Tema VII : Dampak Psikologis Tema VIII : Interaksi Ibu dengan Bayi

Seperti halnya yang dialami oleh subjek 1 dan subjek 2, subjek 3 juga mengalami dampak pada kesehatan reproduksinya akibat kekerasan yang dilakukan oleh suaminya. Subjek 3 mengalami perubahan menstruasi setelah melahirkan, kadang menstruasi datang sebelum waktunya tetapi terkadang datang terlambat dengan jumlah darah yang banyak kadang sedikit. Berikut penuturan subjek 3. “Abis melahirkan ini, menstruasiku sering gak teratur bu, kadang lambat kadang cepat, gak bisa ditentukan lagi. Darahnya pun kadang banyak kadang sikit.” “Waktu belum hamil sih lancar bu, tapi setelah melahirkan ini kog jadi gitu” “Sering telat sekarang bu, gak tahu kenapa, dulu waktu belum hamil lancar kok, udah gitu darahnya kadang banyak, kadang dikit.”

4.4.7. Tema VII : Dampak Psikologis

Selain dampak pada kesehatan reproduksi, dampak psikologis yang dialami oleh subjek akibat kekerasan dalam rumah tangga oleh suaminya juga dikhawatirkan dapat mempengaruhi kejiwaannya. Subjek 1 mengatakan bahwa setelah mendapat perlakuan kasar dari suaminya, dirinya menangis di kamar, merasa menjadi orang yang tidak berguna, malas makan sehingga badan menjadi kurus, malas mandi, malas berdandan. Berikut penuturan subjek 1. “Aku nangis di kamar, aku merasa orang gak berguna, jadinya aku malas makan makanya aku kurus kali, jadi malas mandi, malas bersolek kalo di rumah.” Subjek 2 juga melakukan hal yang sama setelah dilakukan penganiayaan atau mendapat KDRT dari suaminya. Subjek 2 menangis di kamar, bersikap pasrah, Universitas Sumatera Utara menyesali mengapa sampai menikah dengan suaminya, memilih kabur ke rumah orangtuanya. Berikut penuturan subjek 2. “Paling aku nangis di kamar, pasrah, menyesali kenapa dulu aku menikah sama dia. Tapi kalau aku sudah gak tahan, aku lari ke rumah orang tuaku.” Dampak psikologis yang dirasakan oleh subjek 3 yaitu ketakutan menjadi depresi, melakukan percobaan bunuh diri. Berikut penuturan subjek 3. “Lama-lama aku depresi kalau gini terus, pernah juga aku mau bunuh diri, karena kurasa aku gak sanggup lagi, tapi kalau ingat anak di kandunganku aku gak tega, berarti aku membunuh 2 nyawa.”

