Kasus 2 Pengalaman dengan Subjek .1 Kasus 1

Berkaitan dengan kebutuhan bayi maka yang membelikannya adalah Ro sendiri. Suaminya tidak memiliki pekerjaan yang tetap, sehingga penghasilannya juga tdak tetap, kalaupun ada pekerjaan hasilnya tidak nampak karena lebih banyak uangnya digunakan suaminya tersebut untuk bermain judi dan berfoya-foya dengan teman-temannya di warung tuak. Jika bayi mengalami demam atau sakit, Ro membawanya ke bidan atau ke dokter. Suaminya tidak peduli dengan anaknya, yang diketahuinya bahwa anaknya tersebut sehat terus. Suaminya tersebut seringkali bangunnya siang hari, sore sampai malam pergi entah kemana, pulangnya besok paginya. Makanya Ro menjadi stres dan depresi jika terus memikirkan suaminya tersebut. Ro tidak berharap banyak dengan pernikahannya tersebut, yang diinginkannya bahwa suaminya tersebut bisa berubah seperti pada awal-awal pernikahan mereka.

4.3.2. Kasus 2

Subjek kedua adalah Ds, merupakan anak ke 2 dari 4 orang bersaudara yang lahir di Tanjung Balai dan sekarang menetap di Kota Kisaran. Saat ini, Ds, bekerja sebagai Honorer di Kantor Kelurahan. Ds bertubuh kurus memiliki tinggi 158 cm dengan berat badan 47 kg. Pertama kali bertemu, Ds mengenakan celana rok dengan tampilan rambut sebahu, wajah tanpa riasan dengan tampilan yang kurang rapi. Terdapat beberapa rambut putih uban di kepalanya yang tampak seperti disembunyikannya dengan menggunakan topi. Pada dahi Ds, terlihat kerut-kerutan seperti banyak berfikir, dan cenderung pendiam. Ds membina keluarga dengan Universitas Sumatera Utara suaminya, So, sejak 2 tahun lalu, dan saat ini telah dikaruniai seorang anak perempuan. Ds, adalah teman dari Ro subjek 1. Awalnya sulit membuka pembicaraan tentang kekerasan yang dilakukan oleh suami Ds, karena Ds tertutup. Dengan kesabaran dan bantuan dari Ro subjek 1 akhirnya Ds lebih terbuka dan mau menceritakan sedikit demi sedikit pengalaman hidupnya dengan suaminya tersebut. Ds menyatakan keheranannya kenapa suaminya tersebut sekarang berubah menjadi kasar dan mudah marah. Kejadiannya bermula ketika suatu hari Ds membicarakan masalah rumah tangga yaitu Ds meminta uang belanja pada suaminya. Suami Ds adalah seorang sales di sebuah toko di Kisaran. Karena uang yang diberikan suaminya kemarin habis untuk belanja, hari itu Ds meminta kembali pada suaminya, tetapi suaminya menjawab “yang kau pikirnya aku gudang duit, semalam sudah kukasih kok minta lagi ini?”. Padahal uang yang diberikan telah habis untuk membeli kebutuhan sehari- hari dan susu bayi. Dengan emosi, suaminya langsung menampar pipi kirinya 2 kali sambil membentak “Kemana kau buat duit itu hah... dasar perempuan jalang....kau pikir gampang cari duit. Ini duit...ini duit kau rasakan hah” bukannya dikasih uang, pipi kanannya ditampar lagi, setelah itu Ds dijambak hingga terjatuh. Ds menjerit dan berlari meminta tolong, Ds merasakan tidak saja sakit tubuhnya terlebih lagi sakit hatinya. Pada saat kejadian tersebut, Ds sedang hamil 5 bulan dan terus saja terjadi. Setelah kejadian tersebut suaminya mengusir Ds pergi dari rumah, sedang kondisi Ds mengalami memar pada pipi kiri dan kanan, mulut mengeluarkan darah segar. Pada Universitas Sumatera Utara saat kejadian tersebut, karena emosinya tidak disengaja suaminya menekan perut Ds. Ds merasakan sakit yang luar biasa. Karena ketakutan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada kandungannya, Ds pun memeriksa kandungannya ke bidan, syukurlah menurut bidan tidak terjadi hal-hal yang membahayakan janinnya. Ds takut kalau terjadi keguguran pada kehamilan 5 bulan tersebut. Dalam hubungan seksual, suami Ds juga seringkali memaksa, padahal kadang kondisi Ds kurang sehat. Di sisi lain sebagai seorang istri harus memenuhi kewajibannya melayani suami. Seringkali pada tengah malam suami Ds meminta berhubungan intim, sedangkan Ds sangat capek dan mengantuk. Selain itu, suaminya juga melakukan hubungan intim secara kasar, sehingga Ds tidak merasakan kenikmatan dalam melakukan hubungan seks melainkan hanya rasa sakit. Berkaitan dengan masalah kesehatan reproduksi, Ds mengatakan bahwa sebelum hamil dulu menstruasinya lancar, tetapi setelah melahirkan menstruasi menjadi tidak teratur, lebih sering datang terlambat. Kebiasaan