Disposisi Struktur Birokrasi Kerangka Teori

sehingga menimbulkan inefisien. Implementasi kebijakan membutuhkan kepatuhan organisasi dan individu terhadap peraturan pemerintah yang ada. Sumberdaya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk menentukan bagaimana program dilakukan, kewenangan untuk membelanjakanmengatur keuangan, baik penyediaan uang, pengadaan staf, maupun pengadaan supervisor. Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakanprogram harus terpenuhi seperti kantor, peralatan, serta dana yang mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil program dapat berjalan dengan baik.

3. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implemetor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah. Ada tiga bentuk sikaprespon implementor terhadap kebijakan, kesadaran pelaksana, petunjukarahan pelaksana untuk merespon program kearah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut. Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun seringkali mengalami kegagalan dalam melaksanakan program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang ada di dalamnya sehingga secara sembunyi mengalihkan dan Universitas Sumatera Utara menghindari implementasi program. Disamping itu dukungan para pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program. Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi pelaksanaan program dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah Menempatkan kebijakan menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program, memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan karakteristik demografi yang lain. Di samping itu penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam melaksanakan kebijakanprogram.

4. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar standard operating procedures atau SOP. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape yaitu prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Sehingga pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Universitas Sumatera Utara

1.6.2 Strategi

Strategi dapat dideskripsikan sebagai suatu cara di mana organisasi akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman- ancaman lingkungan eksternal organisasi tersebut. Jauch dan Glueck mendefinisikan strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu, yang mengaitkan keunggulan perusahaan dengan tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. 15 Strategi merupakan program luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi, respons organisasi pada lingkungannya sepanjang waktu. 16 1. Tujuan jangka panjang, yaitu pengembangan wawasan jangka panjang dan menetapkan kemampuan untuk mencapainya. Elemen strategi ialah: 2. Sumber keunggulan, yaitu pengembangan pemahaman yang dalam tentang pemilihan pasar dan pelanggan oleh organisasi yang juga menunjukkan cara terbaik untuk berkompetisi dengan pesaing di dalam pasar. 17

1.6.2.1 Manajemen Strategi

Pengertian Manajemen Strategi dalam khasanah literatur Ilmu Manajemen memiliki cakupan yang luas, dan tidak ada suatu pengertian yang dianggap baku. Itulah sebabnya, definisi Manajemen Strategi berkembang luas tergantung kepada pemahaman ataupun penafsiran seseorang. Meskipun demikian, dari berbagai 15 Jatmiko, RD. 2004. Manajemen Strategik. Malang: UMM Press 16 Stoner, James, dkk. 1996. Manajemen. Jakarta: PT. Prenhallindo 17 Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen Strategis. Jakarta: PT. Gramedia Universitas Sumatera Utara pengertian yang diberikan oleh para pakar ilmu manajemen dapat ditemukan suatu kesamaan pola pikir, bahwa Manajemen Strategi merupakan ilmu yang menggabungkan fungsi-fungsi manajemen dalam rangka pembuatan keputusan- keputusan organisasi secara efektif dan efisien. Menurut Wahyudi 18 a. Manajemen strategi terdiri dari tiga macam proses manajemen yaitu pembuatan strategi, penerapan strategi, dan evaluasi terhadap strategi. Pembuatan strategi, meliputi kegiatan pengembangan misi dan tujuan jangka panjang, pengidentifikasian peluang dan pengembangan alternatif- alternatif strategi dan penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi. Sedangkan penerapan strategi meliputi kegiatan penentuan sasaran-sasaran operasional tahunan, kebijakan perusahaan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya agar strategi yang telah disusun dapat diimplementasikan dalam praktek secara berdaya guna dan berhasil guna. Adapun proses evaluasi strategi mencakup usaha-usaha untuk memonitor seluruh hasil-hasil dari pembuatan dan penerapan strategi termasuk , dari berbagai pengertian dan definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa Manajemen Strategi adalah suatu seni dan ilmu pembuatan formulating, penerapan implementing, dan evaluasi evaluating keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan di masa mendatang. Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa Manajemen Strategi pada hakekatnya mengandung dua hal penting, yaitu: 18 Nisjar dan Winardi. 1997. Manajemen Strategik. Bandung: Mandar Maju. Universitas Sumatera Utara mengukur kinerja individu dan organisasi, serta mengambil langkah- langkah perbaikan jika diperlukan. b. Manajemen Strategi memfokuskan pada penyatuan atau penggabungan aspek- aspek pemasaran, riset dan pengembangan, keuanganakuntansi dan produksioperasional dari sebuah bisnis. Dalam kaitannya dengan definisi Manajemen Strategi seperti disebut di atas, perlu dibedakan pengertian antara strategi dan taktik. Menurut Drucker, strategi adalah mengerjakan sesuatu dengan benar doing the right things, sedangkan taktik adalah mengerjakan sesuatu yang benar doing the things right. Jadi, taktik merupakan penjabaran operasional jangka pendek dari strategi agar strategi dapat diterapkan.

1.6.2.2 Manfaat Manajemen Strategi

Manajemen Strategi menurut Wahyudi 19 1. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju; dalam suatu organisasi atau perusahaan diharapkan akan membawa manfaat-manfaat atau keuntungan sebagai berikut: 2. Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan- perubahan yang terjadi; 3. Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif; 4. Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan yang semakin beresiko; 19 Nisjar dan Winardi. 1997. Manajemen Strategik. Bandung: Mandar Maju. Universitas Sumatera Utara 5. Aktivitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan organisasi untuk mencegah munculnya masalah masa datang; 6. Keterlibatan karyawan dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya; 7. Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi; 8. Keengganan akan berubah dari karyawan lama dapat dikurangi. I.6.3 Penanggulangan Bencana I.6.3.1 Penanggulangan Diambil dari kata disaster management penanggulangan bencana atau manajemen bencana, maka penanggulangan dapat diartikan sebagai manajemen. Fuad, dkk berpendapat bahwa manajemen merupakan suatu proses yang melibatkan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk mencapai sasaran perusahaan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. 20 Pernyataan yang sama juga dikemukanan oleh Terry yang mengatakan bahwa manajemen adalah suatu proses khusus yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya. Dengan kata lain, berbagai jenis 20 M. Fuad, et. al, 2006. Pengantar Bisnis. Jakarta: Erlangga, hlm. 94 Universitas Sumatera Utara kegiatan yang berbeda itulah yang membentuk manajemen sebagai suatu proses yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan sangat erat hubungannya. 21 Gibson juga mengatakan bahwa manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu proses, yakni sebagai suatu rangkaian tindakan, kegiatan, atau operasi yang mengarah kepada beberapa sasaran tertentu. Dari pengertian di atas, dapat dilihat bahwa manajemen adalah kegiatan mengendalikan aktivitas-aktivitas khusus, yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya manusia dan yang lainnya yang melibatkan tahapan proses, seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. 22 Sedangkan Thoha berpendapat bahwa manajemen merupakan jenis pemikiran yang khusus dari kepemimpinan di dalam usahanya mencapai tujuan organisasi. 23 Sementara Arsyad mengatakan bahwa manajemen merupakan strategi dan cakupan pikiran yang tercanangkan sebelum proses atau aplikasi rutin di lapangan dilaksanakan. Namun, proses manajemen berlaku sepanjang masa dan tiada berhenti pada satu titik waktu tertentu. 24 21 Inu Kencana Syafiie, 2003, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia SANRI. Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 117. 22 Gibson, et. al,. terj. Djarkasih, 1994. Organisasi. Jakarta: Erlangga, hlm. 36. 23 Miftah Thoha, 1995. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 8. 24 Azhar Arsyad, 2002. Pokok-Pokok Manajemen, Pengetahuan Praktis Bagi Pimpinan dan Eksekutif Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 9. Dari beberapa pendapat mengenai manajemen di atas, mengartikan bahwa manajemen merupakan strategi dari rangkaian tindakan, kegiatan, dan pemikiran dalam bentuk ide yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan untuk mencapai tujuan organisasi. Universitas Sumatera Utara

I.6.3.2 Bencana

Menurut Asian Disaster Resources and Respons Network ADDRN 25 1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Pasal 1 ayat 2 , bencana merupakan sebuah gangguan serius terhadap berfungsinya sebuah komunitas atau masyarakat yang mengakibatkan kerugian dan dampak yang meluas terhadap manusia, materi, ekonomi dan lingkungan, yang melampaui kemampuan komunitas atau masyarakat yang terkena dampak tersebut untuk mengatasinya dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri. Menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Pasal 1 ayat 1, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam danatau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dari beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bencana merupakan suatu peristiwa yang menyebabkan rusaknya keadaan di permukaan bumi, dan terganggungnya aktivitas manusia dalam menjalani kehidupan oleh karenanya.

