2.2.3 Diagnosis
Penyakit diabetes melitus ditandai dengan gejala 3P, yaitu poliuria banyak berkemih, polidipsia banyak minum, dan polifagia banyak makan. Di
samping naiknya kadar glukosa darah, gejela kencing manis juga bercirikan adanya glukosa dalam kemih sehingga banyak berkemih karena glukosa yang
disekresikan mengikat air akibatnya timbul rasa sangat haus, kehilangan energi dan turunya berat badan dan timbulnya rasa letih. Tubuh mulai membakar lemak
untuk memenuhi kebutuhan energinya, yang disertai pembentukan zat-zat perombakan, antara lain aseton, asamhidroksi butirat, dan diasetat, yang membuat
darah menjadi asam ketoacidosis, yang dapat menyebabkan pingsan comadiabeticum Tjay dan Rahardja, 2002.
Apabila ada keluhan khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu 200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah puasa 126 mgdl juga dapat digunakan sebagai patokan
diagnosis DM Depkes RI, 2005. Kriteria penegakan diagnosis DM dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Kriteria Penegakan Diagnosis DM
Glukosa darah Puasa
Glukosa darah 2 jam setelah makan
Normal 100 mgdL
140 mgdL Pra-diabetes
100-125 mgdL 140-200 mgdL
Diabetes ≥126 mgdL
≥200 mgdL
2.2.4. Penatalaksanaan
Terapi farmakologi meliputi pengobatan dengan insulin atau dengan obat- obat hipoglikemia oral. Obat hanya perlu diberikan jika pengaturan diet secara
maksimal tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah. Penurunan berat badan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
merupakan tindakan yang sangat penting dalam pengendalian diabetes dan harus dilakukan secara intensif terlepas dari obat yang diberikan Handoko dan Suharto,
1995.
2.2.5 Terapi Insulin
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1. Pada DM Tipe I, sel-sel
β Langerhans kelenjar pankreas penderita rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai penggantinya, maka penderita DM Tipe
1 harus mendapat insulin eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita DM
Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30 ternyata memerlukan terapi insulin untuk kondisi tertentu Depkes RI, 2005.
Prinsip terapi insulin adalah sebagai berikut Depkes RI, 2005: a. Semua penderita DM Tipe 1 memerlukan insulin eksogen karena produksi
insulin endogen oleh sel-sel β kelenjar pankreas tidak ada atau hampir tidak
ada. b. Penderita DM Tipe 2 tertentu kemungkinan juga membutuhkan terapi insulin
apabila terapi lain yang diberikan tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
c. Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau stroke.
d. DM Gestasional dan penderita DM yang hamil membutuhkan terapi insulin. e. Penderita DM yang mendapat nutrisi parenteral atau yang memerlukan
suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, secara bertahap memerlukan insulin eksogen untuk mempertahankan kadar
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
glukosa darah mendekati normal selama periode resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin.
6. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat 7. Kontra indikasi atau alergi terhadap obat diabetes oral Depkes RI, 2005.
2.2.6 Terapi dengan Obat-Obat Hipoglikemik Oral