suami Ds dalam melakukan hubungan seks yaitu dengan menonton video porno terlebih dahulu. Jika diingatkan oleh Ds jangan terlalu sering menonton video porno, suaminya malah marah dan membentak Ds dengan mengatakan “Kenapa rupanya? Angek kau, dari pada aku kemana-mana lebih baik aku nonton itu ngerti kau... kau pun kalau disuruh ngelayani banyak kali alasan... dasar perempuan gak guna”. Setelah menceritakan hal itu, Ds tiba-tiba ingin cepat pulang karena takut suaminya mencarinya. Ds berjanji dan bersedia akan menceritakan kisahnya tentang Universitas Sumatera Utara perilaku suaminya dan interaksi dirinya dengan bayinya pada peneliti dengan memberi nomor telepon genggam dan 2 hari kemudian bertemu kembali. Pada tanggal 15 April 2014, peneliti bertemu kembali dengan Ds di Kafe Mawar Kisaran. Setelah menyampaikan salam, peneliti menanyakan kesediaan Ds untuk berbagi kisahnya dan awal pertemuannya dengan suaminya tersebut. Menurut Ds, suaminya tersebut adalah kakak kelasnya di SMA 1 Kisaran. Mereka berpacaran ± 3 tahun. Setelah tamat sekolah, Ds bekerja sebagai honorer di kelurahan. Setelah itu, Ds menikah dengan suaminya karena sudah dianggap sama-sama cocok. Menurut Ds, suaminya mulai berubah setelah kehamilan anaknya yang pertama. Suaminya mulai acuh tak acuh. Bukannya bertambah sayang dengan dirinya dan janin yang di kandungnya tetapi sikapnya malah berubah menjadi kasar. Jika Ds menanyakan mengapa dirinya seringkali pulang malam, jawaban ketus dan kasar yang diterima dari suaminya tersebut dengan mengatakan bahwa dirinya bekerja, bukan melonte berhubungan seks dengan PSK. Seringkali mereka tidak bertegur sapa walaupun tinggal dalam satu rumah. Kata-kata kasar seringkali diterima Ds dari suaminya jika dia meminta uang dan kadang tidak dikasih, atau jika dikasih tetapi sedikit tidak cukup untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Dengan seenaknya suaminya mengatakan “diamlah kau fukimak, sibuk kali kau sama kerjaku, yang penting kan kau kukasih uang belanja”. Betapa Ds merasakan sakit hati yang teramat sangat. Pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan, suaminya juga seringkali tidak mau mengantar, hanya kadang-kadang saja mau mengantarnya. Tetapi jika tidak mau, Universitas Sumatera Utara hanya kemarahan yang diterima Ds dengan menyuruh Ds pergi sendiri, karena rumah bidan dekat. Berbeda sekali dengan masa pacaran dahulu yang begitu menunjukkan rasa kasih sayang, tetapi sekarang acuh tak acuh. Ds tidak tahu mengapa suaminya menjadi berubah seperti itu, tetapi dirinya mencurigai ada perempuan lain, mungkin saja suaminya tersebut selingkuh tetapi dirinya tidak mau menuduh karena belum ada bukti. Pernah ada tetangganya yang menyampaikan pernah melihat suaminya berboncengan dengan perempuan muda. Ds pernah menanyakan hal tersebut langsung pada suaminya, tetapi setiap kali ditanya, suaminya malah marah-marah dan membentuk-bentak dan mengatakan “kau pikir aku kerja ini melonte ya....gak kau tengok aku capek tiap hari pigi kerja” setelah itu dia meninju muka dan meludahi Ds. Dampaknya muka Ds menjadi lebam-lebam, sehingga kalau keluar rumah mesti menutupi wajahnya dengan menggunakan bedak yang tebal agar orang lain tidak mengetahuinya. Ds pernah melaporkan perbuatan suaminya tersebut pada keluarganya, dan didamaikan, diberi nasehat, tapi suaminya tetap seperti itu, baik sebentar setelah itu kasar lagi. Ds tidak melaporkan suaminya ke polisi karena malu, jika terbongkar bahwa rumah tangganya berantakan. Ds mengatakan biarlah dirinya sendiri yang merasakan hal tersebut. Biasanya setelah mendapat perlakuan kasar dari suaminya, Ds menangis di kamar, pasrah, menyesali mengapa dulu menikah dengan suaminya tersebut. Tetapi jika sudah tidak tahan, Ds lari ke rumah orang tuanya, karena menurutnya tempat orang tua adalah yang paling aman. Biasanya setelah 3 hari atau 4 hari suaminya baru menjemput dan berjanji tidak akan berbuat lagi tetapi hal tersebut Universitas Sumatera Utara selalu berulang terjadi. Ds merasa lama-lama dirinya bisa depresi dan stres, dan pernah juga Ds ingin bunuh diri karena tidak sanggup lagi, tetapi jika mengingat bahwa dirinya sedang mengandung maka timbul rasa tidak tega, berarti dirinya akan membunuh 