Pengaruh faktor sosial, budaya, pribadi, dan motivasi terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras di wilayah Jakarta Timur

(1)

PENGARUH FAKTOR SOSIAL, BUDAYA, PRIBADI, DAN

MOTIVASI TERHADAP PERSEPSI KONSUMSI PANGAN

POKOK NON BERAS DI WILAYAH JAKARTA TIMUR

Azzam Muhammad Jundi NIM : 109092000009

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

PENGARUH FAKTOR BUDAYA, SOSIAL, PRIBADI, DAN

MOTIVASI TERHADAP PERSEPSI KONSUMSI PANGAN

POKOK NONBERAS DI WILAYAH JAKARTA TIMUR

AZZAM MUHAMMAD JUNDI NIM : 109092000009

Skipsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 /1436 H


(3)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Februari 2015

Azzam Muhammad Jundi 109092000009


(4)

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Azzam Muhammad Jundi

JenisKelamin : Laki - laki Tempat,

TanggalLahir

: Jakarta, 2 Mei 1991

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Komplek Pertamina Jl.Bontang V kav.81 rt 02/03 Gas Alam Cimanggis Depok

No. HP : 089699338208

Email : [email protected]

1996-1997 : TKIT Az Zahrah

1997-2003 : SDIT Al Hikmah

2003-2006 : SMPIT Al Kahfi

2006-2009 : SMAN 4 Depok

2009-2014 : Strata I Jurusan Agribisnis,Fakultas Sains dan Teknologi Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Data Diri

Riwayat

Pendidikan


(6)

RINGKASAN

Azzam Muhammad Jundi. 109092000009. Pengaruh Faktor Sosial, Budaya, Pribadi dan Motivasi terhadap Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras di Wilayah Jakarta Timur Dibawah bimbingan Ujang Maman dan Siti Rochaeni

Indonesia memiliki tantangan untuk mencapai ketahanan pangan dengan laju pertumbuhan penduduk yang tidak sebanding dengan produksi pangan. Salah satu solusinya adalah dengan diversifikasi pangan, dan belum optimalnya diversifikasi pangan karena faktor psokologis masyarakat Indonesia. Baiknya kita mengetahui bagaimana persepsi masyarakat Indonesia terhadap pangan pokok non beras. Faktor-faktor yang berpengaruh diantaranya adalah faktor sosial, budaya, pribadi, dan motivasi.

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1) Mengidentifikasi karakteristik responden di Jakarta Timur. 2) Mengidentifikasi indikator-indikator faktor sosial, budaya, pribadi, dan motivasi sterhadap perspsi konsumsi pangan pokok non beras di Jakarta Timur 3) Menganalisis pengaruh faktor sosial, budaya, pribadi, dan motivasi terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras di Jakarta Timur.

Lokasi penelitian dilakukan di Jakarta Timur. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh secara langsung dari responden dengan menggunakan kueisoner dan wawancara dengan pihak yang terkait, sedangkan data sekunder meliputi gambaran umum wilayah penelitian, data penduduk, dan data potensi pangan lokal dari sumber-sumber yang relevan seperti buku, Badan Pusat Statistik (BPS), jurnal dan data dari dinas instansi terkait. Metode penentuan sampel dilakukan dengan cara stratified,

purposive, random sampling. Pengolahan data menggunakan analisis regresi

linear berganda dibantu software SPPS 14.0.

Berdasarkan faktor sosial masyarakat Jakarta Timur kurang menerima adanya pangan non beras. Faktor budaya, masyarakat Jakarta timur adaptif terhadap konsumsi pangan pokok non beras. Faktor pribadi pada masyarakat Jakarta Timur terbuka akan adanya pangan pokok non beras, kurangnya motivasi masyarakat untuk mengkonsumsi pangan pokok non beras, sehingga pada perilaku konsumen dalam mengkonsumsi pangan pokok non beras keseluruhannya masyarakat Jakarta Timur kurang responsive terhadap konsumsi pangan pokok non beras

Terdapat pengaruh variabel faktor sosial, budaya, pribadi dan motivasi terhadap persepsi pangan pokok non beras di Jakarta Timur. Terbukti dari pengaruh yang positif dan sangat signifikan variabel faktor sosial, budaya, pribadi


(7)

dan motivasi dengan Uji F (uji menyeluruh) terhadap ppersepsi konsumsi pangan pokok non beras di Jakarta Timur. Uji determinasi (R2) variabel nilai persepsi konsumsi pangan pokok non beras di wilayah Jakarta Timur yang dapat dijelaskan oleh factor sosial, budaya, pribadi, dan motivasi, 8,9 %. Dan sisanya 91,1% dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat pada penelitian ini. Berdasarkan hasil Uji regresi terlihat bahwa variabel faktor pribadi (X3) adalah variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras di wilayah Jakarta Timur.

Kata kunci : factor sosial, budaya, pribadi, dan motivasi, pesepsi konsumsi, pangan pokok non beras, Jakarta Timur


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tanpa bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penelitian dan penulisan skripsi ini tidak akan bejalan dengan lancar. Oleh karna itu pada kesempatan ini, izinkan penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang telah menganugerakan kepada penulis segala nikmat-Nya dan memberikan kemampuan berfikir sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya.

2. Ummi dan Abi tersayang, terimakasih atas cintamu, kasih sayang, kesabaran, do’a, motivasi, dan segalanya yang telah diberikan oleh ananda baik secara moril maupun materiil sehingga Alhamdullilah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Syukron jazakumullah atas perjuangan ummi dan abi tercinta. Ananda tidak mungkin bisa membalasnya, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas semua yang telah diberikan oleh ummi dan abi. 3. Adik-adik tersayang, Ghulam, Asyraq, Rakha, Jabran, terimakasih atas

motivasi dan apapun yang diberikan baik materiil maupun moril. Semoga kalian selalu sukses dan dapat terus membahagiakan ummi dan abi.

4. Bapak Dr. Agus Salim, M. Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi. 5. Bapak Dr. Elpawati, MP selaku ketua Program Studi Agribisnis Universitas

Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing, memberikan saran, motivasi, nasehat dan arahan serta meluangkan waktu, tenaga dan fikiran disela-sela kesibukanya dalam penyusunan skripsi ini.


(9)

7. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, memberikan saran, motivasi, nasehat dan arahan serta meluangkan waktu, tenaga dan fikiran disela-sela kesibukanya dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Iskandar Andi Nuhung, MS selaku dosen penguji I yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk menguji skripsi penulis serta memberikan saran dan arahan.

9. Bapak Dr. Edmon Daris, MS selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk menguji skripsi penulis serta memberikan saran dan arahan.

10. Para dosen Agribisnis yang telah membantu dalam memberikan semangat dan do’a bagi penulis.

11. Benita Fitriana, kekasih hatiku. Terimakasih atas hari-hari, motivasi, dan do’a yang telah diberikan.

12. Sahabat-sahabat Al-Kahfi, Zainun, Agip, Nadi, Julio, Aji, dkk. Terimakasih atas motivasi, dukungan, pengalaman hidup, dan segalanya yang kalian berikan.

13. Sahabat-sahabat Basis, Ridwan, Ijong, Odang, Isal, Ilham, Kia, Wiki, Daniel, Rehan, Upi, Jimmy, Ayung, Desta. Terimakasih atas dukungan, pengalaman hidup, dan segalanya yang kalian berikan.

14. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2009, Rahman, Endang, Jamal, Bimbim, Tyo, Ihsan, Hariry, Ade, Eriza, Untung, Slamet, Bukhari, Jazil, Anto, Arif, Bambang, Amin, Hilman, Hana, Novi, Uki, Vinka, Eka, Fifah, Iwat, Dian, Tiana, Laily, Nena, Arum, Dewi, Ika, Nita, Elis, Sarah, Silvi, Mia, Nauli, Ponika, Riska. Terimakasih atas segalanya yang diberikan, bangga berada di tengah-tengah kalian. Semoga silaturahmi selalu terjaga. Barakallah. 15. Kawan-kawan Prima Motor, Inu, Opi, Danang, Jordi, Fajar, Fahmi, Dede, Ocon, Dimas. Terima kasih atas segala bentuk dukungan yang kalian berikan.


