Dari perhitungan data hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif antara kelompok eksperimen
dengan kelompok kontrol. Skor rata-rata kelompok eksperimen mencapai 87,74 dari skor maksimal yang diharapkan, yaitu 72. dan skor rata-rata
kemampuan berpikir kreatif kelompok kontrol mencapai 69,13 dari skor maksimal yang diharapkan. Perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kreatif
kedua kelompok tersebut, dapat dilihat histogram berdasarkan gambar 4.3.
87.74 69.13
0.00 20.00
40.00 60.00
80.00 100.00
Persent ase
Eksperimen Kontrol
Kelompok
Gambar 4.3 Histogram Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Hasil penelitian terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran konstruktivisme dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar. Hal itu tampak selama proses pembelajaran berlangsung diantaranya, siswa terbiasa berpikir untuk
menyelesaikan masalah, membuat ide-ide baru, dan keputusan yang tepat. Siswa juga terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan barunya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Bruner 1960, bahwa pembelajaran merupakan suatu proses dimana siswa membina ide baru atau konsep yang
berasaskan kepada pengetahuan asal mereka.
1
Selain itu siswa juga dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosialnya, yakni bekerja sama dengan
siswa lain dalam proses menambah pengetahuannya. Sehingga menjadi lebih paham dan ingat lebih lama terhadap semua konsep yang diperolehnya.
Pembelajaran secara konstruktivisme juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan kritis. Hal itu terbukti ketika
siswa mencari ide baru dan mencari jawaban yang paling banyak, ketika menjawab pertanyaan dalam test kemampuan berpikir kreatif secara verbal.
Bahkan siswa yang diajar secara konstruktivisme mempunyai keterampilan menjelaskan yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan pendekatan
ekspositori. Guilford 1970 menandai ciri-ciri kreatif seseorang dengan berpikir
untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan berpikir divergen, atau bukan berpikir dengan hanya ada 1 jawaban yang benar saja.
2
Pada kelompok eksperimen, hasil yang didapat terlihat memuaskan, dengan mencapai skor tertinggi, yaitu 72. Hal ini terjadi karena pendekatan
kontruktivisme yang digunakan telah melalui serangkaian fase kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi
yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Pada kelompok kontrol, yaitu kelompok yang menggunakan
pendekatan ekspositori, siswa memperoleh informasi dari guru. Guru yang menerangkan konsep pelajaran kemudian siswa diberikan kesempatan
bertanya. Siswa tidak dilatih untuk mencari dan membentuk konsep ilmunya secara mandiri, melainkan hanya melalui informasi yang diterima guru dan
beberapa demonstrasi dikelas. Siswa juga kurang dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga mengakibatkan siswa cenderung
menjadi pasif dalam mencari ilmu, tidak kritis bahkan kurang kreatif dalam
1
Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme dalam Reka Bentuk Pembinaan PPBK, dalam www.tutor.com.mytutordunia.asp?y=2001dt=0703pub=DuniaPendidikansec=sain_teknolo
gia-htm16.k h. 2. 21 September 2007
2
Muhammad Ali, dkk, Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004, cet-1, h. 41
mencari jawaban. Hal itu dikarenakan siswa tidak memperoleh pengalaman belajar secara utuh melalui pengalamannya sendiri. Dan implikasinya
terhadap pembelajaran yang berlangsung menjadi kurang efektif dan cenderung membosankan. Siswa juga akan sulit memahami dan menyimpan
materi pelajaran tersebut dalam ingatannya yang lama. Pendekatan ekspositori sering disamakan dengan metode ceramah.
Pendekatan ini juga sering digunakan oleh para guru IPA. Akan tetapi terdapat perbedaannya. Perbedaan khusus dengan pendekatan
konstruktivisme, yakni terletak pada pencarian konsep dalam membangun pengetahuannya sendiri. Pendekatan ekspositori pusat informasinya
bersumber pada guru. Sehingga siswa menjadi terpaku dengan pola pengerjaan jawaban guru dan menganggapnya sebagai satu-satunya jawaban
yang benar. Selain itu guru juga cenderung membatasi eksplorasi berpikir siswa sehingga aspek berpikir kreatif siswa tidak dilatih dan berakibat
cenderung terhambat. Pada pendekatan konstruktivisme, pencarian informasi sampai
terbentuk menjadi suatu konsep ilmu yang baru dengan cara yang tidak biasa kreatif, yakni bersumber pada siswa itu sendiri. Guru hanya berperan
sebagai motivator dan fasilitator dikelas, antara lain sebagai mitra aktif bertanya kepada siswa, membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan
konsepnya, serta kritis dalam menguji konsep siswa. Selain kelebihan yang diperoleh dalam penelitian ini, peneliti juga
menemukan beberapa kendala dalam menerapkan pendekatan konstruktivisme, antara lain :
1. Peneliti merasa kesulitan untuk mengatur situasi dan kondisi kelas pada saat siswa berada dalam kelompok. Hal ini menimbulkan suasana gaduh
atau ramai diantara siswa sehingga membuat perhatian beberapa siswa sedikit terganggu.
2. Penggunaan waktu yang kurang efektif menyebabkan siswa lebih berorientasi pada penyelesaian LKS atau tugas yang diberikan guru,
sehingga diskusi dalam kelas tidak terlampau banyak.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Terbukti dari perhitungan uji hipotesis
statistik, dimana diperoleh t-hitung t-tabel, sebesar 7,905 2,00. Selain itu ditunjukkan pula dari perbandingan skor rata-rata kemampuan berpikir
kreatif TKV, dimana kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih tinggi rata-ratanya daripada kelompok siswa yang
menggunakan pendekatan ekspositori. Sebanyak 87,74 skor rata-rata kemampuan berpikir kreatif diraih
oleh kelompok siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivisme. Bahkan kelompok tersebut juga meraih skor maksimal yang diharapkan,
yakni 72. sedangkan pada kelompok siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori, skor rata-rata yang dihasilkan sebanyak 69,13 dari skor yang
diharapkan. B. Saran
Adapun saran-saran dalam melakukan penelitian ini adalah : 1. Pendidik diharapkan agar merencanakan secara matang antara waktu
pembelajaran dengan setiap langkah pembelajarannya. Sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lebih efektif.
2. Siswa juga diharapkan kooperatif selama proses pembelajaran sehingga siswa optimal mendapatkan pengetahuan yang baru secara mandiri.
3. Adalah sebuah keharusan bagi guru atau pendidik untuk terus mengasah kreativitasnya dalam mengajar. Sehingga siswa lebih termotivasi untuk
lebih kreatif serta kritis dalam menggali pengetahuan barunya. 4. Untuk peneliti lain dan pembaca pada umumnya, semoga karya ini bisa
menambah pengetahuan baru atau menjadikan motivasi bahkan inspirasi dalam penelitian atau karya ilmiah selanjutnya.