Keterangan : S
2 Ekperimen
= Variansi hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang diajar dengan menggunakan
pendekatan konstruktivisme. S
2 Kontrol
= Variansi hasil tes akhir kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang diajar dengan pendekatan
ekspositori. Dari hasil perhitungan Uji Bartlett pada tabel diatas,
diperoleh χ
2
- hitung sebesar 0,058 dan harga χ
2
- tabel sebesar 3,84 pada
α = 0,05. Karena χ
2
- hitung lebih kecil dari χ
2
-tabel, 0,058 3,84. Hal ini berarti variansi sampel kedua kelompok tersebut
adalah sama homogen. Lampiran 19 hal 116
c. Pengujian Hipotesis
Hasil perhitungan terhadap data sampel diperoleh harga t-hitung sebesar 7,905 Sedangkan t-tabel sebesar 2,00 pada
α = 0,05 atau 5 . Karena t-hitung t- tabel, yaitu 7,905 2,00
maka tolak hipotesis nol Lihat lampiran 20 hal 118. Hal ini berarti bahwa kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang
menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori tidaklah sama.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme
lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori.
Hipotesis penelitian dapat dirumuskan dengan, terdapat pengaruh pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia
terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Terbukti dari skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelompok siswa yang
menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih tinggi x = 63,17
dibandingkan dengan kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori x = 49,77. Atau kesimpulan
hipotesissnya adalah terima H
1
. Hasil pengujian persyaratan analisis kedua kelompok juga
berdistribusi normal. Dan variansi populasi dari kedua kelompok adalah sama serta hasil pengujian hipotesis yang menolak
hipotesis nol tolak H .
Pengambilan taraf signifikan 5 α = 0,05 dalam
penelitian ini menunjukkan bahwa penarikan kesimpulan dalam hipotesis kemungkinan salah 5 . Dengan kata lain kesimpulan
tersebut 95 akurat atau dapat dipercaya.
B. Pembahasan
Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya perbedaan positif dan signifikan antara pembelajaran kimia yang menggunakan pendekatan
konstruktivisme dengan pembelajaran kimia secara ekspositori. Hal ini berarti bahwa penggunaan pendekatan konstruktivisme ini dipandang efektif
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran kimia khususnya pada materi pokok sistem koloid.
Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai perbandingan antara variabel penggunaan pendekatan konstruktivisme X dan variabel kemampuan
berpikir kreatif Y sebesar t-hitung = 7,905. Selanjutnya nilai dari t-hitung sebesar 7,905 lihat lampiran 20 hal 118 berkonsultasi pada t- tabel dengan
df db = 30 + 30 – 2 = 58. Ternyata dalam tabel tidak ditemui df sebesar 58, karena itu dipergunakan df yang terdekat, yaitu df = 60. Dengan df sebesar
60 diperoleh t- tabel pada taraf signifikansi 5 sebesar 2,00. Sehingga dapat dibandingkan, t-hitung dari t- tabel, 7,905 2,00. Dengan demikian
hipotesis nol H yang menyatakan tidak ada pengaruh hasil skor akhir
sama penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa ditolak tolak H
.
Dari perhitungan data hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol. Skor rata-rata kelompok eksperimen mencapai 87,74 dari skor maksimal yang diharapkan, yaitu 72. dan skor rata-rata
kemampuan berpikir kreatif kelompok kontrol mencapai 69,13 dari skor maksimal yang diharapkan. Perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif
kedua kelompok tersebut, dapat dilihat histogram berdasarkan gambar 4.3.
87.74 69.13
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
Persent ase
Eksperimen Kontrol
Kelompok
Gambar 4.3 Histogram Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Hasil penelitian terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran konstruktivisme dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal itu tampak selama proses pembelajaran berlangsung diantaranya, siswa terbiasa berpikir untuk
menyelesaikan masalah, membuat ide-ide baru, dan keputusan yang tepat. Siswa juga terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan barunya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner 1960, bahwa pembelajaran merupakan suatu proses dimana siswa membina ide baru atau konsep yang