Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu kegiatan yang oleh setiap orang dalam kehidupan di masyarakat adalah bertutur kata atau berbicara. Kegiatan bertutur kata atau berbicara mempunyai kedudukan dan fungsi yang penting dalam aktivitas manusia berbangsa, bermasyarakat, dan berpradaban. 1 Dalam dunia komunikasi cara berbicara disebut retorika yaitu ilmu yang mengajarkan cara berbicara yang baik, dengan menggunakan berbagai macam disiplin ilmu pendukung. Sering kali retorika disamakan dengan public speaking, yaitu suatu bentuk kemunikasi lisan yang disampaikan kepada kelompok orang banyak tetapi sebenarnya retorika itu tidak hanya sekedar berbicara di hadapan umum, melainkan ia merupakan sebuah gabungan antara seni bicara dan pengetahuan atau suatu masalah tertentu untuk meyakinkan pihak orang banyak melalui pendekatan persuasif. Dikatakan seni karena retorika menuntut keterampilan dalam penguasaan atas bahasa dan dikatakan pengetahuan disebabkan adanya materi atau masalah tertentu yang harus disampaikan kepada pihak orang lain. 2 1 Wahidin Saputra, Buku Ajar Retorika Dakwah Lisan [Teknik Kithabah], Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: 2006, h.1. 2 Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997, cet,ke-2, hal. 136. Islam adalah Agama yang menyerukan kepada Amar Maruf Nahyi Munkar, atau dengan kata lain Islam adalah agama dakwah. Dakwah mengandung arti, ajakan, atau seruan baik lisan, tulisan maupun tingkah laku. Dakwah merupakan kewajiban individu muslim kapanpun dan di manapun berada. Berdakwah tidak dapat dilaksanakan dengan asal-asalan melainkan harus dengan metode, karena yang diseru adalah manusia yang mempunyai pendirian. 3 Adapun pengertian dakwah nenurut Prof. H.M. Toha Yahya Umar, yaitu, mengajak manusia dengan cara bijaksana pada jalan yang benar sebagaimana perintah Allah untuk kemaslahatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. 4 Allah berfirman di dalam Al- Qur’an Surah An-Nahl 16 ayat 165:                           ”Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang- orang yang mendapat petunjuk”. an-Nahlu: 125 3 H. Naan Rukmana, Masjid dan Dakwah Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002, Cet Ke-1, hal. 164. 4 Rafiuddin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip-Prinsip dan Strategi Dakwah Bandung: Pustaka Setia,1997 hal. 31. Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diajak kepada agama Allah melalui tiga cara, Dakwah dengan Hikmah, Mauizhah Hasanah dan al-Jidal perdebatan. 5 Hikmah adalah al-Burhan al-Aqli argumentasi yang logis. Maksudnya argumentasi yang masuk akal, yang tidak dapat dibantah. Argumentasi yang memuaskan, yang bisa mempengaruhi jiwa siapa saja. Karena manusia tidak dapat menutupi akalnya dihadapan argumentasi- argumentasi yang pasti serta pemikiran yang kuat. Mauizhah Hasanah atau peringatan yang baik, itu berarti mempengaruhi perasaan manusia tatkala akal mereka diseru dan mempengaruhi pemikiran mereka tatkala pemikirannya diseru, sehingga pemahaman mereka terhadap apa yang mereka dakwahkan senantiasa diliputi oleh semangat untuk melaksanakannya serta beraktifitas untuk meraihnya. Adapun cara yang ketiga, al-Jidal perdebatan dengan cara yang baik dengan bertujuan mencari kebenaran bukan kemenangan. Yaitu diskusi terbatas pada ide. Dilakukan dengan menyerang dan menjatuhkan argumentasi-argumentasi yang bathil, lalu memberikan argumentasi- argumentasi yang jitu dan benar. 5 Anonim, Islam, Dakwah dan Politik Bogor: Pustaka Thariqul Izzah, 2002 Cet. Ke-1, hal. 33-36. Tujuan dakwah adalah mengajak manusia kejalan Allah SWT, jalan yang benar, yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan untuk mempengaruhi cara berfikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan bertindak, agar hidup manusia sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. 