(10)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik sestematika, bahasa maupun dari segi materi. Atas dasar ini, penulis harapkan komentar, saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembaca dan semoga bermanfaat untuk kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Februari 2015


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi ... 8

2.2 Faktor Sosial ... 14

2.3 Faktor Budaya ... 16

2.4 Faktor Pribadi ... 18

2.5 Motivasi ... 19

2.6 Pangan ... 20

2.7 Penelitian Terdahulu... 26

2.8 Kerangka Pemikiran ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ... 30

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 32

3.4 Metode Pengambilan Sample ... 33


(12)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografi ... 46

4.2 Penduduk ... 48

4.2.1 Jumlah Penduduk ... 48

4.2.2 Agama ... 49

4.2.3 Pekerjaan ... 51

4.2.4 Pendidikan... 52

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 54

5.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 57

5.3 Analisis Data Kuantitatif ... 61

5.4 Pengaruh Faktor Sosial, Faktor Budaya, Faktor Pribadi, dan Motivasi Terhadap Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras di Wilayah Jakarta Timur ... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 74

6.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Konsumsi Pangan Pokok Rumah Tangga di Indonesia Tahun

2007-2011 ... 2

2. Ketersediaan Pangan Pokok untuk Konsumsi Rumah tangga di Indonesia Tahun 2007-2011 ... 3

3. Variabel, Definisi Operasional, Indikator dan Skala Pengukuran ... 31

4. Jumlah Penduduk dan Jumlah Keluarga Wilayah Jakarta Timur Tahun 2013 ... 34

5. Jumlah Keluarga Wilayah Kecamatan Cengkareng 2013... 34

6. Jumlah RW, RT, KK, dan Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Cakung 2013 ... 36

7. Jumlah Kecamatan dan Kelurahan Kota Jakarta Timur... 47

8. Jumlah Penganut Agama di Jakarta Timur Tahun 2013 ... 50

9. Jumlah Penduduk berdasarkan Status Pekerjaan di Jakarta Timur 2013 ... 51

10.Jumlah Penduduk dengan Pendidikan Tertinggi di Jakarta Timur Tahun 2013 ... 52

11.Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Pekerjaan, Pendidikan Terakhir, dan Pendapatan per Bulan di Wilayah Jakarta Timur ... 55

12.Tolerance dan VIF ... 59

13.Hasil Uji Autokorelasi ... 61

14.Analisis Data Responden Variabel Faktor Sosial Sosial... 62

15.Analisis Data Responden Varibel Faktor Budaya ... 63

16.Analisis Data Responden Varibel Faktor Pribadi ... 64

17.Analisis Data Responden Varibel Faktor Motivasi ... 64

18.Analisis Data Responden Variabel Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras ... 65

19.Hasil Regresi Pengaruh Faktor Sosial, Faktor Budaya, Faktor Pribadi, dan Motivasi Terhadap Persepsi Pangan Pokok Non Beras di wilayah Jakarta Timur... 67


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Faktor Sosial, Budaya, Pribadi dan Motivasi Terhadap Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non

Beras di Wilayah Jakarta Timur ... 29 2. Teknik pengambilan sampel Pengaruh Faktor Sosial, Budaya,

Pribadi dan Motivasi Terhadap Persepsi Konsumsi Pangan

Pokok Non Beras di Wilayah Jakarta Timur... 38 3. Kurva Uji Normalitas ... 58 4. Kurva Uji Heterokedastisitas ... 60


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuesioner Responden ... 80 2. Tabulasi Data Hasil Kuesioner ... 85 3. Hasil Analisis Pengaruh Faktor Sosial, Faktor Budaya, Faktor

Pribadi dan Motivasi Terhadap Persepsi Konsumsi Pangan

Pokok di Wilayah Jakarta Timur ... 111 4. Hasil Uji Validitas ... 113


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan diarahkan untuk menopang kekuatan ekonomi domestik sehingga mampu menyediakan pangan yang cukup secara berkelanjutan bagi seluruh penduduk terutama dari produksi dalam negeri, dalam jumlah dan keragaman yang cukup, aman dan terjangkau dari waktu ke waktu. Indonesia dalam pemenuhan konsumsi masyarakat menghadapi tantangan cukup besar karena jumlah penduduknya yang cukup besar. Pemerintah berupaya memantapkan ketahanan pangan masyarakat melalui Badan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian sejak tahun 2002 mengembang-kan tujuh model pemberdayaan di kabupaten/ kota di seluruh propinsi. Adapun model pemberdayaan ketahanan pangan tersebut adalah: 1) Lumbung pangan, 2) Sistem tunda jual, 3) Pangan lokal, 4) Pemanfaatan pekarangan, 5) Daerah rawan pangan, 6) Participatory integrated development in

rainfed areas (PIDRA) dan 7) Special program for food security (Hermanto 2005).

Mayoritas masyarakat Indonesia mengonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok, namun hingga saat ini pemerintah belum mampu memenuhi kebutuhan beras nasional. Jumlah penduduk yang kian bertambah disandingkan dengan situasi geografis yang seringkali tidak menentu menciptakan besarnya permintaan yang tidak sebanding dengan penawaran beras. Hal ini mendorong


(17)

diversifikasi pangan pokok menjadi suatu alternatif yang mulai dilirik oleh konsumen beras.

Perum Bulog sudah melakukan analisa mengantisipasi pertambahan penduduk yang berpotensi mengurangi ketersediaan pangan berupa beras.Dalam analisanya, ada dua komponen yang perlu disadari,yakni menekan potensi penyusutan (losses) dalam penanganan pascapanen padi,serta menggalakkan program diversifikasi pangan. Sebagai langkah mengantisipasi krisis pangan akibat ledakan penduduk, Bulog mendorong supaya masyarakat melakukan diversifikasi pangan.

Tabel 1. Konsumsi Pangan Per Kapita di Indonesia Tahun 2007-2011

Komoditi Konsumsi (Kg/Kapita/Tahun)

Laju Pertumbuhan

(%)

2007 2008 2009 2010 2011

Beras 100,05 104,89 102,21 100,75 102,87 0,74

Jagung 4,75 3,23 1,36 2,66 1,93 -20,29

Ubi Kayu 6,99 1,83 5,53 5,06 5,79 33,73

Ubi Jalar 2,40 1,83 2,24 2,29 2,87 6,57

Sagu 0,73 1,83 0,42 0,37 0.469 22,23

Kentang 2,09 2,03 1,72 1,83 1,56 -5,53

Sumber : SUSENAS, BPS 2012

Tabel 1 menggambarkan bahwa perkembangan konsumsi pangan pokok di Indonesia cenderung meningkat kecuali untuk komoditi jagung dan kentang. Jagung mengalami penurunan laju pertumbuhan konsumsi pangan sebesar -20,29%, sedangkan Ubi kayu menjadi komoditi yang mengalami peningkatan laju pertumbuhan paling signifikan yaitu 33,73%. Laju pertumbuhan konsumsi beras hanya mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,74% , berbanding terbalik dengan


(18)

laju pertumbuhan konsumsi pangan non beras yang jika dirata-rata meningkat sebesar 7,34%. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan pada rumah tangga di Indonesia dalam mengonsumsi pangan pokok non beras.

Ketersediaan Pangan untuk konsumsi rumah tangga yang ditunjjukan Tabel 2 cenderung mengalami peningkatan. Ketersediaan beras untuk konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan sebesar 2,47 % , sedangkan rata-rata ketersediaan pangan non beras adalah 17,372%. Hal tersebut menujukkan bahwa laju pertumbuhan ketersediaan pangan untuk konsumsi rumah tangga lebih signifikan pangan pokok non beras dari pada beras. Mengacu pada Tabel 1 dan Tabel 2, jumlah ketersediaaan untuk pangan pokok non beras untuk rumah tangga lebih banyak dari jumlah konsumsinya, sehingga dapat disimpulkan bahwa konsumsi rumah tangga untuk pangan pokok non beras baiknya ditingkatkan lagi sehingga kegiatan diversivikasi pangan dapat berjalan dengan maksimal.

