Titrasi Asam Basa Konsep Titrasi Asam Basa

konsentrasi larutan HCl dapat anda ketahui. 43 3 Titik ekuivalen dan titik akhir titrasi Pada saat kita melakukan titrasi, kita harus mengetahui istilah titik ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah saat jumlah mol H + sama dengan mol OH - , biasanya ditunjukan dengan harga pH. 44 Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa, maka pH larutan akan naik. Sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH-nya akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan warna pH pada penetesan asam dengan basa dan sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbentuk S, yang pada titik tengahnya merupakan titik ekuivalen. Artinya, pada titik ekuivalen tercapai maka larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa. 45 Titik akhir titrasi adalah saat titrasi dihentikan ketika campuran tepat berubah warna. Artinya pada saat terjadi perubahan warna indikator maka pelaksanaan titrasi diakhiri. 46 Pada umumnya, pH pada titik akhir titrasi lebih besar dari pH titik ekuivalen sebab pada saaat titik ekuivalen tercapai, larutan belum berubah warna apabila indikator yang digunakan adalah fenolflatein Untuk titrasi yang baik maka perubahan warna atau kekeruhan harus terjadi tepat pada saat titran telah ekuivalen dengan titrat. Jumlah teoritis yang ekuivalen sama dan saat jumlah titran mencapai jumlah teoritis tersebut, dinamakan titik ekuivalen. Dengan perkataan lain titik akhir seharusnya tepat sama dengan titik ekuivalen. Namun pada umumnya, titik akhir tidak tepat sama dengan titik ekuivalen, sehingga terjadi yang disebut kesalahan titrasi. Namun kesalahan itu tidak perlu dianggap kegagalan titras. Yang penting ialah bahwa kesalahan itu harus dibatasi, sehingga tidak menajdi terlalu besar. Dalam praktek, analisa secara trimetri paling banyak digunakan 43 Yayan Sunarya, Agus Setiabudi, op. cit,. h. 174 44 Suwardi, dkk., Panduan Pembelajaran Kimia: Untuk SMAMA Kelas XI, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009. h. 132 45 Ibid. h. 132 46 Yayan Sunarya, Agus Setiabudi, op. cit,. h. 174 dengan tingkat kesalahan tidak lebih dari 0,1 . Dengan kerja yang lebih berhati-hati kesalahan masih dapat dikurangi lagi. Salah satu sebab ketidak cocokan titik akhir dengan titik ekuivalen ialah perlu adanya reaksi antara indikator dan titran, sehingga menyebabkan kesalahan positif jumlah yang dipakai lebih dari sesungguhnya diperlukan untuk ekuivalen.

