BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan studi kasus kontrol, yang dapat menilai hubungan paparan penyakit dengan cara
menentukan kelompok kasus dan kelompok kontrol, kemudian mengukur besarnya frekuensi hubungan faktor resiko pada kelompok tersebut.
Gambar3.1. Desain Case ControlStudy
Terpapar faktor resiko
Tidak terpapar faktor resiko
Terpapar faktor resiko
Tidak terpapar faktor resiko
Responden yang menderita hipertensi
Responden yang tidak menderita
hipertensi Kasus
Kontrol Retrospektif
Retrospektif
56
Universitas Sumatera Utara
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kutambaru Kabupaten Aceh Tenggara, dengan pertimbangan dari 18 Puskesmas yang ada di
Kabupaten Aceh Tenggara, Puskesmas Kutambaru merupakan Puskesmas yang prevalensi hipertensinya tertinggi sebanyak 3010 kasus.
Waktu penelitian berlangsung selama 2 bulan terhitung mulai bulan Mei sampai dengan bulan Juni 2014.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien suku Alas yang berobat dan mendapatkan fasilitas pengobatan di Puskesmas Kutambaru Kabupaten Aceh
Tenggara.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien suku Alas yang berobat dan mendapatkan fasilitas pengobatan di Puskesmas Kutambaru Kabupaten Aceh
Tenggara.
3.3.2.1 Kriteria Kasus
a. Pasien hipertensi primer, yang tercatat di buku register Puskesmas Kutambaru
Kabupaten Aceh Tenggara dan berobat kembali pada saat pengumpulan data. b.
Mempunyai alamat yang lengkap dan tercatat di buku register dan berada di wilayah kerja Puskesmas Kutambaru Kabupaten Aceh Tenggara.
Universitas Sumatera Utara
c. Bersedia menjadi responden.
d. Responden berada di tempat pada saat pengumpulan data.
3.3.2.2. Kriteria Kontrol
a. Pasien yang berobat ke Puskesmas Kutambaru yang tidak terdiagnosis menderita
hipertensi dan penyakit lainnya seperti DM, penyakit ginjal, dan kelainan pada korteks adrenal dan memiliki karakteristik hampir sama dengan kelompok kasus.
b. Bersedia menjadi responden.
3.3.2.3. Besar Sampel
Penentuan besarnya sampel penelitian dengan memperhatikan Odds Ratio hasil penelitian terdahulu tentang beberapa faktor resiko hipertensi. Untuk memenuhi
jumlah sampel minimal, penentuan ukuran sampel menggunakan rumus sebagai berikut Budiarto, 2013:
n= n= 58.8
p= 0.8 Keterangan:
n = Besar sampel
Z =Tingkat kepercayaan 5 1,96
Universitas Sumatera Utara
Z β
= Presisi 80 0,842 P
= Proporsi terpapar pada kelompok kasus R
= Odss Ratio= 3,95 Sumber: Sugiharto, 2007 Setelah dilakukan perhitungan sampel maka diperoleh jumlah sampel 58.8
digenapkan 59. Dalam penelitian ini diambil sampel dari OR yang terdahulu yaitu 59 kasus dan 59 kontrol, sehingga total sampel sebanyak 118 responden. Pada
penelitian ini menggunakan tingkat kemaknaan 95 dengan Z :5 dan kekuatan Z β
sebesar80 dengan OR = 3,95. Setelah didapat jumlah sampel maka dilakukan matching yaitu menyamakan variabel-variabel penting kelompok kontrol terhadap
kelompok kasus Dalam penelitian ini dilakukan matching pada variabel jenis kelamin. Teknik pengambilan sampel adalah dengan metode Non Probability
Sampling yaitu dengan Consecutive Sampling karena sampel yang diambil berdasarkan pasien yang ada pada saat itu dan memenuhi kriteria kasus dan kontrol
yang telah ditetapkan.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung dan observasi dengan pasien penderita hipertensi dan bukan
penderita hipertensi yang berpedoman pada kuesioner penelitian mengenai sosial budaya dan pola makan frekuensi makan, asupan energi, protein dan lemak yang
berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari pencatatan data di Dinas Kesehatan dan Profil Puskesmas Kutambaru Kabupaten Aceh Tenggara.