6 Dakwah akan diterima dengan baik apabila para da’i mengetahui secara tepat kepada siapa dakwah itu di tujukan, dikarenakan setiap manusia itu tidak sama, baik dari segi usia, tingkat kecerdasan dan status sosial dalam masyarakat. Yang kesemua itu menuntut agar penyeru dakwah arif dan bijaksana kepada siapa dan bagaimana ia harus menghadapi jama’ah. 7 Menguasai materi saja belum cukup untuk meraih sukses dalam dunia pidato tanpa dibarengi dengan keindahan bahasa. Rangkaian kata dan susunan bahasa yang indah dan berirama dalam pidato merupakan akar dalam retorika. Hitler mampu menggiring manusia dalam kancah perang dunia kedua, Napoleon Bonaparte berhasil menguasai duapertiga daratan Eropa, Bung Tomo tokoh 10 November yang dikenal dengan Hari Pahlawan dan Sukarono yang mampu membangkitkan semangat bangsa Indonesia untuk bangkit berjuang melawan penjajah Belanda dalam meraih kemerdekaan. Semua itu kalau kita kaji dan analisa tidak lain bersumber dari sebuah pidato serta keindahan bahasa yang mampu menggerakkan hati manusia untuk melakukan apa yang orator ingini. Dengan pidato bisa membakar semangat banyak orang agar mau maju ke medan perang dan membangun bersama untuk negeri ini. 6 Rafiuddin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip-Prinsip dan Strategi Dakwah Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997 Cet. Ke-1, hal. 32. 7 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikasi, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, cet ke-1 hal 2 Banyak sekali orang yang pandai berbicara sehingga berpidato panjang lebar, akan tetapi tidak memperoleh apa-apa selain kelelahan dan kebosanan, hal ini disebabkan pembicara banyak mempunyai bahan materi tetapi tidak mampu mengorganisasikannya. Oleh karena itu, bila seseorang mau menjadi ahli pidato, maka perlu memperhatikan dan memahami tahap penyusunan pidato. 8 Penggunaan retorika dalam berdakwah merupakan persuasi dari da’i untuk menyakinkan mad’u bahwa ajaran Islam sebagai pedoman hidup yang mampu menyelamatkan manusia untuk hidup di dunia dan akhirat. Retorika akan berpengaruh pada isi pesan dakwah yang disampaikan da’i. Ekspresi komunikasi efektif da’i dalam menyampaikan dakwah Islam akan dilihat dan didengar oleh mad’u, sehingga mad’u akan mengikuti apa yang disampaikan dan diharapkan da’i. Pada saat ini para da’i dalam berdakwah menggunakan metode pribadi yang dapat memberikan perhatian kepada masyarakat. Seiring dengan harapan kehadiran para da’i di tengah masyarakat agar memberikan nuansa baru dalam berdakwah sehingga masyarakat dapat menerima dan mengamalkan apa yang disampaikan oleh para da’i. Seorang da’i dituntut untuk mampu menggunakan kata yang baik dan teratur sehingga pesan dakwah memiliki relevansi dalam kehidupan di masyarakat yang dapat dimengerti dan difahami oleh mad’u menganai pesan dakwah yang disampaikan. Walaupun ayat dan hadits yang digunakan oleh 8 Wahidin Saputra, Buku Ajar Retorika Dakwah Lisan [Teknik Khithabah], hal. 1. para da’i memiliki kesamaan, namun mereka berbeda dalam menjelaskan ayat dan hadits tersebut, tergantung pada persiapan dan keilmuan da’i. Maka retorika berfungsi sebagai ilmu yang membimbing untuk merancang kata agar tercapai tujuan dakwah. KH. Ahmad Damanhuri adalah seorang muballigh yang berprinsip kepada Ahlu Sunnah Wal Jama‟ah NU, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Beliau diberi julukan oleh para da’i di kota Depok yaitu singa podium dalam berdakwah dengan sistem penyampaian dan intonasi yang baik beliau dapat merekrut begitu banyak kalangan mad’u dari berbagai status, beliaupun berhasil menyampaikan dakwah melalui bidang pendidikan formal di Yayasan Pesantren Al-Karimiyah yang berada di daerah Sawangan- Baru Kota-Depok dan non formal, seperti Majlis Ta’lim, peringatan hari besar Islam dan kegiatan keagamaan yang ada di Sawangan-Depok. Beliau adalah salah satu Kyai yang segani di daerah Sawangan-Depok, beliau pernah berdakwah di Pemerintahan Kota Depok ketika menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Depok DPRD Kota Depok pada tahun 2004-2009 dan pernah berdakwah di dalam Partai Kebangkitan Bangsa PKB pada tahun 1988-2009. Dakwah beliau dijadikan contoh oleh par a da’i. Diantara Kyai yang tidak asing di daerah Sawangan-Depok dan mengikuti gaya dakwah beliau yakni, KH. Encep Hidayat, MA, K.H. Hasan Ansori , MA dan KH. Abdullah Syafi’i, MA. Berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagaimana yang telah diuraikan diatas dikuatkan juga oleh pernyataan bahwa retorika adalah suatu ilmu yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang da’i dalam proses pelaksanaan dakwahnya agar apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Dari sebab itulah penulis tertarik untuk membahas sosok Kyai yang memiliki cita- cita luhur untuk menegakkan dan memajukan Agama Allah. Untuk membahas lebih dalam tentang konsep retorika dakwah dan penerapan retorika dakwah yang digunakan oleh KH. Ahmad Damanhuri dalam menyampaikan dakwah Islam pada sebuah skripsi yang berjudul ”Retorika Dakwah KH. Ahmad Damanhuri di D epok”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah