Pencairan Tahap Kedua APBN 30 Pencairan Tahap Ketiga APBN 30 Pencairan Tahap Kedua APBA 40

3. Pencairan Tahap Kedua APBN 30

Pencairan tahap kedua APBN dicairkan selang 5 hari setelah dana APBA tahap pertama dicairkan, yaitu bertepatan pada bulan Juli 2014 sebesar Rp. 12.000.000,-. Kemudian dilakukan pemotongan untuk setiap pengurus dan anggota untuk biaya administrasi dan kas pokmas sebesar Rp. 500.000,-. 90

4. Pencairan Tahap Ketiga APBN 30

Untuk pencairan tahap ketiga dari APBN, syarat yang dipenuhi masih sama yaitu LPJ, faktur bon belanja bahan bangunan, dan kondisi fisik bangunan yang telah menyelesaikan pembangunan dinding dan atap, jumlah dana yang cair senilai Rp. 10.000.000,-, seharusnya dana yang dicairkan adalah Rp. 12.000.000,- namun Rp. 2.000.000,- pencairannya ditahan sebagai jaminan penutupan rekening dan pertanggungjawaban pembuatan RAB dan lain-lain. Dana tahap ketiga dilakukan pemotongan senilai Rp. 400.000,- untuk biaya pembukuan. Total dana yang sudah diterima kurang lebih senilai Rp. 50.000.000,-. Dana tersebut untuk pembuatan rumah nyatanya tidak cukup memenuhi, sehingga masyarakat masih menambahkan dana pribadi untuk menutupi kekurangannya. 91

5. Pencairan Tahap Kedua APBA 40

Dan untuk sisa dana yang belum cair sampai saat ini berjumlah Rp.7.500.000,-. 92 dan sisa dana yang belum dicairkan dari rekening berjumlah Rp.7.200.000,- 93 90 Wawancara dengan Misdianto, Rusak Berat, Kampung Persiapan Pilar 01102014 91 Wawancara dengan Misdianto, Rusak Berat, Kampung Persiapan Pilar 01102014 92 Wawancara dengan Siswo Kusmono, Rusak Berat, Kampung Jerata 17092014 93 Wawancara dengan Subandi, Rusak Berat, Kampung Tapak Moge 17092014 Universitas Sumatera Utara

IV.4.1 Faktor Kendala Yang Dialami Masyarakat

Adapun hambatan-hambatan yang dirasakan masyarakat selaku objek dari implementasi program ini adalah sering ditundanya pencairan dana yang dilakuk~~an oleh Pemerintah. Namun Pak Sugianto menambahkan bahwa secara mereka sebagai masyarakat menyadari bahwa Pemerintah juga butuh proses untuk melakukan pencairan tersebut, jadi masyarakat tetap sabar dan mengikuti prosedur birokrasi yang telah ditetapkan Pemerintah tersebut. 94 Hambatan lain yang dirasakan oleh masyarakat adalah dikarenakan dana bantuan pencairannya tidak tepat waktu, maka masyarakat mau tidak mau harus menggunakan dana pribadi terlebih dahulu untuk membangun rumahnya tersebut, agar segera bisa ditempati, karena masyarakat kondisinya pada saat bencana sudah terlalu lama menginap di pengungsian maupun tenda-tenda darurat. Hambatan yang tidak kalah pentingnya adalah harga-harga bahan bangunan yang cenderung naik, contohnya seperti kenaikan harga papan yang saat ini mencapai Rp. 60.000,- keeping yang biasanya hanya Rp. 40.000,-keping. 95 Masyarakat juga terkendala mengenai pembuatan berkas, masyarakat mengaku sering mengalami kesalahan dan harus membuatnya sampai berulang kali. Mereka menambahkan bahwa hal tersebut dikarenakan tidak adanya petunjuk ataupun acuan yang diberikan oleh fasilitator. Masalah lainnya yang timbul adalah jika masyarakat ingin membeli kayu dengan harga terjangkau namun illegal harus melalui persetujuan Kapolsek untuk melegalkannya. 96 94 Wawancara dengan Sugianto, Rusak Berat, Kampung Tapak Moge 17092014 95 Wawancara dengan Subandi, Rusak Berat, Kampung Tapak Moge 17092014 96 Wawancara dengan Siswo Kusmono, Rusak Berat, Kampung Jerata 17092014 Universitas Sumatera Utara Di wilayah Kampung Persiapan Pilar, sewaktu peneliti mewawancarai Sekdes sekaligus korban gempa menyebutkan bahwa tugas Sekdes setelah bencana terjadi adalah melakukan pendataan dan mengkategorikan kerusakan rumah-rumah warga, namun pihak kecamatan yang pada waktu itu memberikan instruksi tidak memberikan detail dan sosialisasi lengkap bagaimana rincian kategorinya, misalnya kategori rusak berat itu bagaimana, rusak sedang itu bagaimana, maupun rusak ringan. Sehingga Sekdes bersama aparat desa lainnya hanya dengan inisiatif saja memeberikan kategori kerusakan pada rumah warga yang terkena dampak bencana, walaupun pada akhirnya dilakukan verifikasi kembali oleh Dinas PU dan BPBD melalui proses uji publik. Masyarakat juga sekali lagi menambahkan bahwa sistem pencairan dana yang terlalu rumit, seperti misalnya dalam pembuatan RAB, masih banyak terjadi kesalahan, fasilitator tidak ada mendampingi langsung keseluruh anggota pokmas, fasilitator hanya melakukan sosialisasi pada ketua pokmas, secara etis fasilitator seperti mengajarkan dan memfasilitatsi masyarakat dengan setengah hati. Sehingga terkadang timbul pernyataan dari masyarakat seperti ini: “Kalau kami masyarakat membayar juga mau, agar dana bencana ini segera cepat dicairkan”. Inilah dasar mengapa RAB akhirnya dibuatkan oleh fasilitator dengan menggunakan dana. 97 Hambatan internal juga terjadi dalam tubuh pokmas seperti susahnya ketua pokmas melakukan sosialisasi pada anggotanya, kemudian anggota yang terlalu 97 Wawancara dengan Ramli, Rusak Sedang, Kampung Persiapan Pilar 03102014 Universitas Sumatera Utara sering membanding-bandingkan pokmasnya dengan pokmas lain yang sudah terlebih dahulu mendapatkan bantuan. 98 Manfaat yang diterima masyarakat dalam program rehabilitasi dan rekonstruksi ini, mereka menyebutkan bahwa program ini sangat membantu, karena jika tidak ada bantuan seperti ini bagaimana bisa kita sebagai masyarakat membangun kembali rumah yang telah hancur. Ini adalah musibah dan bencana, dengan adanya bantuan yang diberikan pemerintah kita harus bersyukur, Alhamdulillah. Jika tidak ada pemerintah memberikan bantuan, kepada siapa kita akan menuntut dan mengadu?

