dakwah, selain itu juga terus menerus mengolah dan mengembangkan pesan dari kegiatan dakwah tersebut.
52
e. Media Dakwah
Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan atau meyalurkan meteri dakwah.
53
Dewasa ini, jenis-jenis media atau sarana dakwah sangat banyak jumlahnya antara lain, radio,
video, rekaman, televisi, surat kabar, majalah, tabloit dan bahkan jaringan informasi melalui komputer internet.
Media dakwah merupakan sarana untuk meyampaikan pesan agama dengan mendayagunakan alat-alat atau temuan teknologi modern
yang ada pada zaman ini. Dengan begitu banyaknya media dakwah yang tersedia. Mereka seorang da
’i memilih salah satu atau beberapa media saja sesuai dengan tujuan atau hendak yang dicapai sehingga apa yang menjadi
tujuan dakwah dapat tercapai dengan efektif dan efesien.
f. Tujuan Dakwah
Jika ditinjau dari aspek psikologis tujuan dakwah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengalaman ajaran
agama yang disampaikan oleh seoran g da’i. Sehingga ruang lingkup
dakwah meliputi masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam segala aspek kehidupan.
54
52
M. Habib Chirzin, Orientasi Lembaga Dakwah dan Agenda Dakwah Masa Depan, Saminar Nasional Dakwah dan Politik, Jakarta : 12 September 1995, h.5.
53
Wardi Bactiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, h. 34
54
H. M. Arifin, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bina Aksara, 1997, Cet. Ke-4, h.5.
g. Keberhasilan Dakwah
Ada beberapa kemungkinan menurut Ahmad Mubarok untuk keberhasilan dakwah. Kemungkinan pertama, karena pesan dakwah yang
disampaikan seorang da’i memang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang merupakan suatu keniscayaan yang tidak mungkin ditolak, sehinga
mereka menerima pesan dakwah itu dengan antusias. Kemungkinan ked
ua, karena faktor seorang da’i, yaitu da’i tersebut memiliki daya tarik dan pesona yang menyebabkan masyarakat sudah
dapat menerima pesan dakwahnya meski kualitas dakwahnya bisa jadi sederhana saja.
Kemungkinan ketiga, karena kondisi psikologi masyarakat yang sedang haus terhadap siraman rohani dan mereka terlanjur memiliki
persepsi positif pada setiap da’i, sehingga pesan dakwah sebenarnya kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh masyarakat dengan penafsiran jelas.
Kemungkinan keempat, karena faktor keemasan yang menarik, masyarakat yang semula acuh tak acuh terhadap agama dan juga terhadap
da’i setelah paket dakwah yang diberi keemasan lain, maka paket dakwah berhasil menjadi stimuli yang menggelitik persepsi masyarakat dan
akhirnya merekapun merespon positif.
55
55
Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999 cet. Ke-1, hal.161.
3. Bentuk-Bentuk Dakwah a. Dakwah bi al-Lisan