Tabel 2. Ketersediaan Konsumsi Pangan Pokok Per Kapita di Indonesia Tahun 2007-2011

Konsumsi (Kg/Kapita)

Konsumsi (Kg/Kapita/Tahun) Laju Pertumbuhan

(%) 2007 2008 2009 2010 2011

Beras 147,91 153,42 157,50 162,08 163,02 2,47

Jagung 42,56 52,15 54,05 55,23 55,43 7,18

Ubi Kayu 17,76 91,27 28,42 44,31 43,81 99,96

Ubi Jalar 7,31 7,21 7,80 7,45 7,86 1,96

Sagu 0,80 0,57 0,46 0,28 0,29 -20,90

Kentang 4,18 4,42 4,82 4,22 3,99 -1,34

Sumber : Neraca Bahan Pangan, BKP Kementan 2012

Pada keadaan krisis dan kritis, sesungguhnya semuanya masih boleh ditawar atau ditunda, kecuali makanan. Itulah sebabnya, pangan dapat dikatakan


(19)

merupakan ibu dari semua kebutuhan, artinya di sanalah bermuara semua kehidupan dan penghidupan. (Hafsah, 2006). Banyaknya sumber pangan lokal yang dapat menggantikan beras sebagai pangan pokok menjadi satu poin positif. Sebut saja jagung, sagu, kentang, ubi jalar, singkong, dan lain-lain. Memperkaya ragam pangan pokok yang dikonsumsi dapat meningkatkan ketahanan keluarga dan secara tidak langsung akan memperkuat ketahanan pangan nasional.

Hasil studi Harya dalam Ariani (2003) menjelaskan bahwa belum optimalnya diversifikasi pangan salah satunya yaitu karena terdapat faktor psikologis yang sangat mempengaruhi. Faktor-faktor psikologis tersebut yaitu budaya makan nasi yang sudah sulit diubah, merasa belum makan jika belum makan nasi, perasaan gengsi karena beras menjadi indikator kesejahteraan masyarakat, dan rasa nasi yang cocok di lidah masyarakat Indonesia. Mengingat faktor-faktor psikologis tersebut alangkah tepat jika kita mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap pangan pokok non-beras.

Faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi di antaranya adalah faktor sosial, faktor budaya, faktor pribadi, dan faktor motivasi. Faktor sosial seperti keluarga dan status sosial berpengaruh pada persepsi dan prilaku konsumen. (Kottler dan Keller,2009). Kebudayaan merupakan faktor penentu paling dasar dari keinginan dan prilaku seseorang. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli (Setiadi,2003).


(20)

Diversifikasi pangan ini harus menghadapi beberapa kendala, salah satunya ialah persepsi sebagian besar masyarakat Indonesia yang sudah sangat lekat dengan beras sebagai pangan pokok. Sikap masyarakat terhadap bahan pangan pengganti tersebut akan mempengaruhi persepsi mereka. Perilaku konsumsi ini dilihat dari apakah mereka mengonsumsi bahan pangan tersebut atau tidak dan juga apakah mereka menganggapnya sebagai bahan pangan pokok.

Kota Administrasi Jakarta Timur memiliki sejumlah kawasan-kawasan potensial atau unggulan untuk dapat dikembangkan. Kawasan unggulan merupakan kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan sektor strategis, seperti industri, pariwisata, perdagangan, pertanian, permukiman dan lain-lain. Sektor strategis menjadi prioritas utama karena tingkat peranannya dalam pembangunan. Kawasan strategis kota adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota terhadap pembangunan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, serta pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi untuk mengembangkan, dan melestarikan serta mengkoordinasikan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah.

Aktivitas perdagangan di Jakarta Timur sebagian besar berkangsung di pasar, baik pasar moderen maupu tradisional. Jakarta Timur memiliki dua pasar induk untuk penyedia pangan sehari-hari yaitu pasar Induk Kramat Jati dan pasar Induk Cipinang. Pasar Induk tersebut merupakan tempat belanja utama komoditi pangan pokok DKI Jakarta.


(21)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa hal telah dipaparkan sebelumnya, menjadi suatu pertanyaan tentang bagaimana persepsi mampu mempengaruhi peilaku suatu keluarga dalam mengonsumsi pangan pokok nonberas. Masalah yang akan dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik responden di Jakarta Timur?

2. Apakah faktor sosial, faktor budaya, faktor pribadi dan motivasi berpengaruh terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras di wilayah Jakarta Timur?

3. Bagaimana pengaruh faktor sosial, budaya, pribadi, dan motivasi terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras di wilayah Jakarta Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi karakteristik responden di Jakarta Timur.

2. Mengidentifikasi indikator-indikator faktor sosial, faktor budaya, faktor pribadi, dan motivasi terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras di wilayah Jakarta Timur.

3. Menganalisis pengaruh faktor sosial, budaya, pribadi, dan motivasi terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras di wilayah Jakarta Timur.


(22)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat berguna untuk memperkaya wawasan peneliti tentang persepsi konsumsi pangan pokok non beras. Selain itu juga dapat menjadi salah satu pengembangan dalam bidang ilmu konsumen. Bagi masyarakat luas, penelitian ini dapat menjadi pendorong agar masyarakat termotivasi untuk memperkaya pangan yang dikonsumsinya. Penelitian ini juga dapat menjadi salah satu masukan bagi pemerintah dalam pelaksanaan program diversifikasi pangan.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

Konsumen seringkali memutuskan pembelian suatu produk berdasarkan persepsinya terhadap produk tersebut (Sumarwan 2004). Persepsi menurut Kotler (2009), persepsi merupakan suatu proses di mana seseorang dapat memilih, mengatur, dan mengartikan imformasi menjadi suatu gambar yang sangat berarti di dunia. Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995), terdapat lima tahap dalam pengolahan informasi, yaitu pemaparan, perhatian, pemahaman, peneriman, dan retensi. Persepsi sendiri disebutkan melingkupi tahap pemaparan, perhatian, dan pemahaman (Mowen & Minor 1999).

Mowen dan Minor (1999) mengartikan persepsi sebagai proses keseluruhan di mana individu terpapar pada informasi, mengikuti informasi tersebut, dan memahaminya. Schiffman dan Kanuk (2000) mengartikan persepsi sebagai proses di mana individu memilih, mengelola, dan menginterpretasikan stimulus menjadi gambaran yang bermakna dan koheren. Menurut Robbins (2001), persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan pemaknaan terhadap kesan-kesan sensori untuk memberi arti pada lingkungannya.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih, diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna.


(24)

2.1.1. Proses persepsi

Proses terjadinya persepsi meliputi : 1. Proses Fisis

Dimana objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera.

2. Proses Fisiologis

Stimulus yang diterima alat indera kemudian dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak.

3. Proses Psikologis

Terjadi proses pengolahan otak, sehingga individu menyadari tentang apa yang ia terima dengan alat indera sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterima.

2.1.2. Persepsi Konsumen

Persepsi konsumen adalah proses dimana seseorang mengorganisir dan mengartikan kesan dari panca indera dalam tujuan untuk memberi arti dalam lingkungan mereka (Robbins, 2001) . persepsi konsumen ini sangat penting dipelajari karena perilaku konsumen karena perilaku konsumen didasarkan oleh persepsi mereka tentang apa itu kenyataan dan bukan kenyataan itu sendiri. Menurut shiffman dan kanuk (2000) persepsi akan sesuatu berasal dari interaksi antara dua jenis faktor :

1. Faktor stimulus, yaitu karakteristik secara fisik seperti ukuran, berat, warna atau bentuk. Tampilan suatu produk baik kemasan


(25)

maupun karakteristik akan mampu menciptakan suatu rangsangan pada indra manusian, sehingga mampu menciptakan sesuatu persepsi mengenai produk yang dilihatnya.

2. Faktor individu, yang termasuk proses didalamnya bukan hanya pada panca indra akan tetapi juga pada proses pengalaman yang serupa dan dorongan utama serta harapan dari individu itu sendiri. Dalam persepsi seseorang juga melalui proses seleksi. Seleksi adalah proses seseorang memilih dan menentukan marketing stimuli karena tiap individu adalah unik dalam kebutuhan, keinginan dan pengalaman, sikap dan karakter pribadi masing-masing orang.

Menurut Shiffman dan Kanuk (2000) dalam seleksi ada proses yang disebut selective perception concept. Adapun selective perception concept, yaitu :

1. Selective Exposure

Konsumen secara efektif mencari pesan menemukan kesenangan atau simpati mereka secara aktif menghindari kesakitan atau ancaman disisi lainnya. Mereka secara efektif membuka diri mereka kepada iklan-ikaln yang menentramkan hati mereka mengenai kebijaksanaan tentang kepuasaan pembeliannya.

2. Selective Attention

Konsumen mengadakan transaksi pemilihan yang bagus dengan tujuan perhatian mereka berikan pada rangsangan komersial. Mereka


(26)

mempunyai kesadaran tinggi terhadap rangsangan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Jadi konsumen mungkin untuk mengingat iklan untuk prodek yang dapat memuaskan kebutuhan mereka dan mengabaikan yang tidak mereka butuhkan.

3. Perceptual Defense

Konsumen secara bawah sadar menyaring rangsangan yang mereka temukan ancaman psikological, meskipun telah terdapat pembukaan. Jadi ancaman atau sebaliknya rangsangan yang merusak mungkin lebih sedikit diterima secara sadar daripada rangsangan netral pada level pembukaan yang sama.

4. Perceptual Blocking

Konsumen melindungi diri mereka dari rangsangan-rangsangan yang mereka anggap negatif dan mempunyai pengaruh buruk bagi diri mereka.

2.1.3. Karakteristik seseorang mempengaruhi persepsi

Menurut Robbins (2001) persepsi dapat dipengaruhi oleh karakter seseorang. Karakter tersebut dipengaruhi oleh :

1. Attitudes, Dua individu yang sama, tetapi mengartikan sesuatu yang dilihat itu berbeda satu dengan yang lain.

2. Motives, Kebutuhan yang tidak terpuaskan yang mendorong individu dan mungkin memiliki pengaruh yang kuat terhadap persepsi mereka.


(27)

3. Interests, Fokus dari perhatian kita sepertinya dipengaruhi oleh minat kita, karena minat seseorang berbeda satu dengan yang lain. Apa yang diperhatikan oleh seseorang dalam suatu situasi bisa berbeda satu dengan yang lain. Apa yang diperhatikan seseorang dalam suatu situasi bisa berbeda dari apa yang dirasakan oleh orang lain.

4. Experiences, Fokus dari karakter individu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu seperti minat atau interest individu. Seseorang individu merasakan pengalaman masa lalu pada sesuatu yang individu tersebut hubungkan dengan hal yang terjadi sekarang.

5. Expectations, Ekspektasi bisa mengubah persepsi individu dimana individu tersebut bisa melihat apa yang mereka harapkan dari apa yang terjadi sekarang.

Menurut Nugroho J. Setiadi (2003), Faktor yang mempengaruhi persepsi adalah penglihatan dan sasaran yang diterima dan dimana situasi persepsi terjadi penglihatan. Tanggapan yang timbul atas rangsangan akan dipengaruhi sifat-sifat individu yang melihatnya,, sifat-sifat yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu : 1. Sikap, Sikap yang dapat mempengaruhi positif atau negatifnya tanggapan

yang akan diberikan seseorang.

2. Motivasi, Motif merupakan hal yang mendorong seseorang mendasari sikap tindakan yang dilakukannya.


(28)

3. Minat, Merupakan faktor lain yang membedakan penilaian seseorang terhadap suatu hal atau objek tertentu, yang mendasari kesukaan ataupun ketidaksukaan terhadap objek tersebut.

4. Pengalaman masa lalu, Dapat mempengaruhi persepsi seseorang karena kita biasanya akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang pernah dilihat dan didengar.

5. Harapan, Mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan, kita akan cenderung menolak gagasan, ajakan, atau tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

6. Sasaran, Sasaran dapat mempengaruhi penglihatan yang akhirnhya akan mempengaruhi persepsi.

7. Situasi, Situasi atau keadaan disekita kita atau disekitar sasaran yang kita lihat akan turut mempengaruhi persepsi. Sasaran atau benda yang sama yang kita lihat dalam situasi yang berbeda akan menghasilkan persepsi yang berbeda pula.

2.1.4. Persepsi dan Keputusan Pembelian

Menurut Dowling dalam Ferrinadewi (2008) persepsi terhadap resiko (perceived risk) adalah persepsi negatif konsumen atas sejumlah akitivitas yang didasarkan pada hasil yang negatif dan memungkinkan bahwa hasil tersebut menjadi nyata. Hal ini merupakan masalah yang senantiasa dihadapi konsumen dan menciptakan suatu kondisi yang tidak pasti misalkan ketika konsumen menentukan pembelian produk baru


(29)

Berbagai penelitiann berhasil dilakukan oleh beberapa ahli dan hasilnya dIrangkum oleh Mowen dan Minor (2001) : 1) Resiko keuangan, resiko yang hasilnya akan merugikan konsumen secara keuangan.; 2) Resiko kinerja, resiko bahwa produk tidak akan memberika kinerja yang diharapkan ; 3) Resiko fisik, resiko bahwa produk secara fisik akan melukai konsumen ; 4) Resiko psikologis, resiko bahwa produk akan menurunkan citra diri konsumen ; 5) Resiko sosial, resiko bahwa lingkungan sekitar akan mengejek pembelian produk. ; 6) Resiko waktu, resiko bahwa sebuah keputusan akan menghabiskan banyak waktu ; 7) Opportunity Loss, resiko bahwa dengan melakukan sebuah tindakan konsumen akan merasa rugi jika melakukan hal lin yang benar-benar ingin ia lakukan.

Dapat disimpulkan bahwa ketika konsumen menerima stimuli : 1. Harga produk yang sangat mahal; 2. Penilaian orang lain terhadap pilihan konsumen sangat berpengaruh; 3. Ancaman fisik, psikologi, maupun sosial yang besr akibat pemakaian produk; 4. Konsekuensi untuk menghentikan pemakaian produk lain yang disukai; 5.Hasil pemakaian masih belum dapat terbukti maka konsumen akan memiliki persepsi bahwa produk tersebut berisko atau persepsi terhadap resikonya tinggi.

2.2 Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang


(30)

dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Definisi kelompok adalah dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama (Kotler dan Keller,2009). Macam macam kelompok sosial menurut Soerjono Soekanto (2004) :

1. In-group dan Out-group

In-group adalah Kelompok sosial dimana individu mengidentifikasikan dirinya dalam kelompok tersebut. Out-group adalah kelompok yang berada di luar kelompok dirinya.

2. Kelompok primer dan sekunder

Kelompok primer adalah kelompok kecil yang anggotanya memiliki hubungan dekat, personal dan langgeng, contoh keluarga. Kelompok sekunder adalah kelompok yang lebih besar, bersifat sementara, dibentuk untuk tujuan tertentu dan hubungan antar anggotanya bersifat impersonal sehingga biasanya tidak langgeng, contoh club sepak bola.

Menurut Spredley dan Allender (1996), keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan interaksi sosial, peran, dan tugas. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok aacuan primer yang paling berpengaruh. Istri biasanya bertindak sebagai petugas pembelian utama keluarga, terutama untuk makanan, berbagai barang yang kecil nilainya, dan pakaian sehari-har (Kotler,2009).


(31)

Menurut Ralph Linton, status sosial adalah sekumpulan hak dan kewajinan yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah. Kelas sosial adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi (Barger, 1990). Ekonomi dalam hal ini cukup luas yaitu meliputi juga sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan / perekonomian individu.

2.3 Faktor Budaya

Segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu (Herskovit dalam Sukanto 2004) Budaya merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk – makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang tumbuh mendapat seperangkat nilai persepsi, preferensi dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga – lembaga sosial penting lainnya (Kottler dan Keller,2009). Setiap kebudayaan terdiri dari sub – budaya – sub - budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.

Mitchell, Terence R (1997) budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar , pengetahuan, moral hukum, dan perilaku yang disampaikan


(32)

oleh individu - individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain. Menurut Koentjaraningrat (2000) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. Jadi, kebudayaan atau disingkat “budaya”, menurut Koentjaraningrat merupakan “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”

Faktor budaya yang diduga mempengaruhi konsumsi pangan masyarakat merupakan penyesuaian seseorang terhadap budaya-budaya baru yaitu mengonsumsi pangan non beras yang dicanangkan oleh pemerintah yang biasa kita sebut diversifikasi pangan. Pola konsumsi pangan sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, termasuk didalamnya pengetahuan mengenai pangan, sikap terhadap pangan dan kebisaaan makan. Seringnya suatu bahan pangan dikonsumsi oleh masyarakat maka akan besar pula peluang pangan tersebut tergolong dalam pola konsumsi pangan individu atau masyarakat. Faktor budaya merupakan penentu keinginan, persepsi dan perilaku paling dasar. Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada persepsi konsumen. Perusahaan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, sub budaya dan kelas sosial pembeli. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang


(33)

dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler 2009).

