunaan pikiran yang logis.

d. Operasi formal (12 th - dewasa)

Pada tahap ini, seorang anak sudah mulai mampu untuk berpikir secara abstrak dan menyusun hipotesis dari hal-hal yang abstrak menjadi real. Anak sudah mulai tidak bergantung pada benda-benda konkret.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 124-125), karakteristik siswa di bagi menjadi dua, yaitu:

a. Masa Kelas-kelas Rendah Sekolah Dasar

1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan

pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.

2) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi

peraturan-peraturan permainan yang tradisional.

3) Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau

hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.

5) Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu

dianggapnya tidak penting.

6) Pada masa ini (terutama pada umur 6 - 8 tahun) anak

menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.


(44)

29

b. Masa Kelas-kelas Tinggi Sekolah Dasar

1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang

konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

2) Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.

3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan

mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.

4) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau

orang-orang dewasa lainnya.

5) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya,

biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri. Pada pembagian masa perkembangan anak-anak umur SD, menurut Suryobroto dalam Syaiful Bahri (2011: 124) menyatakan bahwa masa-masa kelas rendah sekolah dasar berkisar umur 6 atau 7 tahun sampai umur 9 atau 10 tahun yaitu kelas I, II, dan III. Masa-masa kelas tinggi sekolah dasar berkisar umur 9 atau 10 tahun sampai umur 12 atau 13 tahun yaitu kelas IV, V, dan VI.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa anak kelas V SD yang masuk pada masa-masa kelas tinggi dengan perkembangan intelektualnya berada pada tahap operasional konkret yang berpikir


(45)

30

logiknya didasarkan atas manipulasi fisik dari objek-objek. Dengan begitu penggunaan media berupa alat peraga dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk membantu proses berpikirnya sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran yang diajarkan.

C. Tinjauan Tentang Alat Peraga

1. Pengertian Alat Peraga

Dalam proses belajar mengajar di kelas, seorang guru membutuhkan alat bantu untuk mengajar sehingga memudahkan siswa dalam mengikuti proses belajar. Menurut Uzer (2006: 31) alat peraga

pengajaran, teaching aids, atau audiovisual aids (AVA) merupakan

alat-alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme dalam diri siswa. Senada dengan hal tersebut, Nasution (2000: 94-97) menjelaskan bahwa dalam dunia pendidikan, masalah yang sering dialami adalah verbalisme.

Verbalisme yang dimaksudkan terdapat dalam tiap situasi belajar, yaitu apabila anak-anak diberi kata-kata tanpa memahami artinya. Hal inilah yang menjadi kekurangan dalam dunia pendidikan kita. Oleh karena itu, untuk memperoleh suatu pengertian yang nyata, seorang guru harus mampu mengabstraksi suatu pengalaman pada seorang anak. Akan tetapi dalam mengabstraksi pengalaman tersebut, diperlukan alat bantu berupa media. Dalam hal ini, kita tidak bisa sembarangan dalam memilih media. Seperti dikemukakan oleh Vernon & Donald (1980: 240) bahwa:


(46)

31

A fundamental component of the systematic approach to teaching and learning is the selection of instructional media. The basic rule for media is: A medium of instruction must be selected on the basic of its potential for implementing a stated objective.

Oleh karena itu, pemilihan dalam penggunaan media sangat penting untuk menyesuaikan dengan materi atau objek yang akan dipelajari. Media sendiri masih dalam artian yang luas. Menurut Ahmad Rohani (1997: 3) media adalah sesuatu yang dapat diindra dan berfungsi sebagai perantara berupa sarana dan alat untuk proses komunikasi (proses belajar mengajar). Menurut Sukayati & Agus (2009: 6) media pembelajaran adalah semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasarkan fungsinya media dapat berbentuk alat peraga dan sarana. Sehingga semua benda yang digunakan sebagai alat dalam pembelajaran matematika disebut dengan alat peraga matematika. Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa media dibagi menjadi dua bentuk yaitu sarana dan alat.

