Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sistem Laju Reaksi Menggunakan Model Problem Solving
”. Menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran laju reaksi menggunakan model problem solving dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan proses sains siswa.
53
C kampourakis dan G Tsaparlis dalam penelitiannya dengan judul “A study of
the effect of a partical activity on problem solving in chemistry ” menemukan adanya
miskonsepsi dan kesalahan penginterpretasian. Kampourakis menyatakan konsep yang diajarkan di kelas dan di praktekan di dalam laboratorium sangat komplikatif.
Oleh karena itu, keduanya harus diajarkan secara berkesinambungan dan saling menghubungkan satu sama lain.
54
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gebi Dwiyanti dan Wiwi Siswaningsih pada salah satu SMU di Bandung dengan judul “Keterampilan Proses Sains Siswa
SMU Kelas II Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum”
ditemukan nilai yang baik untuk keterampilan observasi, nilai cukup untuk keterampilan menafsirkan hasil pengamatan dan untuk keterampilan berkomunikasi.
Hal ini menunjukan metode praktikum dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa.
55
53
Husna Diatul Hasanah, “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sistem Laju Reaksi Menggunakan Model Problem Solving
”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, h. Abstrak, tidak dipublikasikan
54
Constantions Kampourakis, Dan Georgios Tsaparlis, A Study O Of Practical Of The Effect Of Practical Activity On Problem Solving In Chemistry, Chemistry Education: Research And Practive
Vol 4, 2003, p. 319-333
55
Gebi Dwiyanti, dan Wiwi Siswaningsih, Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum, 2005, p. 1-8
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di MAN 1 Serpong. Sesuai dengan masalah yang diambil yaitu materi titrasi asam basa yang dipelajari di semester genap, maka penelitian ini
dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian Deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel,
dan fenomena yang terjadi pada saat pada saat penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya.
1
Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama yakni menggambarkan secara sistematik fakta dan karakteristik objek
atau subjek yang diteliti secara tepat. Dalam penelitian ini aspek yang akan diteliti adalah keterampilan proses sains siswa pada saat pembelajaran titrasi asam basa
dengan metode problem solving. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 3.1
1
M. Subana, Dkk, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2005, Cet.II, h. 89.
C. Sample Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Serpong – Tangerang Selatan dengan
sampel penelitian siswa kelas XI IPA semester 2 tahun ajaran 20132014 dengan jumlah siswa sebanyak 37 orang yang sedang mempelajari materi titrasi asam basa
sebelumnya. Kemudian sampel penelitian ini dikelompokan menjadi tiga kategori kelompok, yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah untuk
mengetahui perbedaan kemampuan keterampilan proses sains siswa. Hal ini dilakukan karena prestasi siswa-siswi dalam satu kelas dapat tergambar sebagai kurva normal
yakni sebagian besar siswa terletak ditengah-tengah kurva sebagai kelompok sedang, sebagian kecil terletak diatas dan sebagian lain lagi akan terletak di daerah bawah.
Kemudian dari pengelompokan itu siswa dibagi menjadi 6 kelompok belajar dengan komposisi kelompok tinggi, sedang dan rendah sama di setiap kelompoknya. Siswa
dikelompokan berdasarkan hasil standar deviasi yang diolah dari data ulangan harian siswa melalui kategori menurut Arikunto, yaitu sebagai berikut:
2
Kelompok tinggi = nilai ≥ ̅ + standar deviasi
Kelompok sedang =
̅ – standar deviasi ˂ nilai ˂ ̅ + standar deviasi Kelompok rendah
= nilai ≤ ̅ – standar deviasi
Tabel 3.1 Pembagian Kategori Kelompok Siswa
Kelompok Kriteria
Jumlah Siswa
Tinggi ≥ 73,34
9 Sedang
61,3 N 73,34 22
Rendah ≤ 61,3
6
Adapun teknik pengambilan subjek penelitian ini menggunakan purposif sampling yaitu mengambil sampel pada kelas yang telah tersedia tanpa melakukan
random sampling melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu. Dalam penentuan pengambilan sampel, pihak sekolah atau guru bersangkutan menentukan kelas yang
2
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h, 263-264