Karakteristik Problem Solving Langkah-langkah problem solving

i. Pemecahan masalah problem solving dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. j. Pemecahan masalah problem solving dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

C. Keterkaitan Metode Problem Solving dengan KPS

Salah satu peranan problem solving dalam pembelajaran kimia adalah sebagai suatu keterampilan, dimana keterampilan-keterampilan itu merupakan keterampilan dasar yang diperlukan dalam memecahkan permasalahan, seperti keterampilan mengemukakan hipotesis, merencanakan penelitian, melakukan eksperimen, mengoperasikan alat, mengamati, dan menyimpulkan. 27 Keterampilan-keterampilan tersebut merupakan bagian dari KPS, dimana KPS meliputi keterampilan mengamati, meramalkan, menerapkan konsep, merencanakan penelitian, menggunakan alat dan bahan, menafsirkan pengamatan, mengkomunikasikan hasil penelitian dan mengajukan pertanyaan. Hal ini menunjukan bahwa dalam pembelajaran problem solving dapat dikembangkan KPS siswa yang merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembelajaran kimia. Tahap awal pada pembelajaran problem solving menurut Mothes adalah tahap motivasi. 28 Tahap ini bertujuan untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan meningkatkan antusiasme siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu cara yang dapat digunakan pada tahap ini adalah dengan menyajikan fenomena alam yang terjadi disekitar siswa, yang dapat menimbulkan permasalahan yang menuntut siswa untuk mengetahui jawabannya. Ketika siswa ingin menemukan jawaban dari permasalahan tersebut maka siswa akan mengajukan pertanyaan guna mencari jawaban dari permasalahannya. 27 Momo Rosbiono, Teori Problem Solving Untuk Sains. Materi Diklat TOT Bidang Olimpiade Matematika Dan Sains. 2007, h.. 18 28 Ibid, h.. 19 Ketika siswa mengajukan pertanyaan maka siswa menggunakan salah satu keterampilan dalam KPS, yaitu keterampilan mengajukan pertanyaan. Permasalahan yang ditemukan siswa pada tahap sebelumnya mungkin saja masih bersifat umum sehingga pada tahap penjabaran masalah, cakupan permasalahan tersebut dipersempit sehingga siswa diharapkan dapat menemukan fokus permasalahan yang akan dibahas. Tujuan dari tahap ini adalah merumuskan suatu pertanyaan ilmiah. Pertanyaan ilmiah merupakan salah satu aspek dari KPS, yaitu keterampilan mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. 29 Tahap ketiga pada pembelajaran ini adalah tahap penyusunan opini. Pada tahap ini, siswa diharapkan dapat mengemukakan hipotesis atau dugaan- dugaan untuk menyelesaikan permasalahan. Membuat hipotesis ini merupakan salah satu dari aspek KPS, yaitu keterampilan menerapkan konsep untuk menjelaskan apa yang terjadi berhipotesis Tahap keempat pada pembelajaran ini adalah tahap penyusunan dan konstruksi, yang bertujuan untuk membuat rancangan penelitian guna menguji kebenaran dari hipotesis yang dibuat. Merancang penelitian ini merupakan bagian dari aspek KPS, yaitu keterampilan merencanakan penelitian. 30 Pada tahap eksperimen, siswa mengalami pengalaman langsung dalam menggunakan alat, mengamati, mencatat pengamatan, mengolah data kedalam bentuk tabel, dan grafik. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian dari KPS, yaitu keterampilan menggunakan alat dan bahan, mengamati, menafsirkan dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Pada tahap kesimpulan, dibutuhkan KPS yaitu keterampilan untuk menafsirkan hasil pengamatan untuk membuat kesimpulan. 31 Tahap ini bertujuan untuk menyimpulkan hasil yang diperoleh dari percobaan. Pada tahap abstraksi dan reevaluasi, tidak berkaitan dengan salah satu aspek KPS. Tujuan dari tahap abstraksi adalah mengintisarikan hasil ilmiah yang sah, sedangkan tahap reevaluasi, bertujuan 29 Conny S., op. cit., h. 30 30 Conny S., op. cit., h. 32 31 Conny S., op. cit., h. 33 untuk mengecek keberhasilan memecahan masalah yang dilaksanakan. Tahap akhir pada tahapan Proble Solving adalah konsolidasi pengetahuan. Tahap ini berkaitan dengan KPS siswa yaitu pada aspek keterampilan menerapkan konsep yang telah dipelajari pada situasi baru, karena tahap ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman kompeherensif dan terintegrasi.

D. Konsep Titrasi Asam Basa

1. Pengertian Asam Basa

Pengertian asam basa menurut ahli-ahli kimia ada beberapa macam. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang larutannya dalam air melepaskan ion hidrogen H + atau ion hidronium H 3 O + atau zat yang dapat memperbesar konsentrasi ion H + dalam air. 32 Dengan kata lain, pembawa sifat asam adalah ion H + . Jumlah ion H + yang dapat dihasilkan oleh suatu molekul asam disebut valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H + disebut ion sisa asam. Sementara itu, asam kuat adalah asam yang berdisosiasi dengan cepat dan terutama melepaskan sejumlah besar ion H + dalam larutan, contohnya adalah larutan HCl. Asam lemah mempunyai lebih sedikit kecenderungan untuk mendisosiasikan ion-ionnya, oleh karena itu kurang kuat melepaskan H + , contohnya CH 3 COOH asam asetat. Menurut Arrhenius, basa adalah zat yang larutannya dalam air dapat menghasilkan ion hidroksil OH - atau zat yang dapat memperbesar konsentrasi ion OH - dalam air. 33 Jadi pembawa sifat basa adalah ion OH - . Basa Arrhenius merupakan hidroksida logam dan dapat dirumuskan sebagai MOHx. Jumlah ion OH - yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa. Suatu basa kuat adalah basa yang bereaksi secara tepat dan kuat dengan H + , oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang khas adalah OH - yang bereaksi dengan H + untuk membentuk air H 2 O. Sedangkan basa lemah 32 Michael Purba, Kimia untuk SMA Kelas XI, Jakarta: Erlangga, 2006. h. 172 33 Ibid., h. 173