ngompol, gelisah, gagap, sering menderita gangguan perut, sakit kepala, asma, kejam pada binatang, suka memukul teman, dan sebagainya Adiningsih, 2005.
2.3. Kerangka Berfikir
Tindakan kekerasan dalam rumah tangga terhadap istri merupakan salah satu bentuk kekerasan yang seringkali terjadi pada perempuan dan terjadi di balik pintu
tertutup. Tindakan ini seringkali dikaitkan dengan penyiksaan baik fisik maupun psikis yang dilakukan oleh orang yang mempunyai hubungan yang dekat. Tindak
kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga terjadi dikarenakan telah diyakini bahwa masyarakat atau budaya yang mendominasi saat ini adalah patriarkhi, dimana laki-
laki adalah superior dan perempuan inferior sehingga laki-laki dibenarkan untuk menguasai dan mengontrol perempuan.
Efek psikologis kekerasan atau penganiayaan suami bagi banyak perempuan atau istri lebih parah dibanding efek fisiknya. Rasa takut, cemas, letih,
kelainan stress post traumatic, serta gangguan makan dan tidur merupakan reaksi panjang dari tindak kekerasan. Namun, tidak jarang akibat tindak kekerasan
terhadap istri juga mengakibatkan kesehatan reproduksi terganggu secara biologis yang pada akhirnya meng-akibatkan terganggunya secara sosiologis. Istri yang
teraniaya sering mengisolasi diri dan menarik diri karena berusaha menyembunyikan bukti penganiayaan mereka.
Menurut undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga PKDRT, bentuk-bentuk kekerasan suami terhadap istri
Universitas Sumatera Utara
dalam rumah tangga yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikologisemosional, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi. Menurut Widyastuti 2009, banyak kasus terjadi
kekerasan psikis berupa makian, hinaan ungkapan verbal sering berkembang menjadi kekerasan fisik. Pada awalnya mungkin belum terjadi, tetapi ketidak-
sengajaan pria kemudian berlanjut pada tindakan kekerasan fisik secara nyata yang akan membuat istri menderita.
Dampak kekerasan rumah tangga pada kesehatan reproduksi ibu yaitu perempuan terganggu kesehatan reproduksinya bila pada saat tidak hamil maka dapat mengalami
gangguan menstruasi seperti menorrhagia, hipomenorrhagia atau metrorhagia bahkan wanita dapat mengalami menopause yang terjadi lebih awal, dapat mengalami penurunan
libido, ketidakmampuan mendapatkan orgasme, akibat tindak kekerasan yang dialaminya Sutrisminah, 2012. Sedangkan jika terjadi pada masa kehamilan dapat mengakibatkan
abortuskeguguran, abratio placentaari-ari terlepas dari rahim sebelum persalinan, persalinan prematur, janin mengalami kecacatan, kematian janin dalam kandungan
Nggelan, 2009. Kekerasan suami pada istri akan berdampak pada interaksi ibu dengan bayi
yang dilahirkannya. Dampak tersebut diawali pada masa bayi, dimana pada saat bayi lahir ibu mengalami perubahan fisik dan emosional, hal ini dapat mengakibatkan ibu
korban kekerasan pada saat hamil mengalami kesulitan menjalin hubungan atau berinteraksi dengan bayinya. Ibu juga dapat menjadi pelaku kekerasan pada bayinya
jika tidak dapat memperbaiki hubungan dengan suaminya. Hal tersebut juga akan menyebabkan kurangnya pemenuhan ASI bagi bayi akibat ibu tidak mau menyusui
Universitas Sumatera Utara
bayinya, bayi tidak terawat, ditelantarkan, dibuang bahkan ada yang secara sengaja dibunuh oleh ibunya sendiri Lowdermilk, 2000.
Gambar 2.2. Kerangka Teori Lowdermilk, 2000
Bentuk kekerasan menurut UU No. 232004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
PKDRT: 1.
Kekerasan fisik, 2.
Kekerasan psikologis emosional,
3. Kekerasan seksual, dan
4. Kekerasan ekonomi
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Suami pada istri
Kesehatan Reproduksi
Hamil Tidak Hamil
• gangguan menstruasi seperti menorrhagia,
hipomenorrhagia atau metrorhagia
• mengalami menopause dini,
• penurunan libido,
•
ketidakmampuan orgasme
Interaksi Ibu-bayi • abortuskeguguran,
• persalinan prematur, • janin mengalami
kecacatan, • kematian janin dalam
kandungan, • abratio placentaari-
ari terlepas dari rahim sebelum persalinan.
• • bayi ditelantarkan
child abuse • bayi dibuang
• bayi dibunuh oleh ibunya sendiri
• bayi tidak terawat, • bayi tidak diberi ASI
• Fisik : menganiaya, memukul, meninjau,
menampar, menjambak, menendang, mencubit,
menyiram, dan lain-lain.
• Psikologis : cacian, makian, hinaan, celaan, mengumpat,
membentuk, menuduh, dan lain-lain.
• Seksual: pemaksaan hubungan seksual.
• Ekonomi: mengawasi mengontrol penggunaan
keuangan, tidak memberi nafkah, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian