Pengkajian Waspada Efek Samping Rekomendasi untuk Dokter

pengukuran kadar gula darah pasien. Jadi, dosis pemberian insulin reguler pada pasien sudah tepat.

4.1.5 Pengkajian Waspada Efek Samping

Setiap obat memiliki efek samping dan interaksi obat yang tidak diinginkan dalam terapi sehingga pengkajian terhadap efek samping dan interaksi obat oleh apoteker menjadi sangat penting untuk membantu dalam mengoptimalkan terapi pasien. Efek samping dan interaksi obat dari obat yang digunakan dalam terapi dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Efek samping dan interaksi obat tanggal 30 April – 4 Mei 2012 Jenis Obat Efek Samping Interaksi obat Furosemid Hipotensi, serangan jantung, pusing, hipokalemia, hiokalemia, dermatitis Depkes RI, 2007 a. Obat-obat: Captopril + Furosemid : Kombinasi kaptopril atau inhibitor ACE lain dengan loop aman dan efektif, tetapi dosis pertama menyebabkan hipotensi pusing dan pingsan dapat terjadi, terutama jika dosis diuretik yang dan tinggi. Gangguan ginjal dan bahkan gagal ginjal akut telah dilaporkan Stockley, 2008. b. Captopril + insulin : Dapat meningkatkan terjadinya hipoglikemik. c. Obat- makanan: Konsentrasi furosemid menurun dengan adanya makanan.Hindari dong quai, efedra, yohimbe, ginsengmemperparah hipotensi, bawang putih dapat meningkatkan efek hipertensi, batasi penggunaan Novoravid Reaksi hipersensitivitas pada tempat penyuntikan, misalnya kemerahan kulit, pembengkakan, pruritis Pramudianto, 2011 Captopril Takikardia, hipotensi, sakit kepala, rhinitis, mual, batuk kering, hiperkalemia, hiponatremia Tatro, 2003 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA licorice Depkes RI, 2007. Captopril + Spironolakton dapat mengakibatkan hiperkalemia Tatro, 2003 Furosemide dan Spironolakton merupakan interaksi yang sinergis Mycek, 2001 Ambroksol Gangguan ringan pada saluran pencernaan dan reaksi alergi Depkes RI, 2007 Spironolakton Ginekomastia, pusing, kebingungan mental Tatro, 2003.

4.1.6 Rekomendasi untuk Dokter

Pada penanganan gagal jantung prinsip manajemen terapinya meliputi pengurangan beban kerja jantung, meningkatkan kinerja memompa jantung kontraktilitas, dan juga mengontrol penggunaan garam Andreoli, et. all., 1997. Pada gagal jantung kongestif, dalam jangka lama akan terjadi penebalan otot jantung hipertrofi yang akan memicu proses dekompensasi dan kematian sel jantung Harahap, 2009. Untuk mencegah UNIVERSITAS SUMATRA UTARA peningkatan kerusakan jantung dan menjaga kelangsungan hidup, perlu mengurangkan beban kerja jantung dengan penggunaan betabloker dan obat yang dapat meningkatkan kontraktilitas miokardial yaitu glikosida jantung. Penggunaan betabloker pada pasien gagal jantung kongestif telah terbukti dapat mengurangkan resiko angka kematian dan dapat mengontrol kecepatan ventrikel SIGN, 2007. Sedangkan penggunaan glikosida jantung digoksin pada gagal jantung dapat mengurangkan angka rawatan di rumah sakit dan mengurangkan gejalasimptom yang timbul. Dalam kasus ini, sebaiknya pasien diterapi dengan menggunakan betabloker dan glikosida jantung. Penggunaan insulin bersamaan dengan captopril dapat menyebabkan resiko terjadinya penurunan kadar gula darah sampai terjadi hipoglikemi, untuk itu perlu dipantau kadar gula darah, atau diganti captopril dengan golongan ACE lain. Perlu dilakukan segera tes BTA untuk memastikan diagnosa pasien terkena TB paru karena selama dirawat pasien mengalami tanda-tanda klinis penyakit TB paru antara lain pasien merasa sesak nafas, batuk dan nyeri pada dada kanan, berkeringat pada malam hari tanpa dipengaruhi aktivitas merupakan manifestasi klinis dari TB paru.

4.1.7 Rekomendasi untuk Perawat