Tumpang Tindih dan Buruknya Pendataan

fasilitator sesungguhnya telah digaji oleh Negara untuk melayani masyarakat. Jadi sangat tidak etis jika mereka masih juga meminta imbalan kepada masyarakat. Menurut peneliti hal ini sangat bertentangan dengan Peraturan Kepala BNPB No. 11 Tahun 2008, karena pada dasarnya BPBD selaku Pemerintah selain memberikan bantuan dana, juga memberikan bantuan sumber daya pendampingan, maka tidak layak dan tidak pantas jika Fasilitator masih meminta imbalan kepada masyarakat, walaupun jumlah mereka dalam sangat minim berbanding dengan jumlah tanggungjawab yang mereka emban. Dalam teori implementasi oleh Edward III menyebutkan bahwa komitmen, kejujuran, dan sifat yang demokratis sangat mempengaruhi efektivitas implementasi kebijakan. Ini yang terlihat tidak tampak dari beberapa oknum fasilitator yang membawahi pokmas yang telah peneliti wawancarai, sehingga masyarakat dengan segala keterbatasan pengetahuan dan pengalamannya terpaksa mengikuti arahan dari fasilitator tersebut, walaupun hal itu secara tidak langsung sudah merugikan mereka.

5. Tumpang Tindih dan Buruknya Pendataan

Masalah tumpang tindih data juga merupakan kendala yang sering Pemerintah hadapi di lapangan, seperti penyelewengan jenis kerusakan, pemanipulasian data di tingkat bawah seperti hasil dari wawancara yaitu maraknya oknum Reje memecah KK dengan anaknya sesaat pasca bencana terjadi, sehingga Reje dan anaknya yang sebelumnya satu rumah, bisa Universitas Sumatera Utara mendapatkan dua dana bantuan. Hal tersebut menyebabkan kacaunya proses pendataan dan transparansi data di tingkat paling dasar. Proses manipulasi data tentang siapa yang berhak menerima dana bantuan juga sangat dipengaruhi oleh faktor kekuasaan di wilayah kampung, terlihat seperti oknum Reje di Kampung Pinangan yang memanipulasi data korban bencana, sehingga masyarakat yang seharusnya mendapatkan dana bantuan, menjadi tidak dapat, karena dialihkan pada masyarakat lain. Sejalan dengan banyaknya masalah dan buruknya pendataan tersebut, kemudian Kasi Rehabilitasi memberikan pernyataan bahwa hal-hal demikian secara berkesinambungan terus dibenahi dan dikoreksi secara tegas oleh BPBD, dimana oknum-oknum Reje yang telah melakukan tindakan melanggar hukum kemudian akan ditindaklanjuti dan mengevaluasi prosesnya oleh bantuan badan- badan penegak hukum di daerah seperti Kepolisian, dan Kejaksaan. Lembaga informasi juga memiliki bantuan yang sangat penting guna meningkatkan proses good governance seperti Wartawan, LSM, dan lain-lain. Kendala Yang Dihadapi Masyarakat Pelaksanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi pada perbaikan di sektor perumahan dan permukiman secara umum telah berjalangan dengan baik pada proses implementasinya di masyarakat, sebab masyarakat sangat merasakan manfaat program ini, apalagi bantuan tersebut berupa bantuan tunai dalam berbentuk uang, sehingga masyarakat bisa secara langsung mengontrol proses Universitas Sumatera Utara pembangunan rumahnya. Namun ada beberapa kendala yang dihadapi masyarakat dalam pelaksanaannya, yakni:

a. Pencairan Dana Bantuan Perumahan Yang Tidak Tepat Waktu