3.5. Uji Validitas dan Reabilitas
3.5.1. Uji Validitas
Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji validitas. Uji validitas dalam penelitian ini berhubungan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner mengenai pengaruh sosial budaya dan pola makan terhadap kejadian hipertensi. Uji validitas bertujuan mengetahui sejauh mana
suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara skor r-hitung masing-masing
pertanyaan dalam suatu variabel Hidayat, 2010. Teknik korelasi yang digunakan adalah Pearson Product Moment Correlation, dengan kriteria:
a. Bila r-hitung r-tabel maka pertanyaan valid
b. Bila r-hitung r-tabel maka pertanyaan tidak valid
Berdasarkan hasil uji vadilitas terhadap 30 orang di Puskesmas Kota Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tengga diperoleh nilai r-hitung r-tabel
0,361 sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap instrumen dinyatakan valid Lampiran 5.
Universitas Sumatera Utara
3.5.2. Uji Reabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh
mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas ajeg bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat
ukur yang sama Notoadmojo, 2012. Untuk menentukan realibilitas suatu pertanyaan nilai r-hasil alpha
cronbach dibandingkan dengan nilai tabel: a.
Bila r- alpha cronbach r- tabel maka pertanyaan reliabel. b.
Bila r- alpha cronbach r- tabel maka pertanyaan tidak reliabel. Berdasarkan hasil uji reliabilitas terhadap 30 orang di Puskesmas Kota
Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tengga diperoleh nilai r-hitungr-tabel 0,361 sehingga dapat diasumsikan bahwa instrumen dinyatakan reliabel Lampiran
5.
3.6. Variabel dan Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu: variabel Independen terdiri dari sosial budaya, pola makan dan status gizi, variabel dependen terdiri dari kejadian
hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
3.6. 1. Definisi Operasional Variabel Independen
Variabel bebas Independent variable dalam penelitian ini adalah: 1.
Sosial budaya adalah segala sesuatu yang menjadi konsep, kepercayaan, nilai, pengetahuan, adat-istiadat yang berkaitan dengan kebiasaan makan dan gaya
hidup pada masyarakat suku Alas. 2.
Pola makan adalah banyaknya frekuensi makan dan asupan energi, protein, lemak yang dikonsumsi pasien suku Alas yang berobat dan mendapat fasilitas
pengobatan di Puskesmas Kutambaru setiap hari. Dengan metode Food Recall 24 Jam pada hari yang berbeda, lalu dibandingkan dengan angka kecukupan gizi
yang dianjurkan berdasarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang PUGS 1993. 3.
Jumlah asupan energi adalah total konsumsi energi dari makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien suku Alas baik penderita hipertensi maupun yang tidak
menderita hipertensi berdasarkan anggapan beresiko. 4.
Jumlah asupan protein adalah total konsumsi protein dari makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien suku Alas baik penderita hipertensi maupun yang tidak
menderita hipertensi berdasarkan anggapan beresiko. 5.
Jumlah asupan lemak adalah total konsumsi lemak dari makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien suku Alas baik penderita hipertensi maupun yang tidak
menderita hipertensi berdasarkan anggapan beresiko. 6.
Frekuensi makan adalah jumlah makanan dan minuman yang jika dikonsumsi dalam jumlah yang tidak tepat akan beresiko hipertensi seperti mengkonsumsi
telur, daging sapi, daging ayam, daging bebek dan kopi.
Universitas Sumatera Utara
7. Status gizi adalah keadaan gizi yang diukur melalui pengukuran antropometri
dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh IMT berdasarkan kalsifikasi IMT untuk orang Asia Menurut WHO.
3.6.2. Definisi Operasional Variabel Dependen
Variabel terikat Dependent Variable dalam penelitian ini adalah: Kejadian Hipertensi adalah tekanan darah yang lebih tinggi dari normal,
dengan menggunakan kriteria WHO tahun 2003, hipertensi derajat I yaitu sistolikdiastolik
≥ 14090 mmHg.
