konseptualnya dengan mengajak siswa berpikir untuk mengembangkan percobaan yang telah dikerjakannya.
17
Efektifitas implementasi pembelajaran konstruktivisme biasanya diukur melalui observasi proses dan pemberian tes.
Apabila ternyata hasil dan kualitas pembelajaran tersebut kurang memuaskan, maka akan dapat diperbaiki pada pembelajaran
berikutnya dengan cara mangantisipasi kelemahan-kelemahan proses pembelajaran sebelumnya, sampai hasilnya memuaskan.
f. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia
Perkembangan mental peserta didik di sekolah, antara lain meliputi kemampuan untuk bekerja secara abstraksi menuju
konseptual. Implikasinya pada pembelajaran, harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode dan pendekatan yang
efektif dan bervariasi. Pembelajaran harus memperhatikan minat dan kemampuan peserta didik.
18
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dan dapat menstimulus anak untuk berkreatif adalah
dengan menyesuaikan metode, strategi atau pendekatan pembelajarannya. Pendekatan pembelajaran adalah cara kerja yang
dapat digunakan dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh tujuan pengajaran yang lebih baik.
Pendekatan merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan instruksional dalam satuan
pembelajaran.
19
Pendekatan seringkali disamakan dengan model
17
Nengsih Juanengsih, Penerapan model Pembelajaran Konstruktivisme melalui Pendekatan Induktif Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Biologi Siswa, Seminar
Internasional Pendidikan IPA,FITK, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 2007, h.41-42
18
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet ke-4, h.107
19
Sujiyo Miranto, Portofolio Strategi Pengajaran Sains, Jakarta, 2006
pembelajaran, karena model memiliki arti yang sangat luas antara lain mencakup strategi, metode, dan prosedur yang dapat dipakai.
Terdapat beberapa macam dari pendekatan dan strategi belajar mengajar yang dapat digunakan oleh guru dalam proses
pengajaran, antara lain pendekatan umum seperti pendekatan konsep dan proses, deduktif dan induktif, ekspositori, heuristik, dan
pendekatan kecerdasan. Namun adapula pendekatan modern yang bisa diterapkan sebagai metode baru dalam pengajaran seperti
pendekatan keterampilan berproses, konstruktivisme, pembelajaran kooperatif, CTL Contextual Teaching Learning, dan sebagainya.
Menurut para ahli psikologi pendidikan berpendapat, bahwa belajar adalah perubahan secara sadar, bersifat kontinyu dan
fungsional, bersifat positif dan aktif, bukan bersifat sementara, bertujuan dan terarah, serta mencakup seluruh aspek perilaku.
20
Kaum konstruktivis juga mengartikan belajar sebagai proses aktif pelajar dalam mengkonstruksi arti, baik teks, dialog, pengalaman
fisis, dll.
21
Agar siswa mempunyai keinginan untuk belajar sesuatu dengan cara yang lebih efisien, maka dibutuhkan tindakan
pembelajaran. Hamzah 2007, mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu
proses interaksi antara siswa dengan guruinstruktur danatau sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan
belajar tertentu.
22
Pembelajaran dalam suatu definisi juga dipandang sebagai upaya mempengaruhi siswa agar belajar.
Pembelajaran juga diartikan sebagai proses menerjemahkan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat pada kurikulum
kepada siswa melalui interaksi belajar mengajar di sekolah.
23
20
Abdul Hadis, Psikologi dalam Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2006, h. 61.
21
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme…, h.61.
22
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2007, h.54.
23
Syarif Mughni, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran…, Jakarta : FITK, UIN Syarif Hidayatullah h. 4.
Proses pembelajaran yang baik diyakini dapat menghasilkan output pendidikan yang baik pula
Ilmu kimia, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “ilmu tentang susunan, sifat dan reaksi suatu unsur atau zat.”
24
Dalam ilmu kimia juga terdapat bangun struktur materi dan perubahan-perubahan yang dialami materi dalam proses-proses
alamiah maupun dalam percobaan yang sudah direncanakan. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia adalah suatu
proses yang dirancang oleh pendidik dengan tujuan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik dapat
mempelajari tentang bahan penyusun suatu benda, reaksi-reaksi yang terjadi pada benda tersebut, serta perubahan-perubahan yang terjadi
pada benda tersebut baik secara fisik maupun secara kimiawi. Dan dapat membangun pola berfikir peserta didik agar kreatif guna
memecahkan suatu masalah. Pembelajaran kimia disebut juga sebagai pembelajaran sains.
Dikarenakan ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu sains. Pembelajaran kimia sering diyakini sebagai pembelajaran yang
kurang menyenangkan dan cenderung membosankan. Hal ini terjadi karena pembelajaran kimia masih sering diajarkan dalam suasana
pendekatan yang tradisional, dimana guru mengambil peranan dominan sementara siswa hanya bersifat pasif.
Munculnya perspektif konstruktivisme dalam pendidikan sains tidak terlepas dari pengaruh konstruktivisme dalam bidang
sains itu sendiri. Proses membangun pengetahuan ilmiah sains harus bersifat bermanfaat useful dan mengarah pada hal-hal yang praktis.
Selain itu juga harus relevan dengan fenomena sains sehari-hari yang familiar dimata siswa.
24
Pusat Bahasa DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka, 2002, h. 569.
Dalam konstruktivisme, siswa perlu membangun pengetahuannya sendiri, terlepas dari bagaimana mereka belajar.
25
Dengan demikian konstruktivisme mengantarkan siswa dalam membangun pemahamannya tentang konsep kimia melalui
serangkaian aktivitas antara lain, kegiatan pemikiran reasoning, mental dan performan siswa.
Menurut perspektif guru, pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia merupakan cara berpikir, sikap, dan perilaku
guru dalam proses belajar mengajar dengan menekankan pada peran aktif siswa untuk membangun pengetahuan kimianya melalui
pemahaman terhadap realitas kehidupan sebagai hasil dari pengalaman dan interaksinya. Dalam hal ini guru juga dituntut untuk
mengidentifikasi secara dini pengetahuan awal siswa. Hal ini bertujuan agar bentuk kegiatan yang akan dilakukan oleh guru dapat
disesuaikan dengan karakteristik siswa. Sesuai dengan tujuan dari pembelajaran konstruktivisme,
antara lain :
26
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab dari siswa itu sendiri
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaanya
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian atau pemahaman konsep secara lengkap
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri
5. Lebih menekankan pada proses belajar.
25
On Constructivism, dalam www.academic.sun.ac.zamathed174constructivism.pdf, 6 Februari 2008, h. 2
26
Konstruktivisme, dalam http:www.freewebs.comarrosailtepmakalahkonstruktivisme 2.htm 21 September 2007