4.4.8. Tema VIII : Interaksi Ibu dengan Bayi

Dampak yang dikhawatirkan terjadi pada bayi akibat perilaku kekerasan yang diterima ibu selama masa kehamilan yaitu ibu akan membenci anaknya karena merupakan darah daging dari orang yang selama ini telah menyiksanya. Subjek 1 mengatakan menyayangi anaknya karena merupakan darah dagingnya, tetapi kadang muncul rasa benci jika teringat suaminya. Jika bayinya menangis dielus, digendong, tetapi jika menangis tidak berhenti, subjek 1 kadang mencubitnya karena rasa kesal yang menyamakan sifat bayinya dengan sifat suaminya. Berikut ini penuturan subjek 1 tentang interaksi ibu dan bayi. “Ya sayang lah, namanya juga aku ibunya, dia anakku, darah dagingku.” “......Memang kadang timbul rasa benci saya liat dia kalau teringat bapaknya...” “ Kalau bayiku nangis ...ya aku suruh diam dia, kuelus-elus, ku gendong, tapi kadang kalo gak berhenti juga, aku cubit.. kesal kali aku, Universitas Sumatera Utara jadi aku teringat sama bapaknya... kadang kumarahi dia “kau sama saja sama bapak kau, bikin kesal aku aja...” Interaksi yang terjalin antara subjek 2 dan bayinya penuh kehangatan. Subjek 2 tidak menaruh dendam pada anaknya walaupun suaminya telah berlaku kasar pada dirinya. Interaksi ibu dan bayi terjalin dengan memandikan, menggendong, mengayun, mendiamkan jika menangis, memberi makan, memberi susu, membelainya jika ingin tidur. Jika anaknya sakit, dibawa ke bidan atau ke dokter. Subjek 2 tidak ingin mengaitkan perilaku suaminya dengan anaknya, dan berharap semoga perilaku kasar suaminya tidak menurun pada anaknya. Berikut penuturan subjek 2. “Ya gitulah.... mandiin, gendong, ngayun, kalo nangis didiemin, ngasih makan, bikin susunya....” “Sama sekali aku gak dendam sama anakku atau sama suamiku......” “Kalau dia sakit ya saya bawa ke bidan, kadang ke dokter. Aku gak mau mengaitkan anakku sama perilaku bapaknya. Semoga anakku sifatnya gak nurun bapaknya itu.” “Ya, kalau dia nangis aku langsung cepat ngangkatnya, kugendong, kuajak keluar rumah biar dia gak nangis lagi. Kubelai-belai biar diam atau biar tidur.” Berbeda dengan subjek 2, maka subjek 3 mencubit anaknya jika menangis dan tidak berhenti. Bahkan setelah dimarahi oleh suaminya, pelampiasannya ke anaknya. Subjek 3 merasa bahwa anaknya tersebut mempunyai perilaku yang sama dengan suaminya, apalagi wajah anaknya sangat mirip dengan wajah suaminya, sehingga jika anaknya rewel, subjek 3 melampiaskan pada anaknya. Jika anaknya menderita demam atau panas badannya, subjek 3 membawanya ke bidan, seperti ibu lainnya, Universitas Sumatera Utara subjek tiga berinteraksi dengan bayinya dengan menggendong, mengayun, mengganti celana jika buang air kecil. Berikut penuturan subjek 3. “Aku kadang gondok juga nengok anakku itu bu. Apalagi kalau nangis gak bisa diem...Pernah juga kucubit anakku itu saking palaknya aku. Kadang abis dimarahi suami itu aku lampiaskan juga ke dia... kayaknya dia itu kog nurun sama suamiku itu, wajahnya pun mirip kali.. jadi kadang gemes kali aku liat dia kalo rewel.” “Ya gitu bu, kadang kubiarin dia nangis, sampai dia diem sendiri. Habis, anakku itu kalo nangis susah diemnya, lama-lama diem sendiri terus tidur.” “Kalo panas badannya kubawa dia ke bidan....” “Ya seperti ibu lainnya, digendong, diayun, diganti celana kalo pipis.” Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN Kekerasan dalam rumah tangga KDRT merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan antara suami dan istri maupun orang tua dan anak. Kekerasan dalam rumah tangga merupakan segala bentuk tindak yang berakibat menyakiti secara fisik, psikologis psikis, seksual dan ekonomi, termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau keluarga. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tindakan kekerasan adalah tindakan kekerasan pada istri pada saat hamil yang meliputi kekerasan fisik, kekerasan psikologispsikis, kekerasan seksual, kekerasan ekonomi, penyebab terjadinya kekerasan dan dampak dari kekerasan dalam rumah tangga tersebut baik pada kesehatan reproduksi, dampak psikologis, maupun dampak terhadap interaksi ibu dan bayi yang dilahirkan. 5.1 Kekerasan Fisik Kekerasan fisik merupakan perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Perilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik rambut menjambak, menendang, menyudut dengan rokok, memukulmelukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya. Kekerasan terhadap fisik tidak saja berdampak pada fisik korban tetapi juga dampak psikis Sutrisminah, 2012. Universitas Sumatera Utara Kekerasan yang terjadi dapat menimbulkan dampak seperti: kekerasan fisik berakibat langsung dan dapat dilihat mata seperti cidera, luka, cacat pada tubuh dan atau kematian Hasanah, dkk 2003. Siklus kekerasan pada KDRT seringkali mempunyai pola tertentu. Tindak kekerasan oleh pelaku biasanya diawali dengan suasana emosi yang meninggi, misalnya memanggil nama pasangannya dengan suara keras, gelisah, tangan mengepal, membentuk, membanting pintu, dan berbagai perilaku yang memperlihatkan ancaman kekerasan. Selanjutnya diikuti dengan ledakan emosi dan luapan perilaku kekerasan bertubi-tubi, serangkaian pukulan, tendangan, jambakan, cekikan leher, disertai teriakan dan umpatan-umpatan kasar. Setelah korban tidak berdaya emosi pelaku mulai mereda, bahkan meminta maaf menyesali perbuatannya, mengungkapkan kata-kata manis panggilan sayang atau ungkapan cinta kasih, dan janji untuk tidak