58
Gambar 3. Kurva Uji Normalitas
Berdasarkan analisis kurva pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa titik- titik data menyebar di sekitar diagram mengikuti garis diagonal lurus. Jadi,
disimpulkan bahwa data yang diolah merupakan data yang berdistribusi normal sehingga uji normalitas terpenuhi.
2. Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak
ortogonal Ghozali 2007. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas,
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Observed Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
Ex p
e c
te d
C u
m Pr
o b
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras
59
dapat dilihat dari Value Inflation Faktor VIF. Apabila nilai VIF 10, terjadi multikolinieritas. Sebaliknya, jika VIF 10, tidak terjadi
multikolinearitas Wijaya, 2009. Tabel 12. Tolerance dan VIF
Model Statistik Kolinieritas
Toleransi VIF
Faktor Sosial Faktor Budaya
Faktor Pribadi Motivasi
0,711 0,846
0,757 0,703
1,407 1.183
1.321 1.442
Sumber: Data Olah SPSS 2014 Berdasarkan Tabel 12, didapatkan hasil output data bahwa semua nilai
koefisien variable VIF10, hal ini berarti bahwa tidak terjadi multikolinieritas dan uji multikolinieritas terpenuhi.
3. Heteroskedastisitas
Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Heteroskedastisitas mempunyai
suatu keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda. Salah satu metode yang digunakan untuk
menguji ada tidaknya Heterokedastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil penaksiran akan
menjadi kurang dari semestinya. Heterokedastisitas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linear, yaitu bahwa variasi residual sama
untuk semua pengamatan atau disebut homokedastisitas Gujarati dalam Elmasari, 2010
60
Gambar 4. Kurva Uji Heterokedastisitas
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y dan uji heteroskedastisitas terpenuhi.
4. Autokorelasi
Autokorelasi digunakan untuk melihat baik atau tidaknya suatu persamaan regresi. Autokorelasi dapat diuji dengan uji Durbin-Watson
DW. Jika DW -2 terjadi autokorelasi positif, DW berada di antara -2 dan +2 tidak terjadi autokorelasi, DW +2 terjadi autokorelasi negatif.
Hasil uji autokorelasi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 23.
4 3
2 1
-1 -2
-3
Regression Standardized Predicted Value
3 2
1
-1 -2
-3
R e
g re
s s
io n
S tu
d e
n ti
ze d
R e
s id
u a
l
Scatterplot Dependent Variable: Persepsi Konsumsi Pangan Pokok Non Beras
61
Tabel 13. Hasil Uji Autokorelasi Model
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
1 .298a
.089 .070
3.35537 1.616
Sumber: Data Olah SPSS 2014 Berdasarkan Tabel 23, didapatkan nilai Durbin-Watson DW hitung
sebesar 1,698. Kriteria yang telah ditentukan, DW hitung berada diantara - 2 dan 2, yakni -2 ≤ 1,616 ≤ 2, hal ini berarti tidak terjadi autokorelasi dan
uji Autokorelasi terpenuhi.
5.3. Analisis Data Kuantitatif
Analisis data kuantitatif menggunakan data kuesioner yang telah berbentuk angka-angka yang diolah dan digunakan sebagai hasil pengukuran.
Angka-angka yang diperoleh dari hasil olahan kuesioner, kemudian dianalisis dengan menggunakan skala likert dan jumlah score terhadap variabel-variabel.
5.3.1. Faktor Sosial X1
Hasil dari skor yang didapatkan dengan penghitungan statistik pada variable faktor sosial, menggambarkan sejauh mana responden dapat
menerima indikator-indikator yang terdapat pada kuesioner. Tabel 14 menunjukkan
presentase bagaimana
masyarakat menerima
untuk mengonsumsi pangan pokok selain beras.
62
Tabel 14. Analisis Data Responden Variabel Faktor Sosial
Frekuensi Presentase
Sangat Menerima 1
0,5 Menerima
52 26
Kurang Menerima 130
65 Tidak Menerima
17 8,5
Sangat Tidak Menerima
Jumlah 200
100
Sumber: Data Olah SPSS 2014 65 masyarakat kurang menerima akan pergantian pangan pokok
beras menjadi non beras dan 8,5 tidak menerimanya. Masyarakat yang menerima pergantian panganpokok menjadi non beras hanya sebesar 26 dan
yang sangat menerima hanya 1. Masyarakat Jakarta Timur cenderung kurang menerima akan pangan pokok non beras.
5.3.2. Faktor Budaya X2
Hasil dari skor yang didapatkan pada variable faktor budaya, menggambarkan sejauh mana responden dapat beradaptasi dengan indikator-
indikator yang terdapat pada kuesioner. Menurut Mitchell Terence R 1997, budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar,
pengetahuan, moral hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu - individu dan masyarakat, yang menentukan bagaimana seseorang bertindak,
berperasaan, dan memandang dirinya serta orang lain. Tabel 15 menunjukkan presentase dari tingkat adaptasi masyarakat untuk mengonsumsi pangan pokok
non beras.