gagasan siswa yang berbeda-beda.
12
Secara garis besar, tugas guru dalam proses ini lebih menjadi mitra yang aktif bertanya,
menstimulus pemikiran, menciptakan persoalan, membiarkan siswa mengungkapkan gagasan dan konsepnya, serta kritis menguji konsep
siswa. Salah satu peran esensial dari guru sebagai fasilitator dalam
pembelajaran sains adalah membina belajar mandiri independent study kepada siswa. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut :
13
1. Mengakses minat siswa 2. Memperkenalkan kepada siswa berbagai bidang minat
3. Melakukan wawancara pribadi terhadap siswa 4. Mengembangkan rencana tertulis
5. Menentukan arah dan waktu dengan siswa berbakat 6. Membantu siswa dalam mencari macam-macam sumber
7. Melakukan sumbang saran terhadap produk akhir 8. Memberikan bantuan dalam metodelogi yang dibutuhkan
9. Membantu siswa dalam menemukan pendengar untuk presentasi siswa
10. Menilai hasil studi bersama siswa dan mempertimbangkan bidang baru untuk diteliti.
Selain guru, siswa juga mempunyai peranan penting dalam pembelajaran konstruktivisme, antara lain :
1. Bertanggung jawab terhadap hasil pembelajaran mereka sendiri 2. Membangun sendiri pengetahuannya
3. Menggabungkan pengertian yang lama dan pengertian yang baru
12
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme…, h.72.
13
Utami Munandar, Pengembangan kreativitas Anak Berbakat, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004, h. 149.
4. Diperbolehkan untuk menyelesaikan masalah. Siswa juga perlu mempunyai inisiatif dalam mengemukakan permasalahan dan
membuat prediksi serta menjawab persoalan-persoalan yang dikemukakan guna membantu dalam mengubah atau membuat
ide-ide baru mereka sebelumnya.
d. Keunggulan dari Pembelajaran Konstruktivisme
Pembelajaran konstruktivisme dapat mestimulus seseorang dalam berpikir secara kreatif dan kritis. Siswa terbiasa untuk
berpikir dalam menyelesaikan masalah, membuat ide-ide baru dan keputusan yang bijaksana. Karena siswa terlibat secara langsung
dalam membina pengetahuan baru, maka siswa menjadi lebih paham dan ingat lebih lama semua konsep yang diperolehnya.
14
Siswa juga dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosialnya, yakni bekerja sama dengan siswa lain, menambah
pengetahuan dan pemahamannya. Oleh karena siswa terlibat secara terus-menerus, siswa menjadi lebih paham, ingat, yakin dan mampu
berinteraksi sosial dengan baik, maka siswa akan lebih berani lagi dalam belajar dan dalam membina pengetahuannya yang baru.
Menurut pendapat Shapiro 1994 yang menyatakan bahwa kelas yang mengaplikasikan pendekatan konstruktivisme, maka akan
menghasilkan siswa yang mempunyai sifat dan perilaku yang sama dengan saintis. Hal itu terjadi karena siswa secara mandiri yang
membangun hipotesis, mengumpulkan data dengan melakukan percobaan atau observasi kemudian membangun konsep berdasarkan
hipotesis dan fakta yang mereka peroleh.
15
e. Langkah-langkah Pembelajaran Konstruktivisme.
14
Jurnal Teori Pembelajaran Konstruktivisme PPBK…, h. 9.
15
Metamorfosa, vol 1, Munaspriyanto Ramli, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode Konstruktivisme, Ciputat : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta FITK, 2006, h.
Untuk mengaplikasikan pendekatan konstruktivisme dalam kelas sains, guru diharapkan mampu memahami dan melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran dengan teratur dan terurut sesuai dengan proses tahapannya. Alters 2004 memberikan ilustrasi
tentang langkah-langkah pembelajaran tersebut, antara lain :
16
1. Menarik Perhatian Dalam tahapan ini, guru memberikan gambaran singkat tentang
sebuah fenomena dan menayakan pengalaman siswa tentang fenomena tersebut.
2. Prediksi Pribadi Pada tahapan ini, siswa diberi kesempatan untuk membuat
prediksi tentang percobaan yang akan dilakukan. 3. Prediksi Kelompok
Guru mengajak siswa untuk membuat kelompok kecil dan berdiskusi di dalam kelompok untuk membuat prediksi
kelompok. Kemudian masing-masing kelompok diharapkan menyampaikan prediksi mereka.
4. Percobaan Tahapan ini merupakan bagian yang sangat penting, karena
pada bagian ini siswa akan melakukan sendiri percobaan mereka. Mereka akan melakukan percobaan untuk menguji
hipotesis mereka dan mengobservasi apakah prediksi mereka akurat atau tidak.
5. Diskusi Kelompok Setelah melakukan percobaan, siswa diajak untuk berdiskusi
dalam kelompok mengenai hasil percobaan mereka. Mereka berdiskusi apakah prediksi mereka akurat atau tidak dan
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
16
Metamorfosa, vol 1, Munaspriyanto Ramli, Pembelajaran Sains..., h. 52-53.