2 nyawa. Selain menyiksa fisik, suami Ds sekarang ini lebih banyak menyiksa dengan kata-kata kasar, mungkin agar orang lain tidak tahu karena kalau siksaan fisik dapat dilihat orang lain, tetapi siksaan psikologis orang lain tidak tahu. Tetapi menurut Ds, siksaan psikologis dengan kata-kata kasar lebih menyakitkan. Suami Ds menyiksa psikologis Ds dengan mencaci, memaki, menghina, dan menuduh tanpa bukti. Ds dituduh berselingkuh, dan diancam kalau sampai melaporkan perbuatannya pada orang tua atau mertuanya. Saat peneliti menanyakan mengapa dirinya tidak membalas perlakuan kasar suaminya, Ds mengatakan biar Tuhan yang membalasnya. Ds tetap berharap suaminya akan berubah seiring dengan lahirnya anak mereka, karena mereka mengenalnya sejak SMA, sehingga sudah tahu sifatnya. Dirinya hanya berdoa semoga suaminya sadar dan kembali seperti dulu. Kehidupan ekonomi keluarga Ds kurang terlalu baik. Sebenarnya kalau lagi mendapat bonus, mereka dapat membeli barang-barang yang diinginkan, tetapi jika tidak mendapat bonus gajinya tidak cukup untuk membeli keperluan sehari-hari, belum lagi untuk membeli susu bayi. Ds merasa heran, mengapa sudah hampir 6 bulan lebih, suaminya tidak mendapat bonus. Dirinya curiga bahwa uang yang diperolehnya diberikan pada selingkuhannya. Universitas Sumatera Utara Dalam hubungan intim, suami Ds seringkali memaksa, padahal kondisi Ds dengan perut membesar. Terkadang saat dirinya lelah, mengantuk, suaminya meminta dia melayani. Seringkali Ds merasa sakit pada perutnya setelah melakukan hubungan intim dengan suaminya. Saat melahirkan, peran suaminya juga tidak ada. Pendamping persalinan adalah ibu kandung dan mertua perempuannya. Suaminya ketika itu sedang keluar kota. Kelahiran bayinya adalah prematur belum genap 8 bulan, sehingga suaminya juga tidak tahu bahwa istrinya akan melahirkan. Ds mengatakan bahwa dirinya merasa sayang pada bayinya. Dirinya yang merawat setelah merasa sehat dan setelah ibu dan mertua perempuannya tidak lagi membantu di rumahnya. Jika ada hal yang tidak diketahui maka dirinya menelepon ibunya, maklumlah bahwa ini adalah anak pertamanya sehingga dirinya kurang paham dalam perawatan bayi. Ketika ditanya apakah Ds memberi ASI pada bayinya, Ds mengatakan tidak memberi ASI pada bayinya karena dari pertama kali melahirkan ASInya tidak keluar, sehingga bayi diberi susu botol, dan diberi makan nasi tim atau biskuit. Upaya yang dilakukan agar ASInya lancar, Ds disuruh makan dengan sayur daun katuk oleh ibunya tetapi karena dirinya tidak suka rasa sayur daun katuk tersebut, hal tersebut tidak dilakukannya. Perhatian Ds pada bayinya dengan merawat bayinya dengan sepenuh hati, dengan memandikan, menggendong, mengayunkan jika akan tidur, jika bayi Universitas Sumatera Utara menangis diusahakan agar cepat diam, memberi makan, membuat susu, dan lain-lain. Sementara suaminya kadang nampak peduli pada bayinya kadang tidak, pada hari libur waktunya hanya digunakan untuk melihat orang main catur di warung dibandingkan menggendong atau merawat bayinya. Ds mengatakan sama sekali tidak dendam pada anaknya karena anaknya tersebut adalah darah daging suaminya yang selama ini selalu dan sering bertindak kasar padanya. Ds mengatakan menyayangi mereka baik suaminya maupun anaknya, kadang suaminya tersebut lembut, tapi kadang jika stres suka berlaku kasar, mungkin disebabkan oleh pekerjaan, selingkuh atau masalah yang lain, Ds kurang mengetahuinya, karena suaminya tidak terbuka. Ds merawat bayinya siang malam, jika sakit bayinya dibawa ke bidan atau ke dokter. Dirinya tidak mau mengaitkan perilaku kasar suaminya dengan anaknya. Ds berharap sifat kasar suaminya tidak menurun pada anaknya. Jika bayinya menangis, Ds segera mengangkatnya, menggendongnya mengajak keluar rumah agar tidak menangis lagi, membelainya sampai bayinya tertidur. Jika sedang kesal dengan suaminya, Ds tidak mau melampiaskan kekesalan tersebut pada anaknya. Ds mengatakan dia sangat bersyukur karena diberi bayi yang lucu oleh Tuhan, walaupun anaknya lahir prematur tetapi Ds berjanji akan merawatnya dengan sepenuh hati. Anaknya tersebut yang membuat dirinya menjadi lebih tabah, kuat, karena anaknya tersebut sangat lucu. Universitas Sumatera Utara

4.3.3 Kasus 3