a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat, dan
evaluasinya. b.
Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai kebutuhan.
Keanggotaan PFT terdiri dari 8-15 orang. Semua anggota tersebut mempunyai hak suara yang sama. Pada rumah sakit umum besar, misalnya kelas A atau B, perlu dibentuk
suatu struktur organisasi PFT yang terdiri atas keanggotaan inti yang mempunyai hak suara sama, sebagai suatu tim pengarah dan pengambil keputusan. Anggota inti ini dibantu oleh
berbagai subpanitia yang dipimpin oleh salah seorang anggota inti. Anggota dalam subpanitia adalah dokter praktisi spesialis, apoteker spesialis informasi obat, apoteker spesialis farmasi
klinik, dan berbagai ahli sesuai dengan keahlian yang diperlukan dalam tiap subpanitia Siregar, 2004.
2.6 Formularium Rumah Sakit
Berdasarkan Kepmenkes No. 1197MENKESSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, formularium adalah himpunan obat yang diterima disetujui oleh
Komite Farmasi dan Terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada setiap batas waktu yang ditentukan dimana formularium harus mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi IPTEK. Penyusunan formularium rumah sakit merupakan tugas Komite Farmasi dan Terapi.
Adanya formularium diharapkan dapat menjadi pedoman para dokter staf medis fungsional dalam memberi pelayanan kepada pasien sehingga tercapai penggunaan obat yang efektif dan
efisien serta mempermudah upaya menata manajemen kefarmasian di rumah sakit Siregar dan Amalia, 2004.
Isi formularium terdiri atas: a.
Halaman judul
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
b. Daftar nama anggota PFT
c. Daftar isi
d. Informasi mengenai kebijakan dan prosedur di bidang obat
e. Produk obat yang diterima untuk digunakan
f. Lampiran
Kegunaan formularium di rumah sakit: a.
membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat di rumah sakit b.
sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar c.
memberi ratio manfaat yang tinggi dengan biaya yang minimal Siregar dan Amalia, 2004.
2.7 Rekam Medik
Menurut PerMenKes RI No.269MENKESPERIII2008 yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien Siregar dan Amalia, 2004.
Pemanfaatan rekam medik Depkes RI
b
, 2008 dapat dipakai sebagai: a.
pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien. b.
alat bukti dalam proses penegakan hukum, disiplin kedokteran dan kedokteran gigi dan penegakkan etika kedokteran dan etika kedokteran gigi.
c. keperluan pendidikan dan penelitian.
d. dasar pembayar biaya pelayanan kesehatan.
e. data statistik kesehatan.
2.8 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa
orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang
bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri Siregar, 2004.
Berdasarkan Kepmenkes No. 1197MENKESSKX2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, struktur organisasi instalasi farmasi rumah sakit mencakup
penyelenggaraan pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu.
2.8.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan Perbekalan Farmasi merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan Kepmenkes No.1197MENKESSKX2004. Tujuan kegiatan ini
adalah: a.
Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien b.
Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan c.
Meningkatkan kompetensikemampuan tenaga farmasi d.
Mewujudkan Sistem Informasi Manajemen berdaya guna dan tepat guna e.
Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
A. Pemilihan
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan
Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian.
B. Perencanaan
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman Perencanaan adalah: i.
DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, Ketentuan setempat yang berlaku.
ii. Data catatan medik
iii. Anggaran yang tersedia
iv. Penetapan prioritas
v. Siklus penyakit
vi. Sisa persediaan
vii. Data pemakaian periode yang lalu
viii. Rencana pengembangan
C. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui:
a. Pembelian:
i. Secara langsung dari pabrikdistributorpedagang besar farmasirekanan berdasarkan
kebutuhan obat yang diperlukan. b.
Produksi pembuatan sediaan farmasi:
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
i. Produksi Steril
ii. Produksi Non Steril
c. Sumbangandropinghibah
D. Produksi
Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria
obat yang diproduksi : i.
Sediaan farmasi dengan formula khusus ii.
Sediaan farmasi dengan harga murah iii.
Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil iv.
Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran v.
Sediaan farmasi untuk penelitian vi.
Sediaan nutrisi parenteral vii.
Rekonstruksi sediaan obat kanker
E. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan.
Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi: i.
Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa ii.
Barang harus bersumber dari distributor utama iii.
Harus mempunyai Material Safety Data Sheet MSDS iv.
Khusus untuk alat kesehatan kedokteran harus mempunyai certificate of origin v.
Expired date minimal 2 tahun
F. Penyimpanan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan:
i.
Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
ii.
Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
iii.
Mudah tidaknya meledakterbakar
iv.
Tahantidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi
sesuai kebutuhan.
G. Pendistribusian
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang
pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:
i. Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
ii. Metode sentralisasi atau desentralisasi
iii. Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi
Sistem distribusi obat harus menjamin pemberian obat, dosis, jumlah, dan cara penggunaan perbekalan farmasi yang tepat pada pasien yang tepat. Distribusi dapat dilakukan
melalui cara-cara berikut:
a. Resep perorangan individual prescription
Penyaluran perbekalan farmasi dengan sistem ini adalah berdasarkan resep yang diterima pasien, sehingga pasien menerima langsung perbekalan farmasi sesuai resep. Semua pasien
rawat jalan menerima perbekalan farmasi melalui resep perorangan, tetapi sebagian pasien rawat inap juga menerima resep perorangan. Sistem ini memungkinkan apoteker untuk
langsung mengkaji resep terlebih dahulu dan membuka kesempatan untuk berinteraksi antara
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
dokter, apoteker, perawat, dan pasien. Kekurangannya adalah jika obat berlebih, pasien tetap harus membayarnya dan perbekalan dapat terlambat sampai ke pasien.
b. Floor Stock