informasi yang terkait dengan hubungan di antara manusia, simbol dan konteks yang terlibat.
19
2. Prinsip Retorika
Setelah bahan pidato dipersiapkan, kemudian mengatur materi dakwah dan disusun dengan menarik yang harus didasari pada tiga prinsip
yaitu: 1.
Kesatuan unity komposisi yang baik adalah merupakan kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan dalam isi, tujuan dan
sifat. Dalam isi maksud adalah gagasan tunggal harus mendemonasi uraian, mengenai tujuan harus jelas, apakah
tujuan pidato itu untuk menghibur, memberitahukan dan mempengaruhi, begitupun sifat pembicara apakah serius,
informal, formal apakah bermain-main. Dengan demikian akan jelas apa yang akan disampaikan dalam pidato tersebut.
2. Pertautan-pertautan coherency ini menunjukan yang baik
adalah merupakan urutan bagian yang berkaitan satu sama lain, pertautan meyebabkan perpidahan dari pokok yang satu ke
pokok yang lain secara lancar. 3.
Titik berat emphasis bisa persatuan dan pertautan membantu pendengaran
untuk mengikuti
dengan mudah
proses
19
Morissan dan Andy Corry Wardhani, Teori Komunikasi tentang Komunikator, Pesan, Percakapan, dan Hubungan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2009, Cetakan Pertama, hal. 45.
pembicaraan, maka titik berat menunjukan mereka pada bagian-bagian yang penting patut diperhatikan.
20
4. Pembagian Retorika
Pidato yang baik dapat menghitam putihkan jiwa pendengar, dapat menggetarkan jiwa dan mempengaruhi mereka, membuat mereka sedih,
marah, bersemangat, sadar dan sikap mental yang lain-lain.
21
Aristoteles mengemukakan bahwasannya retorika sebagai bagian dari ilmu bina bicara ini terbagi empat bagian yaitu:
1. Bentuk dan Sususnan Arrangment
Maksudnya bentuk dan susunan pidato itu mengandung nilai estetika. Dengan kata lain, tidak monoton, atau kaku. Akan tetapi
bervariasi. Adakalnya pidato itu berbentuk induktif dan adakalanya deduktif. Adakalanya monolog dan adakalanya dialog. Monolog adalah
seni berbicara dimana hanya seorang yang berbicara. Sedangkan dialog adalah dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian
dalam satu proses pembicaraan. Adapun bentuk dialog yang penting adalah diskusi, tanya-jawab, perundingan, percakapan dan debat.
20
Jalaluddin Rahmat, Retorika Modern, Bandung: PT, Remaja Rosdakarya, 2002, Cet. Ke-6, hlm, 32-34.
21
Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam, Teknik Dakwah dan Lidership, Bandung: CV. Diponogoro, 1981, cet. Ke-2, hlm. 99.
2. Penggunaan Bahasa Expression