32 saja ASI Eksklusif tanpa diberikan susu formula. Usia lebih dari enam bulan baru
diberikan makanan pendamping ASI atau susu formula, kecuali pada beberapa kasus tertentu ketika anak tidak bisa mendapatkan ASI, seperti ibu dengan komplikasi
postnatal.
29
Berdasarkan hasil penelitian Syahril di Kota Banda Aceh 2006, didapatkan bahwa proporsi balita yang tidak mendapat ASI eksklusif menderita pneumonia
sebesar 56,2, sedang yang tidak menderita pneumonia 38,8. Hasil uji statistik diperoleh bahwa anak balita yang menderita pneumonia risikonya 2 kali lebih besar
pada anak balita yang tidak mendapat ASI eksklusif.
28
b.6. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya
imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak.
Imunisasi bermanfaat untuk mencegah beberapa jenis penyakit seperti, POLIO lumpuh layu, TBC batuk berdarah, difteri, liver hati, tetanus, pertusis.
Bahkan imunisasi juga dapat mencegah kematian dari akibat penyakit-penyakit tersebut. Jadwal pemberian imunisasi sesuai dengan yang ada dalam Kartu Menuju
Sehat KMS yaitu BCG : 0-11 bulan, DPT 3x : 2-11 bulan, Polio 4x : 0-11 bulan, Campak 1x : 9-11 bulan, Hepatitis B 3x : 0-11 bulan. Selang waktu pemberian
imunisasi yang lebih dari 1x adalah 4 minggu.
30
Berdasarkan hasil penelitian Syahril di Kota Banda Aceh 2006, didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kejadian pneumonia pada balita dengan
Universitas Sumatera Utara
33 status imunisasi. Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 2,5 CI 95; 2.929 – 4.413,
artinya anak balita yang menderita pneumonia risikonya 2,5 kali lebih besar pada anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
28
Berbeda dengan hasil penelitian Afrida di Medan 2007, hasil uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara status imunisasi bayi dengan kejadian penyakit ISPA p0,05.
11
c. Lingkungan c.1. Kelembaban Ruangan
Berdasarkan KepMenKes RI No. 829 tahun 1999 tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa kelembaban yang sesuai untuk rumah sehat adalah 40-
70, optimum 60. Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan 2004, dengan
desain cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor
kelembaban ruangan mempunyai exp B 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada
balita sebesar 28 kali.
10
c.2. Suhu Ruangan