Menurut Syaiful Bahri (2005: 184) alat adalah apa saja yang dapat dijadikan perantara untuk mencapai tujuan pendidikan. Suryosubroto (2002: 175) menyatakan bahwa dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran sekolah, setiap metode mengajar perlu menggunakan alat-alat pengajaran yang berfungsi membantu proses pengajaran agar tujuan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Alat-alat pengajaran tersebut biasa disebut dengan alat peraga. Menurut Estiningsih dalam Sukayati & Agus (2009: 6) alat peraga adalah media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari. Menurut Kamus Besar


(47)

32

Bahasa Indonesia (2005: 27-28) alat peraga adalah alat yang digunakan dalam pengajaran yang dapat dilihat sehingga tahu benar benda yang dimaksud atau sebagai alat bantu untuk menghitung, dsb. Menurut Pujiati dalam Nurul (2012: 27-28) alat peraga adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat, atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep serta prinsip-prinsip matematika. Menurut Nasution (2000: 98), menyatakan bahwa alat-alat peraga adalah alat bantu dalam mengajar agar pembelajaran menjadi efektif.

Lebih lanjut, Nasution menjelaskan bahwa alat peraga memiliki faedah atau nilai yaitu: pertama, menambah kegiatan belajar murid. Ini berarti bahwa siswa dituntut untuk lebih aktif dengan menggunakan alat peraga, sehingga bukan gurunya saja yang terlibat aktif dalam belajar mengajar; kedua, menghemat waktu belajar (ekonomis). Dengan adanya alat peraga, siswa akan belajar dengan waktu yang lebih efektif, guru tidak harus terlalu lama dalam memberikan pemahaman karena siswa akan lebih cepat dalam memahami; ketiga, menyebabkan hasil belajar lebih permanen dan mantap.

Seperti dijelaskan sebelumnya, dengan siswa mengalami langsung dan berinteraksi dengan materi yang dibuat lebih konkret, siswa akan

mudah memahami dan pemahamannya akan lebih permanen

dibandingkan tidak mengalami langsung; keempat, memberikan alasan yang wajar untuk belajar karena membangkitkan minat perhatian


(48)

33

(motivasi) dan aktivitas, pada siswa. Adanya alat peraga akan membuat siswa lebih tertarik untuk mempelajari materi yang disajikan guru, dengan begitu motivasi belajarnya akan lebih meningkat; keenam, memberikan pemahaman yang lebih tepat dan jelas. Seperti penjelasan di atas, pada masa sebelum seorang anak memasuki bangku sekolah, mereka cenderung lebih mudah dalam memahami sesuatu, hal ini dikarenakan mereka mengalami secara langsung. Begitu juga dengan adanya alat peraga akan membuat siswa lebih paham secara tepat dan jelas karena dia belajar secara konkret. Oleh karena itu penggunaan alat peraga akan dapat membantu siswa dalam memahami pembelajaran yang abstrak menjadi konkret.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat untuk membantu proses belajar mengajar agar proses komunikasi dalam memahami materi yang dipelajari lebih baik dan efektif. Alat peraga memiliki banyak manfaat salah satunya adalah membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan menggunakan alat peraga, proses belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh guru saja, akan tetapi siswa akan ikut berperan aktif di dalamnya, salah satunya dengan mencoba memperagakan alat peraga. Dengan begitu, proses belajar mengajar akan lebih menyenangkan dan menarik minat siswa sehingga mudah memahami materi yang diajarkan.


(49)

34

2. Pentingnya Alat Peraga

Alat peraga merupakan alat yang membantu guru dan siswa untuk dapat belajar dengan efektif. Dengan begitu, alat peraga memiliki banyak kegunaan pada proses pembelajaran. Menurut Ruseffendi (1984: 384), secara singkat alat peraga matematika berguna untuk:

a. Supaya anak-anak lebih besar minatnya

b. Supaya anak-anak dapat dibantu daya tiliknya sehingga lebih

mengerti dan lebih besar daya ingatnya

c. Supaya anak-anak dapat melihat hubungan antara ilmu yang

dipelajarinya dengan alam sekitar dan masyarakat

Dalam sebuah pembelajaran di sekolah dasar, anak-anak menginginkan pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Disinilah peran guru sangat dominan untuk menciptakan suana pembelajaran yang menyenangkan. Khususnya dalam mata pelajaran matematika yang masih dianggap sulit oleh anak. Guru harus bisa merubah pemikiran siswanya terhadap pelajaran matematika bahwa belajar matematika itu menyenangkan dan memiliki banyak manfaat. Oleh karena itu seorang guru perlu mengetahui macam-macam alat peraga yang dapa digunakan dalam pembelajaran matematika. Selain mengetahui, guru juga harus bisa memahami dan menggunakan alat peraga tersebut. Dengan hal ini diharapkan anak-anak akan lebih banyak memahami dan mengikuti proses pembelajaran matematika dengan


(50)

35

gembira, dengan begitu minatnya terhadap pelajaran matematika akan lebih besar.

Selain itu, di sekolah dasar masih banyak siswa yang nilainya kurang. Hal ini bisa disebabkan karena anak sukar dalam membayangkan bentuk-bentuk geometri ruang dalam pembelajaran matematika. Apabila hal ini dibiarkan tanpa diperbaiki, maka bukan tidak mungkin siswa akan semakin tidak paham dan tidak suka terhadap pelajaran matematika dan menyebabkan mereka enggan untuk sekolah. Oleh karena itu sebagai seorang guru yang bertugas mendidik siswa-siswa harus bisa segera mengatasi masalah-masalah tersebut salah satunya dengan menggunakan alat peraga pada saat pembelajaran matematika berlangsung.

3. Prinsip Penggunaan Alat Peraga

Pendidikan di Indonesia selama ini lebih menekankan pada aspek kognitif dibandingkan dengan dua aspek yang lainnya yaitu afektif dan psikomotorik yang sedikit diabaikan. Dengan berkaca pada hal tersebut menyebabkan pembelajaran yang terjadi di sekolah saat ini masih banyak yang bersifat klasikal sehingga semua peserta didik diperlakukan sama oleh guru. Pada pembelajaran ini menyebabkan komunikasi hanya terjadi satu arah yaitu guru pada siswa tidak ada timbal balik dari siswa ke guru. Sehingga dalam pembelajarn guru yang akan lebih aktif bahkan dalam penggunaan alat peraga dan hanya sebagian kecil siswa yang mau memanfaatkan alat peraga. Oleh karena itu penggunaan alat peraga juga harus disesuaikan kebutuhannya digunakan dalam individu atau


(51)

36

kelompok. Menurut William Burton dalam Uzer (2006: 32) dalam memilih alat peraga yang akan digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

a. Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan

pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok

b. Alat yang dipilih harus tepat, memadai, dan mudah digunakan

c. Harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih dahulu

d. Penggunaan alat peraga disertai kelanjutannya seperti dengan

diskusi, analisis, dan evaluasi

e. Sesuai dengan batas kemampuan biaya

Menurut Sukayati & Agus (2009: 9), ada 7 prinsip umum dalam penggunaan alat peraga pada sebuah pembelajaran, yaitu:

a. Penggunaan alat peraga hendaknya sesuai dengan tujuan

pembelajaran

b. Alat peraga yang digunakan hendaknya sesuai dengan metode

atau strategi pembelajaran

c. Tidak ada satu alat peragapun yang dapat atau sesuai untuk

segala macam kegiatan belajar

d. Guru harus terampil menggunakan alat peraga dalam

pembelajaran

e. Peraga yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan siswa


(52)

37

f. Pemilihan alat peraga harus obyektif, tidak didasarkan kepada

kesenangan pribadi

g. Keberhasilan penggunaan alat peraga juga dipengaruhi oleh

kondisi lingkungan

Apabila prinsip-prinsip penggunaan alat peraga di atas dapat dipenuhi dan dijalankan, maka proses pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga akan lebih membuat siswa tertarik dan memahami pembelajaran dengan baik. Dalam hal ini memang seorang guru dituntut untuk berusaha lebih keras. Akan tetapi hal tersebut tentu akan membuat siswa menjadi senang dalam belajar dan memahami suatu pembelajaran dan akan memiliki dampak yang besar dalam dunia pendidikan. Sehingga perjuangan dari proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan dampak yang baik pula.

