Interaksi dalam
keluarga yang
dapat menghambat
berkembangnya kreativitas, antara lain : 1. Terlalu dini dalam mengeliminasi fantasi anak
2. Membatasi rasa ingin tahu anak 3. Terlalu menekankan peran berdasarkan jenis kelamin
4. Terlalu banyak melarang anak 5. Terlalu menekankan kepada anak agar memiliki rasa malu
6. Terlalu menekankan pada keterampilan verbal tertentu 7. Sering memberikan kritik yang bersifat destruktif
d. Cara-cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Kreativitas siswa dalam belajar sangat bergantung pada kreativitas guru dalam mengembangkan materi standar dan
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Guru dapat menggunakan berbagai macam pendekatan dalam meningkatkan
kreativitas siswa. Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kreativitas siswa, antara lain :
46
1. Jangan terlalu banyak membatasi ruang gerak siswa dalam pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan baru
2. Bantulah siswa memikirkan sesuatu yang belum lengkap, mengeksplorasi pertanyaan, dan mengemukakan gagasan yang
orisinal. 3. Bantulah siswa untuk mengembangkan prinsip-prinsip tertentu ke
dalam situasi baru 4. Berikan tugas-tugas secara independen
5. Kurangi pengekangan dan ciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat menstimulus otak
46
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional.., h. 169
6. Berikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir reflektif terhadap masalah yang dihadapi
7. Hargai perbedaan individu siswa, dengan melonggarkan aturan dan norma kelas
8. Jangan memaksakan kehendak terhadap siswa 9. Tunjukkan perilaku-perilaku baru dalam pembelajaran
10. Kembangkan tugas-tugas yang dapat menstimulus tumbuhnya kreativitas
11. Kembangkan rasa percaya diri siswa 12. Kembangkan kegiatan-kegiatan yang menarik
13. Libatkan siswa secara optimal dalam proses pembelajaran, sehingga proses mentalnya bisa lebih dewasa dalam menemukan
konsep dan prinsip-prinsip ilmiah. Semua teknik kreatif yang dilakukan oleh guru pada dasarnya
menuntut siswa untuk berpikir divergen, yakni kemampuan dalam melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat
memberikan gagasan yang bervariasi. Dan bukan hanya memberikan satu gagasan saja.
e. Pengukuran Kreativitas Verbal
Untuk mengukur kreativitas secara verbal, maka dapat menggunakan tes kreativitas verbal TKV. Tes ini dikonstruksi di
Indonesia pertama kali pada tahun 1977 oleh pakar Psikologi Pendidikan, Universitas Indonesia, yaitu Prof. Dr. Utami Munandar.
Tes ini terdiri dari enam sub-tes yng semuanya mengukur dimensi operasi berpikir divergen dengan dimensi verbal. Secara
operasional, tes ini dirumuskan sebagai suatu proses yang tercermin dari kelancaran, kelenturan dan orisinalitas dalam berpikir.
Keenam subtes
dari tes
kreativitas verbal ini, adalah
47
: 1. Permulaan Kata
Pada subtes ini subjek harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan susunan huruf tertentu sebagai stimulus.
Tes ini mengukur kelancaran dengan kata. Contoh : S
2. Menyusun Kata Pada subtes ini subjek harus menyusun sebanyak mungkin
dengan menggunakan huruf-huruf dari satu kata yang diberikan sebagai stimulus. tes ini mengukur kelancaran kata dan juga
menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi. Contoh : Kimia
3. Membentuk Kalimat Tiga Kata Pada subtes ini subjek harus menyusun kalimat yang terdiri dari
tiga kata, huruf pertama untuk setiap kata diberikan sebagai stimulus. Akan tetapi urutan dalam penggunaan ketiga huruf
tersebut boleh berbeda-beda menurut kehendak subjek. Contoh : A – I – G
4. Sifat-sifat yang Sama Pada subtes ini subjek harus menemukan sebanyak mungkin
objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan.
Contoh : Merah dan Cair 5. Macam-macam Penggunaan
Pada subtes ini subjek harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim tidak biasa dari benda sehari-hari.
Tes ini merupakan ukuran dari kelenturan dalam berpikir. Tes ini juga mengukur orisinalitas dalam berpikir, dengan melihat
kelangkaan jawaban yang diberikan. Contoh : Kegunaan air
47
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.., h. 68 – 69.
6. Apa Akibatnya Pada subtes ini subjek harus memikirkan segala sesuatu yang
mungkin terjadi dari suatu kejadian yang telah ditentukan sebagai suatu stimulus. Kejadian atau peristiwa tersebut sebetulnya tidak
mungkin terjadi di Indonesia. Akan tetapi dalam hal ini subjek harus mengumpamakan andaikata hal tersebut terjadi dan apa
saja akibatnya. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan yang digabung dengan elaborasi
kemampuan untuk mengembangkan gagasan, merincinya dengan mempertimbangkan macam-macam implikasi.
Contoh : Apa yang akan terjadi jika di alam tidak terdapat oksigen bebas ?
4. Hubungan antara Pendekatan Konstruktivisme terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Konstruktivisme merupakan pemikiran yang sangat berharga mengenai bagaimana peserta didik siswa belajar dan mempunyai
dampak yang besar terhadap pendidikan sains. Menurut National Science Resource Center institusi pengembangan pembelajaran sains di
Amerika mempublikasikan bahwa siswa akan belajar sains dengan baik jika mereka mampu membuat konsep sendiri dengan menggabungkan
pengetahuan yang mereka peroleh dari pengalaman sehari-hari dengan pengetahuan yang mereka peroleh dari percobaan atau praktikum di
kelas.
48
Konstruktivisme tidak hanya mengkaji mengenai bagaimana siswa membina ilmu pengetahuannya saja. Akan tetapi juga melibatkan cara
perubahan konseptual yang ada, dan hanya dapat dilakukan melalui proses pembelajaran.
48
Metamorfosa, Vol 1, Munasprianto Ramli,Pembelajaran Sains.., h.51