71
Masyarakat Jakarta Timur sudah terbiasa mengonsumsi nasi dan melekat menjadi budaya. Kebiasaan makan nasi yang sudah melekat di masyarakat
membuat semakin sulitnya konsumen dalam mengkosumsi pangan pokok non beras. Oleh karena itu disarankan untuk memberi pengetahuan akan baiknya
mengkonsumsi pangan pokok non beras dan menjadikannya suatu kebiasaan sehingga masyarakat.
5.4.3. Pengaruh Faktor Pribadi X
3
terhadap Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras di Jakarta Timur
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 17, faktor pribadi X
3
memiliki pengaruh yang bernilai positif terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non
beras. Hal ini berarti semakin meningkat faktor sosial, maka persepsi konsumsi pangan pokok non beras juga akan semakin meningkat.
Pengujian yang dilakukan pada faktor pribadi X
3
terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras Y, menunjukkan koefisien regresi faktor
budaya sebesar 0,282. Artinya bahwa apabila faktor sosial meningkat satu satuan, maka akan menyebabkan meningktanya persepsi konsumsi pangan pokok non
beras sebesar 0,282 satuan. Tingkat signifikansi yang diperoleh variabel faktor sosial X
1
berdasarkan tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 adalah sebesar 0,001. Berdasarkan nilai
signifikasi faktor sosial lebih kecil dari nilai alfa 0,001 0,05. Hasil perhitungan dan analisis pada pengujian tersebut dapat menjelaskan bahwa ada pengaruh yang
bersifat nyata pada faktor sosial terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras dengan tingkat kepercayaan 95.
72
Masyarakat Jakarta Timur memiliki pribadi yang terbuka untuk menerima hal baru. Hal ini menjadikan masyarakat dapat menerima pangan pokok non beras
sebagai suatu yang baru dan memiliki persepsi yang baik. Oleh karena itu disarankan dengan terbukanya pribadi masyarakat dapat mengetahui kelebihan
dan manfaat dalam mengonsumsi.
5.4.4. Pengaruh Motivasi X
4
terhadap Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras di Jakarta Timur
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 17, faktor budaya X
2
memiliki pengaruh yang bernilai negatif terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non
beras. Hal ini berarti semakin meningkat faktor social, maka persepsi konsumsi pangan pokok non beras akan semakin menurun.
Pengujian yang dilakukan pada variabel motivasi X
4
terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras Y, menunjukkan koefisien regresi faktor
budaya sebesar -0,016. Artinya bahwa apabila faktor sosial meningkat satu satuan, maka akan menyebabkan menurunnya persepsi konsumsi pangan pokok non
beras sebesar 0,016 satuan. Tingkat signifikansi yang diperoleh variabel faktor budaya X
2
berdasarkan tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 adalah sebesar 0,873. Berdasarkan nilai signifikasi faktor sosial lebih besar dari nilai alfa 0,873 0,05.
Hasil perhitungan dan analisis pada pengujian tersebut dapat menjelaskan bahwa ada pengaruh yang bersifat tidak nyata pada faktor sosial terhadap persepsi
konsumsi pangan pokok non beras dengan tingkat kepercayaan 95. Masyarakat Jakarta Timur kurang mengetahui dan belum merasakan
manfaat dari mengonsumsi pangan pokok non beras, sehingga tidak terciptanya