4. Alat Peraga Blok Pecahan

Menurut Pujiati (2008: 37), menyatakan bahwa blok pecahan adalah alat peraga yang digunakan untuk menjelaskan tentang konsep materi pecahan yang terdiri dari lingkaran utuh dan juring-juring. Menurut Sukayati & Agus Suharjana (2009: 30-31), menyatakan bahwa alat peraga blok pecahan dapat digunakan untuk pembelajaran pecahan di kelas III, IV, V, VI SD dalam konsep materi pecahan , , , , , , , ; membandingkan pecahan, pecahan senilai, serta penjumlahan dan pengurangan pecahan. Menurut Sukayati (2008: 7) menyatakan bahwa


(53)

38

blok pecahan sangat bermanfaat bagi siswa sebagai pengganti dari benda-benda aslinya. Menurut Sukayati & Agus Suharjana (2009 : 31-38), penjelasan mengenai penggunaan alat peraga blok pecahan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Memperagakan konsep pecahan

Konsep pecahan yang dikenalkan kepada peserta didik dengan urutan dari an, an, dan an. Selanjutnya mengenalkan pecahan an,

an, an, an, dan an. Satu lingkaran utuh digunakan untuk


(54)

39

Lingkaran utuh digunakan untuk

memperagakan bilangan 1.

Lingkaran yang dipotong menjadi 2 bagian yang sama digunakan untuk memperagakan konsep an. Masing-masing melambangkan dan dibaca setengah/satu perdua/seperdua.

“1” disebut pembilang (merupakan 1 bagian potongan yang diperhatikan/diambil). “2”

disebut penyebut (merupakan banyaknya potongan yang sama dari yang utuh).

Lingkaran yang dipotong menjadi 4 bagian sama digunakan untuk memperagakan konsep pecahan an. Bila mengambil 2 potong maka disebut (dua per empat) dan bila mengambil 3 potong maka disebut (tiga per empat).

Peragaan dapat dilanjutkan untuk pecahan an, an, an, an, an,

dan an.


(55)

40

1) Membandingkan pecahan yang berpenyebut sama

Membandingkan pecahan dan dengan cara membandingkan luasnya.

Karena pecahan an lebih luas dari potongan an, maka > atau < .

Membandingkan pecahan dan dengan cara membandingkan luasnya.

Karena potongan an lebih luas dari an, maka > atau .

Jadi, bila penyebut sama maka diperhatikan nilai dari pembilangnya. Pembilang yang bernilai besar, tanda pecahannya akan bernilai besar.

2) Membandingkan pecahan yang pembilangnya sama

Membandingkan pecahan dan dengan cara membandingkan luasnya.


(56)

41

Membandingkan pecahan dan , dengan cara membandingkan luasnya.

Karena potongan lebih luas dari maka > atau .

Jadi, bila pembilang sama maka diperhatikan nilai dari penyebutnya. Penyebut yang bernilai besar pecahannya justru bernilai kecil.

c. Memperagakan pecahan senilai

Pecahan senilai dapat diperagakan dengan membandingkan luasnya

Potong pecahan , , , , luasnya sama.

Jadi pecahan = = = .

Pecahan

Pecahan =

Jadi, bila potongan-potongan dari masing-masing pecahan yang dibandingkan mempunyai luas yang sama atau apabila kedua potongan pecahan tersebut dihimpitkan tepat saling menutupi,


(57)

42

maka dua pecahan tersebut merupakan pecahan senilai. Pecahan akan senilai bila pembilang dan penyebut dikalikan atau dibagi dengan bilangan yang sama.

d. Memperagakan penjumlahan dan pengurangan pecahan

1) Penjumlahan pecahan berpenyebut sama

Contoh 1:

+ = =

Contoh 2:

+ = =

Jadi, penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama dapat dilakukan dengan menjumlahkan pembilang dari kedua pecahan tersebut, sedangkan penyebutnya tetap.

2) Penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama

Contoh : + =


(58)

43

Jadi, penjumlahan dua pecahan berpenyebut tidak sama dan salah satu penyebutnya merupakan kelipatan penyebut yang lain, dapat dilakukan dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu kemudian baru dijumlahkan.

3) Pengurangan pecahan berpenyebut sama

Contoh: - = ...

diambil

sisa

- = = =

Jadi, pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dapat dilakukan dengan menguragkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya sama dengan kedua pecahan tersebut.

4) Pengurangan pecahan berpenyebut tidak sama

Contoh: - = ...

diubah menjadi diambil

diambil =

sisa


(59)

44

Jadi, pengurangan pecahan yang berpenyebut tidak sama dapat dilakukan dengan menyamakan penyebutnya terlebih dahulu sehingga menjadi dua pecahan berpenyebut sama, baru mengurangkan pembilangnya, sedangkan penyebutnya sama dengan kedua pecahan tersebut.

Berdasarkan penjelasan dan penggunaan alat peraga blok pecahan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa alat peraga blok pecahan mampu untuk memperagakan materi pecahan dengan baik. Alat peraga blok pecahan sangat tepat untuk menanamkan konsep membandingkan pecahan, pecahan senilai, serta penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa. Setelah menguasai konsep pecahan biasa, maka untuk tingkat selanjutnya guru bisa menggunakan buku paket pada proses belajar mengajar secara abstrak.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai masukan adalah

penelitian Kristanti Widyastuti (2011) dengan judul “Peningkatan Prestasi

Belajar Matematika Materi Pecahan Melalui Pembelajaran Dengan Bantuan Alat Peraga Teropong Pecahan Bagi Siswa Kelas IV Sekolah

Dasar Negeri 2 Temanggung 1 Kabupaten Temanggung”. Hasil penelitian

ini menyimpulkan bahwa dengan pembelajaran menggunakan alat peraga teropong pecahan dapat meningkatkan kualitas proses dan prestasi belajar matematika siswa. Meningkatnya kualitas proses pembelajaran ditandai


(60)

45

dengan partisipasi siswa yang meningkat dibandingkan sebelum diberi tindakan.presentase peningkatan partisipasi siswa selama proses pembelajaran siklus pertama ke siklus kedua adalah sebesar 42%. Meningkatnya prestasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata sebelum tindakan adalah 40,5 dengan ketuntasan sebesar 11%, nilai

rata-rata post test siklus pertama adalah 62,2 dengan ketuntasan belajar sebesar

61% dan nilai rata-rata post test siklus kedua adalah 80,5 dengan

ketuntasan belajar sebesar 89%.

Penelitian lain yang dijadikan masukan adalah penelitian dari Evi

Yulita Ratnaningsih (2011) dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi

Belajar matematika Pada Materi pecahan dan Urutannya melalui Pendekatan Matematika Realistik Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar

Negeri I Sigaluh Banjarnegara”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerapan pendekatan matematika realistik pada pokok bahasan pecahan dan urutannya dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM

(mendapatkan nilai ≥ 67) pada hasil pre test, post test siklus I dan post test

siklus II. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada hasil pre test sebanyak

9 siswa (33,33%), pada hasil post test siklus I sebanyak 19 siswa

(70,37%), dan pada hasil post test siklus II semua siswa (100%) mencapai

KKM. Peningkatan prestasi belajar siswa juga ditunjukkan oleh nilai rata-rata sebelum tindakan, akhir siklus I dan akhir siklus II. Nilai rata-rata-rata-rata siswa sebelum tindakan adalah 58,89%, nilai rata-rata siswa pada akhir


(61)

46

siklus I adalah 72,03, dan nilai rata-rata siswa pada akhir siklus II adalah 82,77.

Hasil penelitian yang lain adalah penelitian Meilani Kasim (2011)

dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe GI (Group Investigation) Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V di SD Negeri

Kotagede 1 Yogyakarta”. Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa

prestasi belajar siswa melalui tes pada pra siklus dengan nilai rata-rata kelas 60, pada siklus I naik menjadi 66 dan pada siklus II naik menjadi 78. Presentase ketuntasan belajar pada pra siklus yang hanya mencapai 14 %, naik pada siklus I menjadi 35 % dan pada siklus II lebih meningkat lagi menjadi 82 % serta mencapai kriteria keberhasilan minimum. Adanya peningkatan prestasi belajar juga ditunjukkan melalui observasi pada setiap proses pembelajaran matematika, ayitu pada siklus I dengan presentase rata-rata kelas 68,57% naik pada siklus II menjadi 80,33%.