3.7. Metode Pengukuran
Adapun metode pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
Variabel Sosial budaya diukur dengan menggunakan kuesioner yang berjumlah 39 pertanyaan lalu dicari mediannya. Sosial budaya dikatakan Positif
≥ 20, apabila total skor dari pertanyaan lebih besar atau sama dengan 20 artinya kebiasaan
makan dan gaya hidup masyarakat suku Alas kurang berisiko terhadap kejadian hipertensi, dan Negatif 20, apabila total skor pertanyaan lebih kecil dari 20 artinya
kebiasaan makan dan gaya hidup berisiko terhadap kejadian hipertensi. Variabel pola makan diukur dengan menggunakan Food Frequency
Quationary FFQ untuk melihat frekuensi makan masyarakat suku Alas dikategorikan menjadi:
Universitas Sumatera Utara
1.Beresiko, jika setiap hari lebih dan atau minimal 4 x seminggu mengkonsumsi salah satu makanan seperti telur, daging sapi, daging
ayam, daging bebek dan kopi. 2.Tidak beresiko, jika kurang dari 4 x seminggu mengkonsumsi salah satu
makanan seperti telur, daging sapi, daging ayam, daging bebek dan kopi. Pola makan juga diukur dengan menggunakan Food Recall 24 Jam, untuk
melihat asupan energi, asupan protein dan asupan lemak. Asupan energi dikategorikan menjadi beresiko, jika
≥ 105 AKG dan tidak beresiko, jika 105 AKG. Asupan protein dikategorikan menjadi beresiko, jika
≥20 dari total energi dan tidak beresiko, jika 20 dari total energi. Asupan lemak dikategorikan menjadi
beresiko, jika ≥25 dari total energi dan tidak beresiko, jika 25 dari total energi.
Variabel status gizi, dilakukan dengan cara pengukuran nilai dari indeks antropometri IMT dibandingkan dengan kalsifikasi IMT untuk orang Asia Menurut
WHO lalu dikategorikan menjadiKurang IMT 18,5 kgm
2
, Normal IMT 18,5 – 24,9 kgm
2
, Lebih IMT ≥ 25 kgm
2
Variabel kejadian hipertensi diukur dengan menggunakan Sphygmomanometer, lalu dikategorikan menjadi Menderita Hipertensi Tekanan
darah ≥ 14090 mmHg dan Tidak Menderita Hipertensi Tekanan darah 14090
mmHg. .
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen No
Variabel Kategori
Alat Ukur Skala
Ukur
1 Kejadian
Hipertensi 0. Tidak menderita
hipertensi Tekanan darah
14090 mmHg 1.
Menderita hipertensi Tekanan darah
≥ 14090 mmHg
Sphygmomanometer Nominal
2 Status Gizi
0. Gizi Normal IMT 18,5 – 24,9 kgm
2
1. Gizi Lebih IMT
≥ 25 kgm
2
Timbangan dan Microtoise
Ordinal
3 Sosial
Budaya 0. Positif
≥20 1.
Negatif20 Kuesioner
Ordinal 4
Frekuensi Makan
Asupan Energi
Asupan protein
Asupan Lemak
0.Tidak beresiko, jika
kurang dari 4 x seminggu
mengkonsumsi salah satu makanan seperti
telur, daging sapi, daging ayam, daging bebek dan
kopi.
1. Beresiko, jika setiap
hari lebih dan atau minimal 4 x seminggu
mengkonsumsi salah satu makanan tersebut
0. Tidak Beresiko 105 AKG
1. Beresiko ≥ 105 AKG
0.Tidak Beresiko 20 Total Energi
1.Beresiko ≥20 Total
Energi 0.Tidak Beresiko 25
Total Energi 1.Beresiko
≥25 Total Energi
Food Frequency Quationary FFQ
Food Recall 24 Jam Food Recall 24 Jam
Food Recall 24 Jam Ordinal
Ordinal Ordinal
Ordinal
Universitas Sumatera Utara
3.8. Metode Analisa Data 3.8.1. Pengolahan data