KDRT pada Ibu Hamil

tertentu obat-obatan dan alkohol, kecemasan, percobaan bunuh diri, keadaan pasca trauma dan rendahnya kepercayaan diri Sutrisminah, 2012.

2.1.9. KDRT pada Ibu Hamil

Di seluruh dunia satu diantara empat perempuan hamil mengalami kekerasan fisik dan seksual oleh pasangannya. Pada saat hamil, dapat terjadi keguguran abortus, persalinan imatur dan bayi meninggal dalam rahim. Pada saat bersalin, perempuan akan mengalami penyulit persalinan seperti hilangnya kontraksi uterus, persalinan lama, persalinan dengan alat bahkan pembedahan. Hasil dari kehamilan dapat melahirkan bayi dengan BBLR, terbelakang mental, bayi lahir cacat fisik atau bayi lahir mati Sutrisminah, 2012. Kekerasan dalam rumah tangga KDRT merupakan penyebab penting yang menyebabkan kesakitan atau kematian pada wanita selama kehamilan. Banyak orang berpikir bahwa kekerasan akan berakhir jika seorang wanita dalam keadaan hamil. Penelitian menunjukkan bahwa kehamilan dapat memperburuk tingkat kekerasan. Suatu hal yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana pasangan suami akan memperlakukan calon anak jika mereka sudah memperlakukan istri dengan buruk Jennifer, 2008. Kekerasan selama kehamilan juga dapat terjadi akibat peningkatan stres yang dialami oleh pria. Stres ini disebabkan oleh perasaan meningkatnya tanggungjawab materi yang harus dipenuhi nantinya, yang akhirnya mengharuskan pria menambah pemasukan atau bekerja lebih. Stress juga terjadi akibat pasangan belum siap menjadi seorang ayah, dan pria lebih enggan mencari bantuan untuk mengatasi stres atau Universitas Sumatera Utara kebutuhan emosional daripada wanita sehingga menimbulkan stres yang berkepanjangan Condon, 2004 dalam O’Reilly, 2007. Jenis kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suami pada istri saat mengalami kehamilan adalah sebagai berikut: 1. Kekerasan fisik Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa penganiayaan fisik ibu hamil dengan bentuk yang bermacam-macam yaitu dengan cara melukai, menyiksa, menganiaya ibu hamil menggunakan anggota tubuh pelaku tangan atau kaki mulai dari pukulan, jambakan rambut, cubitan, mendorong secara kasar, penginjakan, pelemparan, cekikan, tamparan, tendangan, sampai penyiksaan dengan menggunakan alat seperti pentungan, gagang sapu, pisau, ban mobil, setrika, sundutan rokok, siraman air keras, dan lain-lain. Tindakan tersebut dapat mengakibatkan rasa sakit, luka ringan sampai luka berat, kecacatan, mengalami komplikasi kehamilan, kerusakan pada daerah alat kelamin istri, keguguran, pendarahan, bahkan ibu hamil dapat meninggal dunia. 2. Kekerasan psikologis Tindakan kekerasan yang dilakukan dengan menyerang wilayah psikologis korban, bertujuan untuk merendahkan harga diri seorang istri baik melalui kata- kata maupun perbuatan seperti mengumpat, membentak dengan kata-kata kasar, menghina, mengancam. Tindakan tersebut mengakibatkan ibu hamil menjadi ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, ibu hamil mengalami depresi, stres, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan penderitaan psikis berat pada ibu hamil. Universitas Sumatera Utara 3. Kekerasan seksual Penganiayaan atau penyerangan seksual oleh suami pada istri yang sedang hamil dengan cara memaksa hubungan seksual pada saat ibu hamil tidak menginginkan berhubungan seksual dengan suami. Suami memaksa dengan mengancam istri pada saat hamil terutama pada saat hamil trimester II atau III agar mau melayani kebutuhan seksual suami setiap saat. Kekerasan seksual dengan pemaksaan seringkali hanya memuaskan suami sedangkan istri lebih banyak mengalami penderitaan dengan kondisi perut yang membesar. 4. Kekerasan sosial dan ekonomi Tindakan kekerasan dilakukan oleh suami dengan cara membuat istri tergantung secara ekonomi selama kehamilan, atau suami tidak memberikan nafkah lahiriah kepada istri yang sedang hamil, tidak memberikan kebutuhan selama ibu hamil seperti susu ibu hamil, makanan yang bergizi bagi ibu hamil, suami mengontrol atau mengawasi penggunaan uang oleh istri selama kehamilan, suami membatasi pengeluaran yang wajib dibeli setiap bulan, mengisolasi istri dari kehidupan sosial masyarakat karena suami takut perbuatannya terbongkar oleh orang lain, melarang istri mengikuti kegiatan-kegiatan kemasyarakatan di lingkungan rumah, suami tidak mendukung atau melarang istri untuk melakukan pemeriksaan selama kehamilan ke tenaga kesehatan, menelantarkan istri dengan tidak mencukupi kebutuhan ibu selama kehamilan. Universitas Sumatera Utara

2.2. Interaksi Ibu Korban KDRT dengan Bayi yang Dilahirkan