Penyebab KDRT Dra. Syarifah, M.S

5.5 Penyebab KDRT

Faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap istri berhubungan dengan kekuasaan suamiistri dan diskriminasi gender di masyarakat. Dalam masyarakat, suami memiliki otoritas, memiliki pengaruh terhadap istri dan anggota keluarga yang lain, suami juga berperan sebagai pembuat keputusan. Pembedaan peran dan posisi antara suami dan istri dalam masyarakat diturunkan secara kultural pada setiap generasi, bahkan diyakini sebagai ketentuan agama. Hal ini mengakibatkan suami ditempatkan sebagai orang yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi daripada istri. Kekuasaan suami terhadap istri juga dipengaruhi oleh penguasaan suami dalam sistem ekonomi, hal ini mengakibatkan masyarakat memandang pekerjaan suami lebih bernilai. Kenyataan juga menunjukkan bahwa kekerasan juga menimpa pada istri yang bekerja, karena keterlibatan istri dalam ekonomi tidak didukung oleh perubahan sistem dan kondisi sosial budaya, sehingga peran istri dalam kegiatan ekonomi masih dianggap sebagai kegiatan sampingan Heise, 1994. Adanya hubungan kekuasaan yang tidak seimbang antara suami dan istri. Anggapan bahwa suami lebih berkuasa dari pada istri telah terkonstruk sedemikian rupa dalam keluarga dan kultur serta struktur masyarakat. Bahwa istri adalah milik suami oleh karena harus melaksanakan segala yang diinginkan oleh yang memiliki. Hal ini menyebabkan suami menjadi merasa berkuasa dan akhirnya bersikap sewenang-wenang terhadap istrinya. Jika sudah demikian halnya maka ketimpangan hubungan kekuasaan antara suami dan istri akan selalu menjadi akar dari perilaku keras dalam rumah tangga Sutrisminah, 2012. Universitas Sumatera Utara Faktor kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan konflik merupakan faktor dominan ketiga dari kasus kekerasan dalam rumah tangga. Biasanya kekerasan ini dilakukan sebagai pelampiasan dari ketersinggungan, ataupun kekecewaan karena tidak dipenuhinya keinginan, kemudian dilakukan tindakan kekerasan dengan tujuan istri dapat memenuhi keinginannya dan tidak melakukan perlawanan. Hal ini didasari oleh anggapan bahwa jika perempuan rewel maka harus diperlakukan secara keras agar ia menjadi penurut. Anggapan di atas membuktikan bahwa suami sering menggunakan kelebihan fisiknya dalam menyelesaikan problem rumah tangganya. Penelitian Kisinky 2011 menemukan bahwa faktor yang menyebabkan subjek mengalami kekerasan dalam rumah tangga adalah setelah subjek mengalami keguguran, suami mulai bersikap kasar, mencaci-maki dan memukul saat sedang bertengkar. Hal lain yang menyebabkan terjadinya kekerasan yang dialami subjek adalah: permasalahan mengenai uang, cemburu, problem seksual, pertengkaran tentang anak, suami memiliki masalah di luar rumah, dan keputusan subjek untuk bekerja. Hal-hal tersebut yang memicu terjadinya pertengkaran antara subjek dan suami yang mengakibatkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga yang dialami subjek saat ini. Faktor-faktor tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tarigan, dkk 2001, mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan dalam perkawinan adalah: permasalahan mengenai uang, adanya rasa cemburu, permasalahan seksual, pertengkaran tentang anak, suami menganggur atau PHK, kehamilan, dan istri yang bekerja. Universitas Sumatera Utara Terkadang pula suami melakukan kekerasan terhadap istrinya karena merasa frustasi tidak bisa melakukan sesuatu yang semestinya menjadi tanggung jawabnya, misalnya dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Hal ini juga dialami oleh suami subjek 1 yang merasa tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, karena subjek 1 lah yang bekerja mencari nafkah. Sementara suaminya menjadi temperamental setelah di-PHK dari pekerjaannya di sebuah perusahaan. Penyebab kekerasan yang dilakukan oleh suami subjek 2 dan subjek 3 kadang disebabkan oleh hal-hal sepele, juga adanya perselingkuhan dengan wanita lain. Untuk menutupi perbuatannya, suami subjek 2 dan subjek 3 malah balik memarahi istrinya agar perbuatannya tersebut tidak diketahui.

5.6 Dampak Kekerasan pada Kesehatan Reproduksi