2. Unsur-Unsur Dakwah
a. Da’i
Da’i secara bahasa diambil dari bahasa arab, bentuk isim fa‟il dari asal kata
da‟a-yad‟u-da‟watan, artinya orang yang melakukan dakwah. Secara terminologi, d
a’i yaitu setiap muslim yang berakal mukallaf akil baligh dengan kewajiban dakwah.
43
Menurut DR. Musthafa ar- rafi’i syarat-syarat dan sifat yang harus
dipenuhi sosok juru dakwah adalah ”Pertama, amal dan kegiatan da’i
harus ikhlas karena mencaru ridha Allah dan karena ingin meraih pahala dari Allah. Kedua, seorang juru dakwah harus menjadi teladan dalam
amal shaleh. Ketiga, menempuh cara hikmah bijaksana terhadap orang orang pelajar dan intelek, dan melakukan metode ”mauizhah hasanah”
nasihat yang baik dalam menghadapi orang awam dan orang biasa. Keempat, seorang juru dakwah harus betul-betul menguasai ilmu yang
sesuai dengan jama’ah dan menguasai teori dari bahasa aliyah pemikiran. Kelima, seorang juru dakwah harus lembut dalam menyampaikan nilai-
nilai dan pandangan serta lembut dalam mengingkari kesesatan. Keenam, dalam berdakwah ia bertujuan menarik manfaat dan menghilangkan
kemudharatan. Ketujuh, harus sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan. Kedelapan, harus menget
ahui tabiat kewajiban jama’ah. Kesembilan, sang
43
Idris A Shomad, Diktat Ilmu Dakwah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi, 2004, hal.6.
juru dakwah harus menggunakan kekuatan apabila cara hikmah, jidal dan mauizhah hasanah tidak mempan
”.
44
b. Mad’u
Mad‟u yaitu manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik individu maupun sebagai kelompok, baik manusia
yang beragama Islam maupun tidak. Dengan kata lain, manusia secara keseluruhan.
45
Menurut Muhammad Abduh dalam buku managemen dakwah karangan M. Munir dan Wahyu Illahi
mad‟u terbagi menjadi tiga golongan.
46
a. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat
berpikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan. b.
Golongan awam yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara krisis dan mendalam, serta belum mendapat
pengertian-pengertian yang tinggi. c.
Golongan yang berbeda dengan kedua golongan tersebut, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas
tertentu saja, dan tidak dapat membahas secara terdalam. Sedangkan
mad‟u menurut Imam Habib Abdullah Haddad dapat di kelompokan dalam delapan rumpun, yaitu
47
:
44
Mustthafa ar- Rafi’I, Potret Juru Dakwah, Jakarta: CV. Pustaka al-Kautsar, 2002, hal
38-50.
45
M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, edisi ke-1, Cet. Ke-2, hal.23.
46
Muhammad Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, hal.23-24.
a. Para ulama.
b. Ahli juhud dan ahli ibadah.
c. Penguasaan dan pemerintahan.
d. Kelompok ahli perniagaan, industri dan sebagainya.
e. Faqir miskin dan orang lemah.
f. Anak, istri dan kaum hamba.
g. Orang awam yang taat dan berbuat maksiat.
h. Orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rosulnya.
Dengan demikian s eorang da’i harus mengetahui keberagaman
audiense dari sudut ideologi, mereka ada yang atheis, Musyrik, Yahudi, Nasrani dan Munafiq. Ada juga yang muslim tapi masih membutuhkan
bimbingan atau umat Islam yang masih melakukan maksiat, mereka juga berbeda dari segi intelektualitas, status sosial, kesehatan, pendidikan, ada
yang buta huruf, ada yang kaya, miskin, ada yang sehat dan yang sakit.
c. Materi Dakwah