IV.4.2 Manfaat yang Diterima Masyarakat dan Harapan Terhadap Pemerintah

99 Bantuan ini sangat bermanfaat dan membawa berkah tersendiri, terlebih bantuannya berupa uang. Jadi pembuatan rumah, kita bisa mengontrol pembangunannya dengan jumlah uang tersebut. 100 Pemerintah diusahakan untuk lebih mengayomi dan mensejahterakan masyarakat. Diusahakan untuk lebih mempermudah sistem birokrasi, bukan malah membuatnya menjadi lebih rumit, seperti mengenai pembuatan RAB dan sketch rumah. Dan yang lebih penting adalah mengedepankan prinsip keadilan. Harapan Masyarakat 101 98 Wawancara dengan Budi, Rusak Sedang, Kampung Blang Gele 21092014 99 Wawancara dengan Sugianto, Rusak Berat, Kampung Tapak Moge 17092014 100 Wawancara dengan Siswo Kusmono, Rusak Berat, Kampung Jerata 17092014 101 Wawancara dengan Sugianto, Rusak Berat, Kampung Tapak Moge 17092014 Universitas Sumatera Utara Masyarakat lebih jauh berharap bahwa sisa uang yang bersumber dari APBA segera dicairkan, maupun sisa uang APBN senilain Rp. 2.000.000,-. Seharusnya jika uang tersebut bisa segera dicairkan masyarakat dapat mempergunakannya untuk keperluan lain pada rumah yang sampai saat belum terselesaikan. 102 102 Wawancara dengan Siswo Kusmono, Rusak Berat, Kampung Jerata 17092014 Universitas Sumatera Utara

BAB V ANALISA DATA

Pada bab ini, peneliti menganalisis dan menginterpretasikan data-data yang telah dikumpulkan dan disajikan pada bab sebelumnya. Adapun jenis metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisa data kualitatif, di mana data dan fakta yang didapatkan di lapangan dideskripsikan sebagaimana adanya diiringi dengan penafsiran dan analisa yang rasional. Dari seluruh data yang telah disediakan secara menyeluruh yang diperoleh selama penelitian, baik melalui wawancara, studi kepustakaan, serta observasi terhadap upaya penanggulangan bencana khususnya dalam hal pelaksanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana di Aceh Tengah pada sektor perbaikan perumahan dan permukiman beserta tahapan-tahapn yang dilakukan oleh BPBD. Selanjutnya dalam analisa data ini, akan manjabarkan masalah- masalah yang ditemukan di lapangan, untuk itu dilakukan analisa terhadap setiap data dan fakta yang didapat melalui interpretasi data dan penguraian-penguraian masalah sebagai berikut: V.1 Tahapan Pelaksanaan Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Sektor Perumahan dan Permukiman oleh BPBD Pada dasarnya pelaksanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi mencakup beberapa sektor, yaitu sektor perumahan dan permukiman, sektor pendidikan, sektor infrastruktur, sektor ekonomi, sektor sosial, dan lintas sektor. Universitas Sumatera Utara