Tahap Rekonstruksi Kerangka Teori

Fase rehabilitasi seperti membuka posko pusat krisis, mengambil alih pengasuhan anak-anak korban bencana, menyediakan sarana dan prasarana hiburan bagi korban bencana yang masih hidup. 31

3. Tahap Rekonstruksi

Dengan demikian, rehabilitasi dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengembalikan kemampuan baik kondisi fisik, psikis, maupun kondisi sosial masyarakat pasca terjadinya bencana melalui perbaikan-perbaikan dan pelayanan- pelayanan sosial. Kegiatannya meliputi perbaikan rumah, fasilitas umum dan fasilitas sosial, pemulihan trauma pasca bencana dan mulai menghidupkan kembali roda perekonomian. Tahap ini bertujuan membangun kembali daerah bencana dengan melibatkan semua masyarakat, perwakilan lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Pembangunan prasarana dan sarana haruslah dimulai dari sejak selesainya penyesuaian tata ruang apabila diperlukan di tingkat kabupaten terutama di wilayah rawan gempa daerah patahan aktif. Sasaran utama dari tahap ini adalah terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan wilayah bencana. Rekonstruksi yaitu kegiatan perbaikan dan perfungsian kembali, baik kondisi fisik maupun kondisi sosial masyarakat yang tertimpa bencana. Meliputi: a. Bersifat fisik, misalnya pembangunan kembali seperti semula semua rumah penduduk, gedung sekolah, tempat ibadah, dan jalan yang putus ataupun jembatan yang rusak. 31 Arifin, “Studi Model Kebijakan Mitigasi Difabel Korban Bencana Alam Studi Kasus di Kabupaten Bantul, Yogyakarta”. Volume 6 Nomor 1 Maret 2008, hlm. 30. Universitas Sumatera Utara b. Bersifat non fisik, yaitu kegiatan yang bersifat penyembuhan mental psikologis para korban bencana. Misalnya bimbingan kerohanian dan penyelenggaraan konsultasi. 32 Rekonstruksi menurut UU No. 24 Tahun 2007 adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. Tindakan rekonstruksi menurut UU No. 24 Tahun 2007, dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi antara lain: a. Pembangunan kembali prasarana dan sarana; b. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; c. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat; d. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana; e. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat; f. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; g. Peningkatan fungsi pelayanan publik; dan h. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. 32 Warto, 2003. Ujicoba Pola Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Alam pada Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: B2P3KS. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, rekonstruksi dapat diartikan sebagai suatu upaya pemulihan secara menyeluruh baik kondisi fisik maupun kondisi sosial masyarakat yang tertimpa bencana melalui program jangka menengah dan jangka panjang dengan sasaran utama yaitu tumbuh dan berkembangnya segala aspek kehidupan bermasyarakat yang sama atau lebih baik dari sebelumnya. Gambar 1.1 SIKLUS PENCEGAHAN DAN PENANGANAN BENCANA UU No. 24 Tahun 2007 REHABILITASI REKONSTRUKSI TANGGAP DARURAT KESIAPSIAGAAN Universitas Sumatera Utara

I.7 Defenisi Konsep