E. Kerangka Pikir

Berlatar belakang pada masalah yang ada yakni mata pelajaran matematika masih menjadi pelajaran yang kurang disukai oleh para siswa di sekolah. Selama ini siswa selalu menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit sehingga mereka tidak merasa senang saat belajar matematika. Hal ini salah satunya disebabkan karena proses belajar mengajar di sekolah masih sekedar menerangkan dan mengingat serta


(62)

47

tidak diimbangi dengan penggunaan alat peraga. Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat kepada guru dan siswa tidak mampu aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pada akhirnya prestasi belajar siswa akan menjadi kurang.

Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh banyak hal. Tidak hanya faktor intelektual berupa potensi yang dimilikinya saja, akan tetapi juga faktor eksternal salah satunya adalah proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Proses belajar mengajar yang baik adalah proses belajar yang mampu berjalan dengan dua arah. Hal ini berarti komunikasi terjadi antara guru dengan siswa, tidak hanya guru saja yang selalu mendominasi dan aktif di kelas. Karena seorang guru yang baik adalah sebagai fasilitator di dalam kelasnya. Proses belajar mengajar yang baik inilah yang akan membentuk siswa menjadi gemar dalam belajar. Hal ini dikarenakan siswa selalu terlibat dalam pembelajaran yang terjadi di kelasnya, sehingga memungkinkan siswa lebih tertarik dan memahami apa yang dipelajarinya.

Dalam membentuk proses belajar yang baik, seorang guru perlu memahami karakteristik siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Piaget dan Syaiful Bahri Djamarah di atas, bahwa siswa kelas V SD berada pada masa dimana mereka adalah siswa yang aktif dengan keingintahuan yang tinggi. Selain itu penggunaan benda-benda konkret dalam proses belajarnya sangat penting karena anak akan mulai mengembangkan konsep melalui benda konkret untuk menyelidiki hubungan dan model-model ide abstrak. Dengan kegiatan memanipulasi benda-benda konkret


(63)

48

tersebut mengakibatkan anak pada tahap ini sudah mulai berpikir logis. Oleh karena itu penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar sangat penting bagi anak.

Penggunaan alat peraga dalam proses pembelajaran akan membantu siswa dalam mengabstraksi sesuatu yang konkret. Dalam pembelajaran matematika sebaiknya guru menggunakan alat peraga dalam menjelaskan materi kepada siswa. Hal ini dikarenakan banyaknya materi matematika yang masih bersifat abstrak. Salah satunya adalah materi penjumlahan pecahan. Dalam materi penjumlahan pecahan di kelas V SD N Balangan 1 Minggir, guru masih kesulitan untuk membantu siswa dalam memahami materi. Oleh karena itu diperlukan alat peraga yang mampu membantu mengabstraksi materi tersebut menjadi lebih konkret bagi siswa. Salah satunya adalah alat peraga blok pecahan. Alat peraga blok pecahan memiliki banyak fungsi untuk membantu proses belajar pecahan menjadi lebih mudah dan menyenangkan bagi siswa. Alat peraga blok pecahan akan membuat siswa terlibat langsung dalam proses belajar di dalam kelas sehingga mereka akan mudah memahami materi yang dipelajarinya. Oleh karena itu alat peraga blok pecahan akan mampu menunjang tercapainya tujuan pengajaran sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SD N Balangan 1 Minggir.


(64)

49

F. Hipotesis Tindakan

Dari uraian kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka

diajukan hipotesis tindakan seperti berikut: “Dengan menggunakan alat

peraga blok pecahan, maka prestasi belajar matematika di kelas V SD


(65)

50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Rochiati Wiriaatmadja

(2006: 13) penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata

dari upaya itu. Menurut Sa’dun Akbar (2010: 28) penelitian tindakan kelas

adalah proses investigasi terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas, yang dilakukan bersiklus, dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran.

Kunandar (2008: 44-45) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan

merancang, melaksanakan, dan partisipatis yang bertujuan untuk

memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di

kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.

