Hasil wawancara Hasil Penelitian

keterampilan mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan praktikum dapat dilakukan siswa dengan baik. Dalam aspek ini, siswa cukup aktif bertanya jika ada hal-hal yang mereka kurang mengerti baik ketika diskusi maupun secara personal kepada guru yang bersangkutan. Kesulitan yang terjadi pada siswa pada kelompok tinggi, sedang dan rendah mengalami kesulitan dalam hal keberanian dan kepercayaan diri. Beberapa siswa masih ragu dan malu untuk bertanya, dikarenakan siswa masih merasa canggung untuk bertanya kepada guru. Hal ini terjadi disebabkan ketika proses pembelajaran sehari-hari kurangnya melakukan diskusi. Dari hasil wawancara siswa didapatkan temuan bahwa mereka sebenarnya memiliki keinginan untuk bertanya hanya saja mereka masih ragu dan kurang percaya diri. Jadi, beberapa siswa ada yang beranggapan cukup menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, sebelum pembelajaran dimulai siswa dituntut untuk memahami konsep dasar materi yang akan dibahas.

2. Menyusun Hipotesis

Berdasarkan Tabel 4.3 peringkat pertama aspek KPS menyusun hipotesis adalah siswa kelompok tinggi dengan nilai rata-rata 66,67, peringkat kedua adalah siswa kelompok sedang dengan nilai rata-rata 60,91, dan peringkat ketiga adalah kelompok rendah yang memiliki nilai rata-rata sebesar 40,00. Keterampilan membuat penjelasan atau kesimpulan sementara mengenai kegiatan praktikum yang dilakukan ditunjukan oleh pertanyaan yang harus diisi oleh siswa pada LKS Poin B, yaitu membuat tujuan praktikum titrasi asam basa. Berdasarkan jawaban pertanyaan dari LKS, beberapa siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan cukup baik walaupun sebagian besar murid lainnya masih banyak yang keliru menjawab pertanyaan tersebut. Berdasarkan tabel 4.2 nilai rata-rata presentase aspek KPS menyusun hipotesis adalah sebesar 55,86 dengan kategori cukup. Hal ini menunjukan bahwa menyusun hipotesis tidaklah mudah, karena dalam berhipotesis siswa membutuhkan pengetahuan dasar tentang hal yang akan di kaji, oleh sebab itu siswa harus memahami konsep dasar materi yang di bahas dan membaca materi yang akan diajarkan terlebih dahulu. Aspek menyusun hipotesis merupakan salah satu aspek yang paling sedikit muncul dalam penelitian ini dilihat dari nilai-nilai rata-ratanya, hal ini dikarenakan pembuatan hipotesis berada di awal kegiatan pembelajaran. Hal ini didukung dengan data hasil wawancara dari lima orang yang di wawancara, sebanyak empat orang siswa menyatakan kesulitan dalam menyusun hipotesis. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa untuk menyusun hipotesis di awal pembelajaran, selain itu, beberapa siswa lain menyatakan belum membaca materi yang ditugaskan oleh guru sehingga pengetahuan siswa kurang luas dan kurang peka dengan keadaan sekitar. Keterampilan menyusun hipotesis termasuk aspek membangun keterampilan dasar aspek keenam pada teori keterampilan proses sains Rustaman, sehingga setiap kelompok siswa diharapkan mampu mencapai keterampilan menyusun hipotesis dengan baik. 3 Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Susiwi dkk, kemampuan merumuskan hipotesis memiliki nilai tertinggi tedapat pada kelompok SMA dengan prestasi akademik tinggi sebesar 85,0, sedangkan pada kelompok SMA dengan prestasi akademik sedang sebesar 75,0. Kemampuan siswa dapat di capai secara umum sebesar 81,5. 4 Penelitian yang dilakukan oleh Susiwi memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan hasil dalam penelitian ini. Secara keseluruahn penelitian yang dilakukan oleh Susiwi tuntas oleh kelas pada kedua kelompok tersebut. Hal tersebut terlihat adanya hubungan antara kemampuan siswa dengan kecenderungan siswa dalam menyelesaikan kelompok pertanyaan yang terdapat dalam LKS praktikum yang diberikan oleh guru. Mewujudkan siswa untuk memiliki keterampilan berhipotesis memang tidaklah mudah, namun yang terpenting adalah guru memberikan kesempatan 3 Rustaman, dkk., op. cit., h. 86 - 87 4 Susiwi, dkk “Analisis keterampilan proses sains siswa SMA pada model pembelajaran praktikum D-E-H ”, jurnal pengajaran MIPA Vol.14, 2009, h. 87-103 kepada siswa untuk mengemukakan pada kondisi spesifik berdasarkan gagasan yang ada pada diri siswa.

3. Merencanakan Percobaan

Berdasarkan Tabel 4.3 peringkat pertama aspek KPS merencanakan percobaan adalah siswa kelompok tinggi dengan nilai rata-rata 88,89, peringkat kedua adalah siswa kelompok sedang dengan nilai rata-rata 80,00, dan peringkat ketiga adalah kelompok rendah yang memiliki nilai rata-rata sebesar 60,00. Keterampilan menentukan dan mengambil alat dan bahan praktikum ditunjukan oleh pertanyaan yang harus diisi oleh siswa pada LKS poin D, yaitu menentukan alat dan bahan yang akan digunakan selama praktikum titrasi asam basa. Berdasarkan jawaban pertanyaan dari LKS pada umumnya siswa menjawab pertanyaan tersebut dengan cukup baik walaupun ada beberapa murid yang keliru menjawab pertanyaan tersebut. Berdasarkan tabel 4.2 nilai rata-rata presentase aspek KPS merencanakan percobaan adalah sebesar 76,30 dengan kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa keterampilan merencanakan percobaan dapat dilakukan siswa dengan baik. Keterampilan merencanakan percobaan termasuk aspek membangun keterampilan dasar aspek ketujuh pada teori keterampilan proses sains Rustaman, sehingga setiap kelompok siswa diharapkan mampu mencapai keterampilan merencanakan percobaan dengan baik. 5 Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa mampu mengambil alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum karena mereka mempunyai pengetahuan dasar mengenai fungsi dan kegunaan alat dan bahan-bahan kimia. Hal inilah yang memudahkan mereka untuk melakukan praktikum titrasi asam basa. Namun, dalam menentukan prosedur langkah kerja, beberapa siswa tidak mampu untuk membuat sendiri prosedur langkah kerja praktikum yang akan dilakukan. Dari hasil wawancara siswa didapatkan temuan bahwa mereka sedikit kebingungan menentukan 5 Rustaman, dkk., op. cit., h. 86 - 87 prosedur penelitian, tapi setelah diberi penjelasan akhirnya para siswa mampu melakukaknnya dengan baik. Berdasarkan saran guru bidang studi, peneliti memberikan prosedur langkah kerja kepada siswa untuk menyamakan persepsi dalam menentukan prosedur kerja praktikum titrsai asam basa. Sehingga praktikum bisa dilaksanakan dengan baik dan benar. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Susiwi dkk, kemampuan merancang percobaan pada kelompok SMA dengan prestasi akademik sedang memperoleh kategori baik dengan nilai persentase sebesar 77,0, sedangkan pada sekolah SMA dengan prestasi akademik tinggi memperoleh nilai persentase 83,5 dengan kategori baik. Kemampuan rata-rata merancang percobaan yang dicapai siswa sebesar 81,5. 6 Penelitian Susiwi memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan penelitian ini. Secara keseluruhan, skor yang dihasilkan dalam penelitian Susiwi dkk, melalui pembelajaran Model Pembelajaran Praktikum Deskriptif - Empiris Induktif - Hipotesis Deduktif ini kemampuan merancang percobaan dapat dicapai secara tuntas oleh kelas pada kedua kelompok SMA sedang maupun kelompok SMA tinggi.

4. Menggunakan Alat dan Bahan

Berdasarkan Tabel 4.3 peringkat pertama aspek KPS menggunakan alat dan bahan adalah siswa kelompok tinggi dengan nilai rata-rata 86,30, peringkat kedua adalah siswa kelompok sedang dengan nilai rata-rata 73,03, dan peringkat ketiga adalah kelompok rendah yang memiliki nilai rata-rata sebesar 63,33. Keterampilan menggunakan alat dan bahan dalam menggunakan neraca untuk menimbang zat ditunjukan oleh kegiatan siswa pada saat melakukan praktikum, yaitu pada saat menimbang zat menggunakan neraca timbang elektronik, kegiatan tersebut membutuhkan keterampilan siswa dalam hal mengkalibrasi neraca, menimbang kaca arloji, menggunakan alat bantu spatula, dan rapih dalam dalam menimbang zat. Berdasarkan analisis dan 6 Susiwi, dkk “Analisis keterampilan proses sains siswa SMA pada model pembelajaran praktikum D-E-H ”, jurnal pengajaran MIPA Vol.14, 2009, h. 87-103