Perilaku konsumsi pangan masyarakat dilandasi oleh kebiasaan makan (food habit) yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga melalui proses sosialisasi. Kebiasaan makan tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan ekologi (ciri tanaman pangan, ternak dan ikan yang tersedia dan dapat dibudidayakan setempat), lingkungan budaya dan sistem ekonomi (Suhardjo, 2003).

2.4 Faktor Pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli (Setiadi,2003). Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu. (Kotler dan Keller 2009).


(34)

Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta sedangkan Sarwono (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri. Gaya hidup menurut Hair dan McDaniel adalah cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang.

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli (Setiadi,2003).

2.5 Motivasi

Faktor pribadi seseorang merupakan kecenderungan seseorang untuk mengonsumsi pangan pokok non beras. Menurut T. Hani Handoko (2003), mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapi. Menurut Robbins (2001) menyatakan definisi dari motivasi yaitu kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi beberapa kebutuhan individual. Sedangkan menurut Sondang P. Siagian sebagai-mana dikutip oleh Soleh Purnomo (2004) menyatakan bahwa motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggerakkan


(35)

kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Kotler dan Armstrong (2008) mengemukakan motif adalah “kebutuhan yang mendorong seseorang secara kuat mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut”. Psikolgis telah mengembangkan beberapa teori motivasi. Dua yang paling terkenal teori Sigmund Freud dan Abraham Maslow-telah memberikan arti yang berbeda untuk analisis konsumen dalam pemasaran.Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).

2.6 Pangan

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk didalamnya adalah tambahan


(36)

panganpangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Berdasarkan cara perolehannya, pangan dapat dibedakan menjadi 3 yaitu :

1. Pangan segar

Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan. Pangan segar dapat dikonsumsi langsung atau tidak langsung, yakni dijadikan bahan baku pengolahan pangan.

2. Pangan olahan

Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses pengolahan dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. Contoh: teh manis, nasi, pisang goreng dan sebagainya. Pangan olahan bisa dibedakan lagi menjadi pangan olahan siap saji dan tidak saji. Pangan olahan siap saji adalah makanan dan minuman yang sudah diolahdan siap disajikan di tempat usaha atau di luar tempat usaha atau dasar pesanan.Pangan olahan tidak siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah mengalami proses pengolahan, akan tetapi masih memerlukan tahapan pengolahan lanjutan untuk dapat dimakan atau diminum.

3. Pangan olahan tertentu

Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan. Contoh: ekstrak tanaman mahkota dewa untuk diabetes melitus,


(37)

susu rendah lemak untuk orang yang menjalankan diet rendah lemak, dan sebagainya (Saprianto, 2006).

Konsumsi pangan ialah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Sedangan pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu. Kebiasaan makan sendiri didefinisikan sebagai cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih pangan dan memakannya sebagai reaksi terhadap pengaruh- pengaruh fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial. (Sanjur,1982)

Beras merupakan bahan pangan yang diperoleh dari hasil pengolahan gabah. Gabah sendiri terbentuk dari butir padi yang telah dipisahkan dari tanaman padi (Oryza sativa L.). Tanaman padi diperkirakan berasal dari Asia bagian timur dan India bagian utara. Tanaman padi tumbuh di daerah dengan letak geografis 30o LU sampai 30o LS dan tumbuh pada ketinggian 0 – 2500 m dpl. Di Indonesia padi mengalami adaptasi pada kisaran ketinggian 0 sampai dengan 1500 m dpl. Suhu optimum untuk pertumbuhan padi adalah 30-37 oC, suhu minimum 10-12 oC dan maksimum 40-42 oC (Sadjat,1976).

Budidaya tanaman padi banyak dilakukan di lahan basah atau lahan yang tergenang oleh air. Waktu yang tepat untuk memulai tanam padi sangat menentukan produktifitas pertanaman. Waktu yang sangat tepat tersebut adalah pada awal musim penghujan. Selain memperoleh air dari hujan, lahan sawah juga dapat memperoleh air


(38)

dari irigasi atau sering disebut dengan istilah sawah irigasi. Sedangkan sawah yang mendapatkan kebutuhan air dari hujan disebut sawah tadah hujan.

Beras adalah salah satu sereal paling penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi manusia yang dikonsumsi oleh sekitar 75% penduduk dunia (Anjum et al,2007). Beras menjadi salah satu bahan makanan pokok penduduk Indonesia. Peranan beras dalam komposisi makanan penduduk Indonesia cukup dominan. Beras adalah salah satu sereal paling penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi manusia yang dikonsumsi oleh sekitar 75% penduduk dunia (Anjum et al,2007). Beras menjadi salah satu bahan makanan pokok penduduk Indonesia. Peranan beras dalam komposisi makanan penduduk Indonesia cukup dominan.

Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekamnya) yang menjadi dedak kasar (Sediotama,1989). Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat penyosoh (Astawan,2004).

Umumnya masyarakat Indonesia memiliki jenis makanan pokok yang sama yaitu beras. Hanya sedikit yang mengonsumsi pangan selain beras sebagai makanan pokok. Menurut penelitian Jarona (1996), pada masyarakat Balim makanan pokok mereka adalah ubi jalar. Pengetahuan mereka mengenai ubi jalar sangat tinggi, karena sudah diperkenalkan sejak zaman nenek moyang mereka. Jenis makanan pokok masyarakat Balim yang berbeda dengan masyarakat lainnya juga disebabkan oleh faktor lingkungan yaitu kondisi tanah yang berbukit-bukit sehingga hanya dapat ditanami oleh ubi jalar. Masyarakat yang memiliki jenis makanan pokok beras sangat


(39)

banyak di Indonesia. Menurut Indaryanti (2002), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa masih tingginya konsumsi beras disebabkan oleh cara berpikir masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa beras sebagai makanan pokok utama sehingga muncul pernyataan yang mengatakan bahwa “belum makan jika belum makan nasi”. Oleh sebab itu, tingginya konsumsi pada beras merupakan kebiasaan yang harus diubah.

Pangan pokok non beras diartikan sebagai bahan makanan yang memiliki fungsi substitusi dengan beras, baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Pangan pokok nonberas yang dimaksudkan ialah pangan pokok berupa pangan lokal, bukan makanan pengganti seperti roti, oat, dan lain sebagainya. Pangan lokal adalah pangan yang diproduksi dan dikembangkan sesuai dengan potensi dan sumberdaya wilayah dan budaya setempat. Pangan lokal termasuk di dalamnya pangan tradisional dan pangan khas daerah mempunyai peranan strategis dalam upaya pemantapan ketahanan pangan khususnya aspek konsumsi. Hal ini dapat dilakukan dengan penganekaragaman pengolahan bahan pangan lokal. Pengembangan pangan lokal merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan konsumsi pangan. Saat ini sudah banyak tersebar jenis pangan lokal yang berbahan dasar umbi-umbian dan lainnya.

Umbi-umbian adalah bahan nabati yang diperoleh dari dalam tanah. Misalnya ubi kayu, ubi jalar, kentang, dan sebagainya. Pada umumnya umbi-umbian tersebut merupakan bahan sumber karbohidrat terutama pati. Di Indonesia ubi kayu (singkong) merupakan makanan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Indonesia merupakan penghasil ubi kayu kedua terbesar di dunia, setelah


(40)

Brazilia. Produksi ubi kayu rata-rata di Indonesia adalah 9,5 juta ton per ha per tahun, sedangkan produksi rata-rata dunia adalah 10,0 juta ton.

Di Indonesia dan daerah-daerah tropis lainnya, ubi kayu mempunyai arti ekonomi terpenting diantara jenis umbi-umbian lainnya, sebab selain dapat dikonsumsi langsung, umbinya dapat dijadikan tepung tapioka, gaplek, pelet, tape, dekstrin, lem, kerupuk, dan lain-lainnya. Tape ubi kayu sendiri dapat diolah lebih lanjut menjadi alkohol, sirup glukosa, sari tape, sirup fruktosa, asam cuka, tepung tape, dan sebaginya. Dari tepung tape selanjutnya bisa dihasilkan bahan pencampur roti, es krim, aneka kue, dan sebagainya.