mengulangi kekasarannya. Pola perilaku kekerasan seperti ini yang menempatkan korban pada situasi yang sulit dan membingungkan Walker, 1982 dalam Dharmono, 2008. Kekerasan dalam rumah tangga seringkali menggunakan paksaan yang kasar untuk menciptakan hubungan kekuasaan di dalam keluarga, di mana perempuan diajarkan dan dikondisikan untuk menerima status yang rendah terhadap dirinya sendiri. KDRT seakan-akan menunjukkan bahwa perempuan lebih baik hidup di bawah belas kasih pria. Hal ini juga membuat pria, dengan harga diri yang rendah, menghancurkan perasaan perempuan dan martabatnya karena mereka merasa tidak Universitas Sumatera Utara mampu untuk mengatasi seorang perempuan yang dapat berpikir dan bertindak sebagai manusia yang bebas dengan pemikiran dirinya sendiri. Kekerasan umumnya dipahami menyangkut serangan fisik. Jadi tindakan kekerasan perbuatan yang menyebabkan cederalukamatikerusakan sangat dekat dengan perbuatan yang mengandung sifat penyiksaan torture dan pengenaan penderitaan atau rasa sakit yang sangat berat severe pain or suffering Arief, 2008. KDRT seringkali menggunakan paksaan yang kasar untuk menunjukkan hubungan kekuasaan di dalam keluarga, dimana wanita dikondisikan untuk menerima status yang rendah terhadap dirinya sendiri, di bawah kekuasaan pria sehingga terjadinya kekerasan secara fisik sebagai pelampiasan amarah seorang laki-laki pada perempuan. Hal ini juga membuat laki-laki, dengan harga diri yang rendah, menghancurkan perasaan perempuan dan martabatnya karena mereka merasa tidak mampu untuk mengatasi seorang wanita yang dapat berpikir dan bertindak sebagai manusia yang bebas dengan pemikiran dirinya sendiri. Hasil penelitian kekerasan pada istri di Aceh yang dilakukan oleh Flower 1998 mengidentifikasi dari 100 responden tersebut ada 76 orang merespon dan hasilnya 37 orang mengatakan pernah mengalami tindak kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan berupa psikologis 32 orang, kekerasan seksual 11 orang, kekerasan ekonomi 19 orang, kekerasan fisik 11 orang. Temuan lain sebagian responden tidak hanya mengalami satu kekerasan saja. Dari 37 responden, 20 responden mengalami labih dari satu kekerasan, biasanya dimulai dengan perbedaan pendapat antara istri korban dengan suami lalu muncul pernyataan-pernyataan yang Universitas Sumatera Utara menyakitkan korban, bila situasi semakin panas maka suami melakukan kekerasan fisik Keumalahayati, 2007. Kekerasan fisik berat, berupa penganiayaan berat seperti menendang; memukul, menyundut; melakukan percobaan pembunuhan atau pembunuhan dan semua perbuatan lain yang dapat mengakibatkan cedera berat, tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari, pingsan, luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan atau yang menimbulkan bahaya mati, kehilangan salah satu panca indera, mendapat cacat, menderita sakit lumpuh, terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih, gugurnya atau matinya kandungan seorang wanita, dan kematian korban. Kekerasan fisik ringan, berupa menampar, menjambak, mendorong, dan perbuatan lainnya yang mengakibatkan cedera ringan dan rasa sakit dan luka fisik yang tidak masuk dalam kategori berat. Jika kekerasan fisik ringan dilakukan berulang-ulang repetisi, maka dapat dimasukkan ke dalam kekerasan fisik berat. Pada beberapa kasus, tujuan atau niat pelaku dalam tindak pidana KDRT tidak semata-mata untuk melukai tubuh atau menghilangkan nyawa korban, tetapi lebih pada kehendak pelaku untuk mengontrol perempuan sebagai korban agar tetap ditempatkan dalam posisi di bawah. Seperti halnya yang terjadi pada subjek 1 yang bekerja pada suatu perusahaan sehingga sebagian besar waktunya dihabiskan di tempat kerja. Peran ganda sebagai wanita karier menyebabkan mereka harus pandai- pandai membagi waktu dan tenaga dengan sebaik-baiknya, namun demikian Universitas Sumatera Utara seringkali pekerjaan domestik rumah tangga menjadi terbengkalai mulai dari memasak, merawat anak, melayani suami, sampai pada urusan-urusan kecil mencuci piring, pakaian, dan menyapu. Bagi pasangannya yang dapat memahami dan memaklumi mungkin keadaan ini tidak menjadi masalah, tetapi sebagian dari mereka menganggap suatu masalah, sehingga tidak jarang berujung pada pertengkaran kecil menjadi besar sampai pada kekerasan fisik. Bentuk kekerasan fisik yang diterima subjek penelitian ini bermacam-macam. Subjek 1 mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya seperti didorong, ditampar, dipukul punggungnya sampai jatuh, dijambak sehingga berdampak pada luka dan memar pada bekas pukulan. Subjek 2 mendapatkan kekerasan seperti tamparan, menekan perut saat hamil, dipukul, dijambak, ditinju, dan diludahi sehingga berdampak pada memar pada pipi kiri dan kanan, mulut mengeluarkan darah segar Sedangkan subjek 3 mendapatkan kekerasan yaitu ditampar, ditinju kepalanya, dipukul, ditunjang, didorong kepalanya ke tempat tidur, disundut rokok sehingga ada bekas sundutan rokok tersebut pada lengan dan paha sebelah kirinya. Bentuk-bentuk kekerasan tersebut mengakibatkan luka, lebam, rasa sesak di dada, rasa sakit pada bekas pukulan, pada tubuh istri. Kekerasan fisik yang dilakukan suami pada istri selain untuk pelampiasan atas kekesalan maupun kemarahan dalam diri suami juga sebagai cara untuk menunjukkan bahwa suami memiliki kekuasaan atas istri sehingga istri harus tunduk dan patuh pada suami. Universitas Sumatera Utara

5.2 Kekerasan Psikologis