Menurut Tumanggor, dkk 2010 sosio budaya adalah konsep, keyakinan, nilai, dan norma yang dianut masyarakat yang memengaruhi perilaku mereka dalam
upaya menjawab tantangan kehidupan yang berasal dari alam sekelilingnya.Adapun faktor-faktor yang memengaruhi sosial budaya adalah pengetahuan, kepercayaan,
moral, hukum, adat-istiadat, kemampuan serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat.
2.4.1. SosioBudaya Menurut Norma
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dalam berinteraksi dipandu oleh nilai- nilai dan dibatasi oleh norma-norma dalam kehidupan sosial. Norma dan nilai pada
awalnya lahir tidak sengaja, karena kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial dan harus berinterkasi dengan yang lain menurut adanya suatu pedoman Wirjatmadi dan
Adriani, 2012. Norma sosial sosial budaya adalah seperangkat kaidah atau aturan yang
berkaitan dengan interkasi antar manusia dan antara manusia dan lingkungannya. Menurut kekuatan yang mengikatnya norma dibedakan menjadi empat, yaitu:
1. Cara, cara lebih tampak menonjol dalam hubungan antar individu dalam
masyarakat. 2.
Kebiasaan, perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama dan merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut.
3. Tata kelakuan yaitu kebiasaan yang diterima sebagai norma pengatur, atau
pengawas secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
4. Adat istiadat yaitu tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola
perilaku masyarakat. Kebutuhan untuk makan bukanlah satu-satunya dorongan untuk mengatasi
rasa lapar, akan tetapi di samping itu ada kebutuhan fisiologis dan psikologis yang ikut mempengaruhi. Setiap kelompok mempunyai suatu pola tersendiri dalam
memperoleh, menggunakan dan menilai makanan yang akan merupakan ciri kebudayaan dari kelompok masing-masing Khumaidi, 1994.
Pada beberapa masyarakat, makanan memegang peranan penting dalam peristiwa-peristiwa sosial atau keagamaan dalam kehidupan manusia.Makan tidak
hanya memuaskan rasa lapar tetapi juga memberikan rasa senang dan memberikan suatu ikatan tertentu antara anggota keluarga atau kelompok dalam menikmati
makanan.
a Status dan Susunan Makanan
Distribusi makanan seringkali dihubungkan dengan status yang terjalin antara anggota keluarga daripada kebutuhan akan gizinya.
1. Anggota masyarakat pria yang lebih tua senior mendapatkan jumlah dan mutu
susunan makanan yang lebih baik daripada anak-anak kecil dan wanita-wanita muda.
2. Anak-anak laki-laki mendapat prioritas yang lebih tinggi daripada anak-anak
perempuan. 3.
Cara menghidangkan atau pelayanan makanan disesuaikan pula dengan status, sehingga cara tertentu dapat memberikan penilaian terhadap suatu keadaan status
Universitas Sumatera Utara
tertentu yang menimbulkan suatu kegagagalan dalam perbaikan keadaan gizi yang diinginkan.
b Kewajiban Sosial dan Susunan Makanan
Pengaruh lainnya dalam susunan makanan adalah efek dari kewajiban sosial.Pada beberapa masyarakat, prestasi di bidang ekonomi dinilai kurang daripada
penerimaan di lingkungan sosial.Partisipasi dari keluarga dan anggota masyarakat lebih dihargai daripada hadiah kekayaan.Lebih baik diberikandihidangkan makanan
sebagai imbalan daripada dibayar dengan uang.Keadaan seperti ini dapat menyebabkan penyediaan susunan makanan yang tidak mencukupi bagi keluarga.
c Makanan sebagai Simbol Hubungan Sosial
Makanan sering kali diberi nilai secara simbolis dalam agama dan dalam mengutarakan suatu sosial.Menghidangkan makanan merupakan suatu simbol dari
suatu persaudaraan, kekeluargaan, penerimaan, dan kepercayaan.Jumlah dan aneka ragam makanan yang dihidangkan pada suatu peristiwa tertentu merupakan status
simbol di dalam masyarakat.Biasanya bahan, warna, bentuk, jenis makanan, alat, ukuran, dan lain-lain adalah khas spesifik untuk acara-acara tertentu.
2.4.2. SosioBudaya Menurut Undang-Undang