3. Perhitungan Titrasi Asam Basa

Telah diketahui bahwa pada akhir titrasi akan tercapai titik ekuivalen. Hal ini berarti pada saat akhir titrasi, perbandingan mol asam dengan mol basa sama dengan perbandingan koefisien asam dengan koefisien basa. 47 1 Asam bervalensi satu dengan basa bervalensi satu Contoh: HCl aq + NaOH aq → NaCl aq + H 2 O l Telah diketahui perbandingan koefisien merupakan perbandingan mol. Mol asam : mol basa = 1: 1, sehingga mol asam sama dengan mol basa, dapat dinyatakan pula mol reaktan berbanding lurus dengan mol titrasi. 2 Asam bervalensi dua dengan basa bervalensi dua Contoh: H 2 SO 4 aq + BaOH 2 aq → BaSO 4 aq + H 2 O l Mol asam : mol basa = 1: 1, sehingga mol asam berbanding lurus dengan mol basa. Dapat dirumuskan sebagai berikut: V a x V a = V b x V b 3 Asam basa bervalensi satu dengan basa bervalensi dua Contoh: 2HCl aq + CaOH 2 aq → CaCl 2 aq + 2H 2 O l Mol asam : mol basa = 2 : 1, sehingga mol asam dengan dua kali mol basa. Dapat dirumuskan sebagai berikut: 47 Suwardi, dkk., Panduan Pembelajaran Kimia: Untuk SMAMA Kelas XI, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009. h. 133 V a x V a = 2 x V b x V b 4 Asam bervalensi dua dengan basa bervalensi satu Contoh: H 2 SO 4 aq + 2NaOH aq → Na 2 SO 4 aq + 2H 2 O l Mol asam : mol basa = 1 : 2, sehingga dua kali dari mol asam akan sebanding dengan satu mol basa. Dapat dirumuskan sebagai berikut: 2 x V a x V a = V b x V b Dalam titrasi asam basa reaksi yang terjadi adalah reaksi penetralan, yaitu ion-ion H3O + dengan jumlah mol tertentu dalam larutan asam akan dinetralkan oleh ion-ion OH- dengan jumlah mol yang sama dari suatu larutan basa. Persamaan reaksi : H 3 O+ aq + OH - aq → 2H 2 O l Titik ekivalen merupakan keadaan ketika jumlah mol atau mmol OH- yang ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ion H 3 O + telah cukup untuk menetralkan larutan tersebut.pada titik ekivalen mmol atau mol H 3 O + sama dengan mmol atau mol OH - . Sehingga berlaku hubungan: Vasam x Nasam = Vbasa x Nbasa Larutan asam bila direaksikan dengan larutan basa akan menghasilkan garam dan air. Sifat asam dan sifat basa akan hilang dengan terbentuknya zat baru yang disebut garam yang memiliki sifat berbeda dengan sifat zat asalnya. Karena hasil reaksinya adalah air yang memiliki sifat netral yang artinya jumlah ion H + sama dengan jumlah ion OH - maka reaksi itu disebut dengan reaksi netralisasi atau penetralan. 48 Pada reaksi penetralan, jumlah asam harus ekuivalen dengan jumlah basa. Untuk itu perlu ditentukan titik ekivalen reaksi. Titik ekuivalen adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis reaksi dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik akhir titrasi pada reaksi asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan syarat keberhasilan dalam menentukan titik ekuivalen. 48 Suwardi, dkk., Panduan Pembelajaran Kimia: Untuk SMAMA Kelas XI, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009. h. 133 Pemilihan indikator didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik ekuivalen. 49 Untuk menentukan konsentrasi asam asetat dalam cuka makan, dilakukan melalui proses titrasi yang didasarkan pada reaksi penetralan asam lemah dengan basa kuat. Dalam hal ini konsentrasi asam asetat ditentukan dengan mereaksikannya dengan NaOH yang kita kenal di pasaran sebagai larutan soda api. Adapun indikator yang digunakan adalah indikator phenolplatein. Perubahan warna yang terjadi ketika larutan asam menjadi basa adalah dari tidak berwarnan ke merah muda. Adapun bentuk persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: 50 CH 3 COOH aq + NaOH aq → CH 3 COONa aq + H 2 O l

E. Hasil Penelitian Yang Relevan.

Osi Sulastri dalam penelitiannya dengan judul “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Hidrolisis Garam Menggunakan Model Problem Solving ”. Menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Hidrolisis Garam menggunakan model problem solving dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa. 51 Syaiful Rahmat dalam penelitiannya dengan judul “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Sub Pokok Materi Titrasi Asam Basa Melalui Metode Praktikum”. Menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran titrasi asam basa menggunakan metode praktikum dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa. 52 Husna Diatul Hasanah dalam penelitiannya dengan judul “Analisis 49 Suwardi, dkk., Panduan Pembelajaran Kimia: Untuk SMAMA Kelas XI, Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009. h. 134 50 Ibid. h. 135 51 Osi Sulastri, “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI pada Pembelajaran Hidrolisi Garam Menggunakan Model Problem Solving ” Skripsi UPI Bandung, Bandung, h. Abstrak, tidak dipublikasikan. 52 Syaiful Rahmat, “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Sub Pokok Materi Titrasi Asam Basa Melalui Metode Praktikum ”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, h. Abstrak, tidak dipublikasikan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sistem Laju Reaksi Menggunakan Model Problem Solving ”. Menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran laju reaksi menggunakan model problem solving dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa. 53 C kampourakis dan G Tsaparlis dalam penelitiannya dengan judul “A study of the effect of a partical activity on problem solving in chemistry ” menemukan adanya miskonsepsi dan kesalahan penginterpretasian. Kampourakis menyatakan konsep yang diajarkan di kelas dan di praktekan di dalam laboratorium sangat komplikatif. Oleh karena itu, keduanya harus diajarkan secara berkesinambungan dan saling menghubungkan satu sama lain. 54 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gebi Dwiyanti dan Wiwi Siswaningsih pada salah satu SMU di Bandung dengan judul “Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum” ditemukan nilai yang baik untuk keterampilan observasi, nilai cukup untuk keterampilan menafsirkan hasil pengamatan dan untuk keterampilan berkomunikasi. Hal ini menunjukan metode praktikum dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa. 55 53 Husna Diatul Hasanah, “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sistem Laju Reaksi Menggunakan Model Problem Solving ”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, h. Abstrak, tidak dipublikasikan 54 Constantions Kampourakis, Dan Georgios Tsaparlis, A Study O Of Practical Of The Effect Of Practical Activity On Problem Solving In Chemistry, Chemistry Education: Research And Practive Vol 4, 2003, p. 319-333 55 Gebi Dwiyanti, dan Wiwi Siswaningsih, Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum, 2005, p. 1-8