Mie adalah adonan tipis dan panjang yang telah digulung, dikeringkan, dan dimasak dalam air mendidih. Istilah ini juga merujuk kepada mi kering yang harus dimasak kembali dengan dicelupkan dalam air. Orang Italia, Tionghoa, dan Arabtelah mengklaim bangsa mereka sebagai pencipta mi, meskipun tulisan tertua mengenai mi berasal dari Dinasti Han Timur, antara tahun 25 dan 220 Masehi. Pada Oktober 2005, mi tertua yang diperkirakan berusia 4.000 tahun ditemukan di Qinghai, Tiongkok.

Roti merupakan sumber karbohidrat yang terbuat dari bahan terigu, pengembang/ yeast, lemak, gula dan garam telah ada sejak ribuan tahun lalu. Cikal bakal roti berasal dari bangsa Mesir Kuno. Namun pada zaman tersebut roti masih dibuat dengan cara yang sederhana sehingga bentuk dan rasanya tentu berbeda dengan roti saat ini. Pada abad pertengahan, evolusi roti telah mencapai puncaknya, terutama di Benua Eropa. Roti termasuk makanan pokok di banyak negara Barat. Roti adalah bahan dasar pizza dan lapisan luar roti lapis. Roti biasanya dijual dalam


(41)

bentuk sudah diiris, dan dalam kondisi "fresh" yang dikemas rapi dalam plastik.Pada saat itu cita rasa roti sudah sama seperti yang kita temukan saat ini, begitu juga dengan bentuk dan variasinya.

2.7 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian ini, terdapat penelitian-penelitian terdahulu yang menunjang skripsi ini, diantaranya:

1. Abdul GhoniI Tri Bodroastuti (2011), tentang pengaruh Faktor Budaya, Sosial, Pribadi Dan Psikologi Terhadap Perilaku Konsumen (Studi Pada Pembelian Rumah di Perumahan Griya Utama Banjardowo Semarang), dengan hasil penelitian semua variable berpengaruh postif terhadap perilaku konsumen pembelian rumah di Perumahan Griya Utama Banjardowo.

2. Yusuf, dkk (2012), “Analisis Persepsi, Perilaku Konsumsi dan Preferensi Terhadap Pangan Tradisional.” Menganalisis persepsi konsumen terhadap berbagai jenis makanan tradisional, pola konsumsi berbagai jenis makanan tradisionak, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi terhadap makanan tradisonal.

3. Vika Shelayanti (2013), tentang Preferensi Pangan Pokok Non Beras di Desa Parakan Trenggalek, dengan hasil penelitian sebagian besar responden berdasarkan karakteristik individu, karakteristik makanan, dan karakteristik lingkungan menyukai singkong (96,7%), menyukai jagung


(42)

(94,2%), menyukai tiwul (86,7%), menyukai roti (81%), dan menyukai mie (77,7%). Sementara jenis pangan pokok yang kurang dan tidak disukai oleh keseluruhan responden (100%) adalah ganyong, kurang dan tidak disukai diurutan kedua adalah talas (95,9), kurang dan tidak disukai diurutan ketiga adalah gatot (85,2%), kurang dan tidak disukai selanjutnya gembili (56,2%), %), kurang dan tidak disukai yang lainnya adalah nasi jagung (53,7%). Alasan tertinggi mengapa jenis pangan pokok non beras disukai adalah karena rasa yang enak (76,0%), dan yang memilih kurang suka atau tidak suka alasan tertinggi karena kebiasaan tidak pernah mengonsumsi (52,8%).

4. Ellen Dewi Fransiska (2013), analisis diversifikasiI konsumsi pangan beras dan pangan non beras (Studi Kasus : Desa Bagan Serdang, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: faktor- faktor yang yang secara parsial memiliki pengaruh yang nyata dan positif terhadap konsumsi pangan rumah tangga adalah : pendapatan rumah tangga, dan jumlah anggota rumah tangga. Dan faktor- faktor yang secara parsial tidak memiliki pengaruh yang nyata/ signifikan terhadap konsumsi pangan rumah tangga adalah : tingkat pendidikan ibu. Masalah-masalah yang dihadapi dalam pencapaian diversifikasi pangan di Desa Bagan Serdang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang adalahpendapatan rendah, pendidikan rendah, produksi pangan rendah, masi ada kejadian gizi buruk, jumlah penduduk


(43)

yang cukup besar, pola konsumsi pangan masyarakat masih belum beragam, kurangnya pengetahuan masyarakat akan arti gizi dan kesehatan, promosi.

5. Rini Budiningsih (2014), faktor–faktor yang berpengaruh terhadap diversifikasi konsumsi pangan non-beras di Kabupaten Magelang. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa variabel pengetahuan pangan, kandungan gizi, harga bahan pangan, pendapatan, aksesibilitas, kebiasaan, pendidikan dan pertimbangan membeli bahan makanan berpengaruh terhadap diversifikasi pangan yang diproksi dari nilai PPH. Faktor yang paling berpengaruh adalah harga bahan pangan. Prioritas pengembangan diversifikasi konsumsi pangan non-beras di Kabupaten Magelang adalah untuk komoditas jagung. Hal tersebut setelah mempertimbangkan aspek harga, kandungan gizi, kemudahan untuk diolah menjadi makanan, kemudahan menanam dan umur panen.

2.8 Kerangka Pemikiran

Gambar 1 menjelaskan tentang kerangka penelitian ini. Setiap konsumen memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai konsumsi pangan pokok non beras. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam aspek yang kemudian akan membentuk perilaku dalam mengonsumsi pangan pokok non beras. Faktor-faktor yg mempengaruhi persepsi diantaranya yaitu faktor sosial, budaya, pribadi, dan motivasi.


(44)

Faktor-faktor tersebut dianalisis secara kualitatif untuk dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap persepsi konsumsi pangan pokok non beras.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Faktot Sosial, Faktor Budaya, Faktor Pribadi, dan Motivasi Terhadap Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non

Beras di Wilayah Jakarta Timur.

Pangan pokok non beras diperkenalkan oleh Pemerintah sebagai pangan pokok dalam program diversifikasi pangan (Undang-Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan dan PP Nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan)

Pangan Pokok Non Beras

Rumah Tangga Kota Jakarta Timur

Rumah Tangga Kecamatan Cakung

• Analisis Kuantitatif (Tanggapan Responden)

• Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Deskriptif

Karakteristik Responden:

• Jenis kelamin

• Usia

• Pendidikan

• Pekerjaan

• Pendapatan

• Pengeluaran

Faktor-faktor Perilaku Konsumen:

• Sosial

• Budaya

• Pribadi

• Motivasi

Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras di Wilayah Jakarta Timur


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu dan tidak berkelanjutan. Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Jakarta Timur.

Pengumpulan data primer dilakukan pada bulan April 2014. Sementara untuk waktu penelitian secara keseluruhan termasuk persiapan, pengumpulan data, pengolahan, dan penulisan laporan berlangsung selama empat bulan, yaitu Februari sampai Agustus 2014.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, variabel penelitian yang terdiri dari variabel dependent (variabel terikat) dan variabel independent (variabel bebas).

a. Variabel Dependent, yaitu:

Y = Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras b. Variabel Independent, yaitu:

X1 = Faktor Sosial

X2 = Faktor Budaya

X3 = Faktor Pribadi


(46)

3.2.2 Definisi Operasional

Definisi variable pada penelitian ini dijelaskan pada table berikut: Tabel 3. Variabel, Definisi Operasional, Indikator dan Skala Pengukuran

Variabel Definisi Operasional Indikator

Skala Pengu-kuran Sosial (X1) Kecenderungan mengonumsi pangan pokok non beras karena faktor lingkungan social dan status social

Respon masyarakat terhadap pernyataan yang terdiri dari teman, pengaruh kelompok, pengaruh keluarga, status social, pekerjaan, perasaan gengsi, yang memberikan

kecenderungan

mengonsumsi pangan pokok non beras.

Skala Likert

Budaya (X2)

Kecenderungan mengonumsi pangan pokok non beras karena faktor kebiasaan menerima informasi.

Respon masyarakat terhadap pernyataan yang terdiri dari kebiasaan mendengar informasi, kebiasaan masyarakat, penentuan kebiasaan pangan yang dikonsumsi, yang memberikan

kecenderungan

mengonsumsi pangan pokok non beras.

Skala Likert

Pribadi (X3)

Kecenderungan mengonumsi pangan pokok non beras karena faktor pekerjaan,

pendapatan, siklus hidup dan gaya hidup

Respon masyarakat terhadap pernyataan yang terdiri dari pekerjaan, siklus hidup, gaya hidup, pendapatan, yang memberikan

kecenderungan

mengonsumsi pangan pokok non beras.