Menurut Wina Sanjaya (2011: 26) penelitian tindakan kelas adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah dengan cara melakukan berbagai tindakan


(66)

51

yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang guru atau bersama peneliti dengan melalui beberapa siklus untuk memecahkan masalah yang dihadapi subjek penelitian dan meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran. Dalam penelitian ini, bentuk penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas kolaborasi. Menurut Rochiati Wiriaatmadja (2006: 99) arti kolaborasi adalah kerjasama antara dosen atau mahasiswa pascasarjana LPTK dengan guru-guru di sekolah di berbagai jenjang pendidikan, di Sekolah Dasar, SLTP, SMA, atau bahkan Perguruan Tinggi, tergantung dimana inovasi akan dilaksanakan.

Hubungan guru dengan peneliti adalah hubungan kemitraan, dimana akan melakukan berbagai tugas penelitian secara bersama-sama secara setara dalam perannya masing-masing secara profesional dengan tujuan untuk mencapai sasaran penelitian. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto (2010: 138) bahwa penelitian tindakan yang baik adalah apabila dilakukan dalam bentuk kolaborasi yaitu pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.


(67)

52

B. Tempat, Waktu, dan Tahapan Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SD N Balangan 1 dengan alamat Sidorejo Sendangrejo Minggir Sleman Yogyakarta. Alasan pelaksanaan penelitian tindakan di sekolah ini karena prestasi belajar matematika siswa kelas V masih perlu ditingkatkan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan Januari 2016.

3. Tahapan Penelitian

Tahapan kerja dalam rangka memperlancar penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap yaitu:

a. Tahap persiapan, meliputi:

1) Menyusun proposal penelitian

2) Menyusun instrumen penelitian

3) Membuat persetujuan dan pengesahan proposal

4) Pengurusan perijinan

b. Tahap pelaksanaan penelitian, meliputi:

1) Penyusunan rencana

2) Pelaksanaan tindakan

3) Observasi


(68)

53

C. Subjek dan Objek Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 188), subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti, menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas V Tahun Ajaran 2015/2016 SD Negeri Balangan 1 Minggir Sleman Yogyakarta yang berjumlah 31 siswa. Objek yang akan diteliti berupa prestasi belajar siswa dalam pelajaran matematika materi penjumlahan pecahan menggunakan alat peraga blok pecahan.

D. Definisi Operasional

1. Prestasi Belajar Matematika

Prestasi belajar matematika adalah nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes materi penjumlahan pecahan dengan alat peraga blok pecahan melalui 2 siklus. Prestasi belajar matematika diukur dengan menggunakan soal tes.

2. Alat Peraga Blok Pecahan

Alat peraga blok pecahan adalah alat peraga yang digunakan untuk menjelaskan tentang konsep materi pecahan yang terdiri dari lingkaran utuh dan juring-juring. Blok pecahan digunakan dalam mempelajari

konsep materi pecahan , , , , , , , ; membandingkan pecahan,


(69)

54

E. Desain Penelitian

Untuk melaksanakan sebuah penelitian, terlebih dahulu harus merencanakan hal-hal yang akan dilakukan dalam penelitian. Hal ini bertujuan untuk memperjelas penelitian yang akan dilakukan. Menurut Punaji (2010: 148-150), rancangan atau desain penelitian adalah rencana dan struktur penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh jawaban atas pemasalahan-permasalahan penelitian. Desain penelitian biasanya dibuat dalam bagan atau skema yang memuat peta kegiatan yang akan dilakukan. Rancangan atau desain penelitian ini dibuat untuk menjadikan peneliti mampu menjawab pertanyaan atau masalah penelitian dengan valid, objektif, tepat, dan efisien. Selain itu, hal ini dimaksudkan untuk mengendalikan variabel utama yang diperhatikan sehingga hasil penelitian akan tetap berpedoman pada arahan atau tujuan penelitian semula.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah desain penelitian tindakan kelas Model Kemmis dan Mc. Taggart.

Menurut Sa’dun Akbar (2010: 29-30) Model Kemmis dan Mc. Taggart merupakan model dengan melakukan siklus dua melalui refleksi dari hasil siklus satu dan seterusnya.