I.6.3.2.1 Jenis-Jenis Bencana

Bencana itu dibagi tiga jenis menurut Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yaitu: 25 Asian Resources and Response Network ADDRN, 2010. Terminologi Pengurangan Risiko Bencana. Universitas Sumatera Utara 2. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Pasal 1 ayat 3 3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror. Pasal 1 ayat 4

I.6.3.3 Penanggulangan Bencana

Manajemen bencana seperti yang didefinsikan Agus Rahmat, merupakan seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang dikenal sebagai siklus manajemen bencana. Dan menurutnya, tujuan kegiatan ini adalah untuk mencegah kehilangan jiwa, mengurangi penderitaan manusia, memberi informa si masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, dan mengurangi kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis. 26 1. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini; Secara umum kegiatan manajemen penanggulangan bencana dapat dibagi ke dalam tiga kegiatan utama Coppola, 2007, yaitu: 2. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan semenntara, seperti kegiatan search and resque SAR, bantuan darurat, dan penanganan pengungsi; dan 26 Hadi Purnomo dan Ronny Sugiantoro, 2010. Manajemen Bencana. Yogyakarta: Media Pressindo, hlm. 93 Universitas Sumatera Utara 3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. 27 Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi masyarakat yang terkena dampak bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus memnuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak hanya melakukan rehabilittasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma, atau depresi. 28 Adapun Carter mendefinisikan pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan aplikatif yang mencari dengan observasi sistematis dan analisis bencana untuk meningkatkan tindakan-tindakan measures terkait dengan preventif pencegahan, mitigasi pengurangan, persiapan, respon darurat dan pemulihan. Dan menurutnya, tujuan dari manajemen bencana di antaranya, yaitu mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun jiwa yang dialami oleh perorangan, masyarakat negara, mengurangi penderitaan korban bencana, mempercepat pemulihan, dan memberikan perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam. 29 Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dalam Pasal 1 ayat 6 menyebutkan bahwa penyelenggaraan penanggulangan 27 Coppola, D. P. 2007. Introduction to International Disaster Management. Oxford: Butterworth- Heinemann 28 Schwab, J. 1998. Planning for Post-Disaster Recovery and Reconstruction. Chicago. 29 Hadi Purnomo dan Ronny Sugiantoro, 2010. Manajemen Bencana. Yogyakarta: Media Pressindo Universitas Sumatera Utara bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. Dalam Pasal 3 ayat 1 dijelaskan bahwa asas- asas penanggulangan bencana, yaitu kemanusiaan, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, keseimbangan, keselarasan, dan keserasian, ketertiban dan kepastian hukum, kebersamaan, kelestarian lingkungan hidup, dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di ayat 2 digambarkan prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana, yaitu cepat dan tepat, prioritas, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan berhasil guna, transparansi dan akuntabilitas, kemitraan, pemberdayaan, nondiskrimatif dan nonproletisi. Adapun yang menjadi tujuan dari penanggulangan bencana Undang- Undang No. 24 Tahun 2007 Pasal 4 , yaitu memberikan perlindungan kepada masyarakat dan ancaman bencana, menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada, menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh, menghargai budaya lokal, membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta, mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan dan, menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam penanggulangan bencana di atas, dapat dilihat bahwa yang merupakan salah satu prinsip dan tujuan penanggulangan bencana adalah koordinasi sehingga dapat disimpulkan koordinasi sangat berhubungan erat dengan penanggulangan bencana melalui tahapan-tahapan yang dilakukan pada sebelum, saat dan sesudah bencana terjadi. Universitas Sumatera Utara I.6.3.3.1 Upaya Penanggulangan Bencana Ada beberapa upaya dalam menanggulangi bencana seperti yang tertulis dalam Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, yaitu: 1. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan danatau mengurangi ancaman bencana. Pasal 1 ayat 6 2. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Pasal 1 ayat 7 3. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Pasal 1 ayat 8 4. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Pasal 1 ayat 9 5. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, pelindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Pasal 1 ayat 10 6. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. Pasal 1 ayat 11 7. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. Pasal 1 ayat 12 Universitas Sumatera Utara

I.6.3.3.2 Tahap Penanggulangan Bencana

Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disebut BPBD adalah merupakan unsur pendukung dan pelaksana tugas dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang penanggulangan bencana dan perlindungan masyarakat terhadap bencana alam, non alam dan sosial. Upaya penanggulangan dampak bencana dilakukan melalui pelaksanaan tanggap darurat dan pemulihan kondisi masyarakat di wilayah bencana. Upaya penanggulangan dampak bencana tersebut dilakukan secara sistematis, menyeluruh, efisien dalam penggunaan sumberdaya dan efektif dalam memberikan bantuan kepada kelompok korban. Upaya penanggulangan dan pemulihan tersebut dilakukan dengan pendekatan secara utuh dan terpadu melalui tiga tahapan, yaitu tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi dalam pelaksanaan penanggulangan dampak bencana, yaitu:

1. Tahap Tanggap Darurat