Skala Likert


(47)

Motivasi (X4)

Dorongan untuk mengonsumsi pangan pokok non beras.

Respon masyarakat terhadap pernyataan yang terdiri dari keterjangkauan,

kepuasan, kemudahan memperoleh,

kecenderungan

diterima oleh lingkungan social, pengetahuan, dan kesehatan, yang memberikan

kecenderungan

mengonsumsi pangan pokok non beras.

Skala Likert Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras (Y)

Respon masyarakat yang melihat pangan pokok non beras.

Respon masyarakat terhadap pernyataan yang terdiri dari faktor sosial, faktor budaya, faktor pribadi, dan motivasi, yang memberikan

kecenderungan

mengonsumsi pangan pokok non beras.

Skala Likert

Sumber: Data Olah Sendiri 3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis data, yaitu primer dan sekunder.Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner oleh responden yang terdiri dari daftar pertanyaan. Data ini mencakup variabel-variabel yang terdiri atas keadaan sosial, budaya, pribadi, motivasi, dan persepsi terhadap konsumsi pangan non beras. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Jakarta Timur.


(48)

3.4 Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey, yaitu wawancara secara langsung kepada ibu rumah tangga dan mengajukan beberapa pertanyaan yang tersusun dalam kuisioner.Pengambilan responden dilakukan melalui beberapa teknik pengambilan sample. Teknik yang dilakukan adalah stratified sampling, yaitu menentukan sampel secara berstrata dari tingkat Kota, kemudian Kecamatan, dan Kelurahan. Pemilihan Kecamatan dan Kelurahan sebagai sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan pertimbangan jumlah penduduk dan keluarga paling banyak untuk Kecamatan, dan tingkat kemiskinan paling rendah dan paling tinggi untuk tingkat Kelurahan. Teknik tersebut digunakan untuk efektifitas waktu, tenaga, dan biaya.

Table 4 di atas merupakan kecamatan-kecamatan di Jakarta timur.Kecamatan Cakung merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk paling banyak dengan 407.113 jiwa atau 15,42% dari 2.640.145 jiwa, juga dengan jumlah keluarga paling banyak yaitu 17,41% dari 894.493 jiwa atau 155.742 jiwa.Kecamatan yang dijadikan sample melalui teknik purposive sampling,dipilih Kecamatan berdasarkanKecamatan dengan jumlah keluarga yang paling banyak, yaitu Kecamatan Cakung.


(49)

Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Keluarga Menurut Kecamatan di JakartaTimur Tahun 2013

Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Keluarga

N % n %

Pasar Rebo 197935 7,16 59322 6,72

Ciracas 261949 9,48 82667 9,36

Cipayung 227522 8,23 68071 7,70

Makasar 196799 7,12 60434 6,84

Kramat Jati 273587 9,90 86141 9,75

Jatinegara 300883 10,89 97380 11,03

Duren Sawit 379099 13,72 119690 13,55

Cakung 452178 16,36 151652 17,17

Pulo Gebang 290259 10,50 96194 10,89

Matraman 183477 6,64 61535 6,97

Jumlah 2763688 100 883086 100

Sumber :BPS Jakarta Timur Tahun 2013

Tabel 5. Persentase Kemiskinan Penduduk Berdasarkan Jamkesmas dan Surat Miskin Menurut Kelurahan di Kecamatan Cakung 2013

Kelurahan Jamkesmas

/ Jamkesda

Surat Miskin /

SKTM

Jumlah Jumlah Penduduk

Persentase Kemiskinan

(%)

Jatinegara 2114 131 2245 89902 2,50

Penggilingan 93 216 309 97948 0,31

Pulo Gebang 174 246 420 87500 0,48

Ujung Menteng 1584 2640 4224 29970 14,10

Cakung Timur 653 149 802 59849 1,34

Cakung Barat 478 131 609 57203 1,06

Rawa Terate 1164 216 1380 29806 4,63

Jumlah 6260 3729 9989 452178 24,42


(50)

Penentuan sampel selanjutnya di tingkat Kelurahan, yaitu dengan teknik

purposive sampling. Penentuan purposive pada tingkat Kelurahan didasari atas

keadaan ekonomi masyarakatnya dengan memilih Kelurahan dengan persentase kemiskinan paling rendah dan paling tinggi. Tabel 5 menunjukkan jumlah kepemilikan Jamkesmas dan surat miskin menurut Kelurahan. 0,31% dari 97.948 jiwa adalah persentase kemiskinan dari Kelurahan Penggilingan yang merupakan Kelurahan dengan persentase kemiskinan paling rendah, sedangkan Kelurahan Ujung Menteng adalah Kelurahan dengan persentase kemiskinan paling banyak yaitu 14,10% dari29.970 jiwa.Kelurahan yang dijadikan sample melalui teknikpurposive sampling, yaitu Kelurahan Penggilingan dan Kelurahan Ujung Menteng.

Ukuran sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah memenggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin :

n =

Keterangan:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi


(51)

Tabel 6. Jumlah RW, RT, KK, dan Penduduk Menurut Kelurahan di Kecamatan Cakung 2013

Kelurahan RW RT KK Penduduk

Jatinegara 13 160 32311 89902

Penggilingan 18 218 30142 97948

Pulo Gebang 16 181 28664 87500

Ujung Menteng 8 95 9564 29970

Cakung Timur 13 135 19280 59849

Cakung Barat 10 100 20753 57203

Rawa Terate 6 60 10938 29806

Jumlah 84 949 151652 452178

Sumber : Kecamatan Cakung Tahun 2013

Tabel 6 menunjukkan jumlah keluarga di Kelurahan Penggilingan adalah 30.615keluarga dan 9.672 keluarga di Kelurahan Ujung Menteng. Jumlah sampel yang ditentukan dengan rumus Slovin dari jumlah keluarga sebagai berikut:

1. Kelurahan Penggilingan n = 30142/(1+[30142(0,1)2])

= 99,67

2. Kelurahan Ujung Menteng n = 9564/(1+[9564(0,1)2])


(52)

Jumlah responden berdasarkan rumus Slovin yang dijadikan sample adalah 200 responden atau 100 responden untuk tiap kelurahan. Teknik pengambilan responden yaitu melalui teknik random sampling.

Lebih jelasnya tentang metode pengambilan sampel digambarkan pada Gambar 2 mulai dari stratified sampling (kota,kota madya, kecamatan,kelurahan), dengan purposive sampling (kesengajaan dengan acuan jumlah penduduk paling banyak dan sedikit di kecamatan, dan persentase kemiskinan di kelurahan) , dan

random sampling (pengambilan sampel secara acak di kelurahan yang sudah


(53)

Gambar 2. Teknik pengambilan sampel Pengaruh Faktor Sosial, Budaya, Pribadi, dan Motivasi Terhadap Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras

di Wilayah Jakarta Timur. JAKARTA TIMUR (8 Kecamatan) 2 Kelurahan 1.Kelurahan Penggilingan 2.Kelurahan Ujung Menteng 1 Kecamatan Kecamatan Cakung Purposive Sampling

Memilih kecamatan dengan jumlah penduduk dan jumlah keluarga terbanyak

Purposive Sampling

1.Kelurahan dengan presentase kemiskinan paling rendah 2.Kelurahan dengan

persentase kemiskinan paling tinggi

Random Sampling Rumus Slovin

1.Kelurahan = 100 Responden 2.Kelurahan

= 100 Responden DKI JAKARTA

(5 Kota)

Purposive Sampling

Potensi wilayah Jakarta Timur yang memiliki Pasar Induk Kramat Jati sebagai penyedia pangan pokok.

Sumber data BPS Sumber data BPS Sumber data BPS Sumber data BPS


(54)

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.Data primer meliputi karakteristik responden, karakteristik keluarga responden, dan persepsi responden terhadap pangan pokok nonberas.Data ini diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden melalui observasi lapang dan dengan panduan kuesioner. Untuk data sekunder meliputi gambaran umum wilayah penelitian, dan data penduduk.

