Korban Kekerasan Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT 1. Pengertian

d. Tingkat masyarakat luas Faktor protektif antara lain stabilitas politik, pengendalian pemakaian senjata, dan promosi kesetaraan jender dan anti kekerasan Sofyan, 2006.

2.1.6. Korban Kekerasan

Menurut Ciciek 2005, berdasarkan kenyataan di seluruh dunia, yang menjadi korban KDRT berasal dari semua golongan masyarakat. Data dan fakta tentang para korban ini menunjukkan dengan gamblang bahwa semua perempuan dari berbagai lapisan sosial, golongan pekerjaan, suku, bangsa, budaya, agama maupun rentang usia telah tertimpa musibah kekerasan. Korban kekerasan tetap mencoba bertahan walaupun telah berulang kali menerima perlakuan kekerasan dari pasangan disebabkan oleh beberapa hal antara lain : 1. Takut pembalasan suami. Banyak istri diancam dengan penganiayaan yang lebih kejam, bahkan pembunuhan, jika mereka berupaya meninggalkan rumah tangga. Menurut laporan kepolisian, setengah dari istri yang berupaya meninggalkan perkawinan dibunuh oleh suaminya. 2. Tidak ada tempat berlindung Banyak istri bergantung secara ekonomi kepada suami, sehingga tidak ada pilihan lain kecuali mencoba bertahan dalam derita yang berkepanjangan. Universitas Sumatera Utara 3. Takut dicerca masyarakat Banyak perempuan takut dicap sebagai perempuan tidak baik karena diketahui sebagai korban kekerasan akibat didera suami. Sebagian tidak siap dengan status sosial sebagai janda, karena masyarakat menganggap rendah. 4. Rasa percaya diri yang rendah Akibat penganiayaan baik secara jasmani, rohani maupun seksual, istri seringkali merasa tidak berarti dan tidak percaya mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah. 5. Untuk kepentingan anak Istri khawatir anak-anaknya akan mengalami penderitaan yang lebih buruk jika berpisah dari ayah mereka. 6. Sebagian istri tetap mencintai suami mereka Mereka mendambakan berhentinya kekerasan, bukan putusnya perkawinan. Mereka berharap terus menerus agar suaminya berubah, menjadi baik kembali. 7. Mempertahankan perkawinan Banyak istri yang percaya perkawinan itu sesuatu yang luhur dan perceraian adalah sesuatu yang buruk sehingga harus dihindari. Mereka beranggapan bahwa lebih baik tetap menderita dalam perkawinan daripada bercerai karena tabu atau dilarang agama Ciciek, 2005. Secara psikologis seorang perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga akan menampilkan karakteristik seperti: berusaha meminimalkan kekerasan yang dialaminya, menyalahkan diri sendiri korban merasa sebagai Universitas Sumatera Utara penyebab terjadinya kekerasan yang dialami, dan ambivalensi dimana korban merasa bingung dengan suami dan beranggapan suami tidak ingin benar-benar melakukan kekerasan terhadap dirinya Poerwandari, 2000.

2.1.7. Akibat Kekerasan