(1)

175 LAMPIRAN 15

Hasil Observasi Pada Guru Siklus I

No. Fokus

Penilaian Butir Penilaian

Skor

1 2 3 4 A. Membuka

Pelajaran

1. Penyiapan Siswa  2. Penyamaian Kompetensi dasar  3. Apersepsi/pengantar  B. Penguasaan

Materi; Penyampaian Materi

4. Penguasaan materi pembelajaran

 5. Penyampaian materi sistematis

dan logis



C. Interaksi Pembelajaran ;Skenario Pembelajaran

6. Kesesuaian langkah pembelajaran

 7. Keefektifan pengelolaan kelas  8. Ketepatan teknik bertanya/

menanggapi

 9. Kecakapan menggunakan

media

 D. Penggunaan

Bahasa; Penampilan Gerak; Alokasi Waktu

10.Volume suara, kejelasan vokal, kelancaran bicara dan variasi intonasi



11.Keluwesan gerak  12.Kepercayaan diri, pandangan

mata

 13. Ketepatan alokasi waktu  E. Menutup

Pelajaran

14.Membuat simpulan  15.Memberikan tugas 


(2)

176 LAMPIRAN 16

Hasil Observasi Pada Guru Siklus II

No. Fokus

Penilaian Butir Penilaian

Skor

1 2 3 4 A. Membuka

Pelajaran

1. Penyiapan Siswa

 

2. Penyamaian Kompetensi dasar

  3. Apersepsi/pengantar 

 B. Penguasaan

Materi; Penyampaian Materi

4. Penguasaan materi pembelajaran

 

5. Penyampaian materi sistematis dan logis



C. Interaksi Pembelajaran ; Skenario Pembelajaran

6. Kesesuaian langkah pembelajaran

 7. Keefektifan pengelolaan kelas  8. Ketepatan teknik bertanya/

menanggapi

 9. Kecakapan menggunakan

media

  D. Penggunaan

Bahasa; Penampilan Gerak; Alokasi Waktu

10.Volume suara, kejelasan vokal, kelancaran bicara dan variasi intonasi



11.Keluwesan gerak

  12.Kepercayaan diri, pandangan

mata

 13. Ketepatan alokasi waktu  E. Menutup

Pelajaran

14.Membuat simpulan

 

15.Memberikan tugas

 

Jumlah Skor 51


(3)

177 LAMPIRAN 17

Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

Gambar 1. Seorang siswa dibimbing oleh guru sedang mengerjakan soal menggunakan alat peraga blok pecahan


(4)

178

Gambar 3. Siswa sedang mengambil alat peraga blok pecahan untuk mengerjakan soal

Gambar 4. Seorang siswa praktik menjawab soal dengan menggunakan alat peraga blok pecahan


(5)

179

Gambar 5. Siswa sedang melakukan kegiatan tutor sebaya dalam kelompok

Gambar 6. Siswa bekerja sama dalam kelompok memperagakan alat peraga untuk menjawab soal


(6)

180

Gambar 7. Guru mengecek hasil pekerjaan kelompok dalam menjawab soal rebutan

Gambar 8. Setiap kelompok terlihat serius dan bekerjasama dalam menjawab soal rebutan dari guru


Dokumen yang terkait

Penggunaan Alat Peraga "Blok Pecahan" Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas III SDN Cakung Barat 04 Pagi

0 18 0

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA SISWA KELAS III SD NEGERI SRAGEN 1

1 7 61

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DENGAN ALAT PERAGA Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Melalui Metode Demonstrasi Dengan Alat Peraga Dua Dimensi Dan Tiga Dimens Pada Kelas V SD Muha

0 1 19

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA TEROPONG PECAHAN DI KELAS IV SDN WARANGAN I.

1 21 181

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN SEDERHANA MELALUI MEDIA KARTU PECAHAN DI KELAS III SD NEGERI KYAI MOJO YOGYAKARTA.

5 23 150

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan

0 0 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar a. Prestasi Belajar - UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR - repository pe

0 0 25

PENINGKATAN SIKAP DISIPLIN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN ALAT PERAGA BLOK PECAHAN DI KELAS IV SD NEGERI 1 SAMBIRATA

0 0 15

UPAYA PENINGKATAN KERJA KERAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PECAHAN MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN QUANTUMDI KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TAMANSARI TAHUN 2013/2014 - repository perpustakaan

0 0 8