3.5.1. Analisis Data Kuantitatif

Analisis kuantitatif adalah analisis data yang menggunakan data berbentuk angka-angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran atau penjumlahan (Nurgiyantoro dkk, 2004). Skala Likert menurut Djaali (2008) ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan. Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, pendidik dan ahli psikolog Amerika Serikat. Rensis Likert telah mengembangkan sebuah skala untuk mengukur sikap masyarakat di tahun 1932. Skala itu sendiri salah satu artinya, sekedar memudahkan, adalah ukuran-ukuran berjenjang. Skala penilaian, misalnya, merupakan skala untuk menilai sesuatu yang pilihannya berjenjang, misalnya 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Skala Likert juga merupakan alat untuk mengukur (mengumpulkan data dengan cara


(55)

“mengukur-menimbang”) yang “itemnya” (butir-butir pertanyaannya) berisikan (memuat) pilihan yang berjenjang.

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.

Skala Likert itu “aslinya” untuk mengukur kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap sesuatu objek yang diperoleh dari daftar pertanyaan yang digolongkan ke dalam lima pilihan jawaban, yaitu:

a. Untuk jawaban “Sangat Setuju” sangat tidak setuju diberi nilai = 5 b. Untuk jawaban “Setuju” tidak setuju diberi nilai = 4

c. Untuk jawaban “Kurang Setuju” tidak setuju diberi nilai = 3 d. Untuk jawaban “Tidak Setuju” tidak setuju diberi nilai = 2

e. Untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju” tidak setuju diberi nilai = 1 Penskalaan ini apabila dikaitkan dengan jenis data yang dihasilkan adalah data Ordinal. Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat


(1)

135

2

4

3

4

2

2

3

2

22

3

4

136

3

3

2

3

4

3

2

3

23

3

4

137

2

4

4

2

2

4

2

4

24

3

4

138

3

3

3

2

2

2

4

2

21

3

4

139

2

4

3

2

2

3

2

3

21

3

4

140

2

3

3

3

3

4

4

4

26

3

4

141

4

3

2

3

3

4

2

4

25

3

4

142

2

4

4

2

3

2

1

2

20

3

4

143

2

4

3

2

3

4

4

4

26

3

4

144

3

4

2

3

4

4

4

4

28

4

4

145

4

4

4

4

4

4

4

4

32

4

4

146

4

2

4

4

4

4

4

4

30

4

4

147

4

2

2

3

4

3

4

3

25

3

4

148

2

3

2

2

4

2

2

2

19

2

4

149

2

3

4

2

2

2

3

2

20

3

4

150

3

3

3

3

4

4

3

4

27

3

4

151

2

4

4

2

2

2

3

2

21

3

4

152

4

4

3

3

3

4

3

4

28

4

4

153

2

2

2

4

4

2

4

2

22

3

4

154

3

2

4

2

2

5

4

4

26

3

4

155

3

3

4

2

2

5

5

4

28

4

4

156

4

3

3

2

3

3

4

2

24

3

4

157

2

4

2

3

4

4

3

4

26

3

4

158

3

4

2

2

3

5

2

4

25

3

4

159

2

2

4

2

3

5

4

5

27

3

4

160

3

2

3

3

4

2

2

2

21

3

4

161

3

3

2

3

4

4

4

4

27

3

4

162

2

3

2

2

4

4

3

4

24

3

4

163

4

2

3

3

3

4

4

4

27

3

4

164

2

2

4

2

4

5

4

5

28

4

4

165

4

4

3

2

4

4

3

4

28

4

4

166

2

2

4

2

4

2

4

2

22

3

4

167

3

2

2

2

4

4

4

4

25

3

4

168

2

4

3

3

5

3

3

2

25

3

4

169

3

2

3

2

2

2

2

2

18

2

4

170

2

4

4

2

4

5

2

4

27

3

4

171

4

2

3

2

4

4

4

4

27

3

4

172

2

2

4

2

3

2

4

2

21

3

4

173

2

2

4

2

2

2

2

2

18

2

4


(2)

175

2

3

2

4

5

3

4

2

25

3

4

176

2

3

2

3

2

3

3

2

20

3

4

177

4

2

3

4

3

4

4

4

28

4

4

178

3

4

3

3

4

4

2

4

27

3

4

179

3

4

3

2

4

5

2

4

27

3

4

180

2

2

2

2

2

4

2

2

18

2

4

181

2

2

2

4

4

2

1

2

19

2

4

182

2

2

4

4

3

2

4

2

23

3

4

183

2

2

2

3

2

2

4

2

19

2

4

184

2

2

4

3

3

5

2

5

26

3

4

185

2

2

3

3

2

2

4

2

20

3

4

186

2

2

3

4

2

2

4

2

21

3

4

187

4

4

3

2

2

4

3

4

26

3

4

188

3

4

2

2

4

4

3

4

26

3

4

189

3

4

4

2

3

4

2

4

26

3

4

190

2

3

2

3

4

4

3

4

25

3

4

191

3

3

2

4

4

4

4

4

28

4

4

192

2

2

3

4

4

3

3

2

23

3

4

193

2

2

4

3

3

5

4

5

28

4

4

194

3

4

3

2

4

4

2

4

26

3

4

195

2

2

3

3

2

4

2

4

22

3

4

196

2

2

2

2

2

5

4

5

24

3

4

197

3

4

2

3

2

2

2

2

20

3

4

198

4

2

2

2

4

2

2

2

20

3

4

199

2

2

2

2

2

5

5

5

25

3

4


(3)

Lampiran 3. Hasil Analisis Pengaruh Faktor Sosial, Faktor Budaya, Faktor

Pribadi dan Motivasi Terhadap Persepsi Konsumsi pangan Pokok

Non Beras di Wilayah Jakarta Timur

Model Summary and Parameter Estimates Dependent Variable: Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .028 5.753 1 198 .017 22.427 .197

The independent variable is Faktor Sosial.

Model Summary and Parameter Estimates Dependent Variable: Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .000 .013 1 198 .911 26.288 -.010

The independent variable is Faktor Budaya.

Model Summary and Parameter Estimates Dependent Variable: Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .079 17.079 1 198 .000 18.284 .289

The independent variable is Faktor Pribadi.

Model Summary and Parameter Estimates Dependent Variable: Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .008 1.546 1 198 .215 24.026 .107


(4)

Variables Entered/Removedb VAR00030, VAR00023, VAR00014, VAR00007a . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: VAR00039 b.

Model Summary

.298a .089 .070 3.35537

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), VAR00030, VAR00023,

VAR00014, VAR00007 a.

ANOVAb

214.142 4 53.536 4.755 .001a

2195.413 195 11.259

2409.555 199 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), VAR00030, VAR00023, VAR00014, VAR00007 a.

Dependent Variable: VAR00039 b.

Coefficientsa

19.398 2.427 7.994 .000

.083 .095 .071 .871 .385

-.102 .090 -.084 -1.136 .258

.282 .081 .275 3.500 .001

-.016 .099 -.013 -.160 .873

(Constant) VAR00007 VAR00014 VAR00023 VAR00030 Model 1

B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: VAR00039 a.


(5)

Lampiran 4. Tabel Hasil Uji Validitas

Item

r Pearson

sig

Keterangan

X

1

.1

0.442

0.000

Valid

X

1

.2

0.499

0.000

Valid

X

1

.3

0.471

0.000

Valid

X

1

.4

0.528

0.000

Valid

X

1

.5

0.598

0.000

Valid

X

1

.6

0.550

0.000

Valid

X

2

.1

0.577

0.000

Valid

X

2

.2

0.742

0.000

Valid

X

2

.3

0.554

0.000

Valid

X

2

.4

0.529

0.000

Valid

X

2

.5

0.658

0.000

Valid

X

2

.6

0.561

0.000

Valid

X

3

.1

0.625

0.000

Valid

X

3

.2

0.591

0.000

Valid

X

3

.3

0.388

0.000

Valid

X

3

.4

0.513

0.000

Valid

X

3

.5

0.442

0.000

Valid

X

3

.6

0.378

0.000

Valid


(6)

X

3

.8

0.489

0.000

Valid

X

4

.1

0.603

0.000

Valid

X

4

.2

0.543

0.000

Valid

X

4

.3

0.616

0.000

Valid

X

4

.4

0.500

0.000

Valid

X

4

.5

0.518

0.000

Valid

X

4

.6

0.613

0.000

Valid

Y.1

0.615

0.000

Valid

Y.2

0.411

0.000

Valid

Y.3

0.281

0.000

Valid

Y.4

0.482

0.000

Valid

Y.5

0.385

0.000

Valid

Y.6

0.537

0.000

Valid

Y.7

0.423

0.000

Valid