IV.2 Hasil Wawancara
Dalam penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan wawancara sebagai alat pengumpulan data, maka peneliti telah
mewawancarai tiga 3 orang yang memiliki peranan dan pemahaman sebagai eksekutor kebijakan yaitu pelaksana Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang
bekerja di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Aceh Tengah. Serta enam 6 orang masyarakat sebagai penerima bantuan dana dari
Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang digunakan untuk membangun dan memperbaiki rumahnya yang rusak akibat bencana. Adapun tahapan dalam proses
wawancara adalah sebagai berikut: a.
Menyusun daftar pertanyaan yang diharapkan dapat menjawab permasalahan yang diteliti dan mempersiapkan alat dokumentasi atau alat
perekam. b.
Melakukan wawancara dengan informan-informan yang berperan langsung dan memiliki pemahaman menyangkut permasalahan yang sedang diteliti.
Dalam hal ini yang menjadi informan informan kunci adalah Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Kepala Bidang Rehabilitasi dan
Rekonstruksi, Kepala Seksi Rehabilitasi, dan Kepala Seksi Rekonstruksi. Sementara yang menjadi informan utama adalah enam 6 masyarakat yang
menjadi korban bencana sekaligus sebagai pihak yang terlibat langsung dalam proses pelaksanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi.
Tipe wawancara yang digunakan peneliti adalah terstruktur dimana sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu menyusun daftar pertanyaan yang
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan judul atau masalah yang akan diteliti. Namun dalam prosesnya sendiri, peneliti tidak menutup kemungkinan akan munculnya
pertanyaan baru sehingga dapat menggali lebih dalam. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan beberapa informan.
IV.3 Tahapan Pelaksanaan Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Sektor Perumahan dan Permukiman oleh BPBD
Sesuai dengan arahan Presiden dan Wakil Presiden RI, yang menjadi sasaran prioritas pemulihan adalah perbaikan di sektor perumahan dan
permukiman masyarakat. Pemerintah juga telah menetapkan bantuan dana stimulan pemulihan perumahan, dengan berbagai opsi untuk membangun: a
rumah inti atau b struktur rumah ramah gempa; sesuai dengan mekanisme pemberian bantuan perumahan bagi masyarakat.
Untuk itu, ditetapkan strategi pelaksanaan rehabilitasi dan rekosntruksi sektor perumahan dan permukiman sebagai berikut:
1. Bantuan stimulan untuk rumah rusak berat maksimal sebesar Rp.
40.000.000,-, untuk rumah rusak sedang maksimal sebesar Rp. 20.000.000,-, dan untuk rumah rusak ringan maksimal sebesar Rp.
10.000.000,-. Bantuan perumahan diberikan kepada pemilik rumah sebanyak satu unit. Hal ini berarti, bila pemilik rumah memiliki rumah
lebih dari satu, maka hanya diberikan bantuan stimulan 1 unit rumah dan bila dalam satu rumah terdiri dari lebih dari 1 KK maka yang berhak
Universitas Sumatera Utara
menerima bantuan stimulan adalah pemilik rumah yang sah legal sesuai dengan KK nya.
2. Pemberian bantuan berdasarkan hasil verifikasi penerima bantuan
perumahan, status kepemilikan lahan dan bangunan berdasarkan by name by address yang terdaftar dalam POKMAS yang sudah dibentuk.
3. Strategi pembangunan perumahan berbasis komunitas dirancang dengan
strategi pengorganisasian masyarakat Kelompok Masyarakat disingkat POKMAS dan bertumpu pada inisiatif dan prakarsa masyarakat dengan
tidak meninggalkan kearifan lokal; 4.
Dibangun dengan standar konstruksi bangunan rumah sehat ramah gempa dan berwawasan lingkungan hidup. Untuk relokasi, perlu melakukan
penataan ulang tata letak bangunan melalui participatory planning yang berpedoman pada rencana tata ruang wilayah yang berbasis pengurangan
risiko bencana. 5.
Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi sektor perumahan di wilayah yang terkena dampak bencana gempa bumi di Kabupaten Aceh Tengah
dan Bener Meriah dilaksanakan dengan menggunakan skema Program Rekompak Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, dengan
pendekatan pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat menjadi pelaku utama dalam rehabilitasi dan rekonstruksi.
6. Menetapkan mekanisme dan prosedur penyaluran Bantuan Langsung
Masyarakat BLM dan percepatan penyaluran bantuan bagi pembangunan kembali dan perbaikan perumahan masyarakat;
Universitas Sumatera Utara
7. Menyusun pedoman dan rencana teknis yang memenuhi ketentuan
persyaratan keselamatan, penggunaan bahan bangunan dan standar teknis bangunan tahan gempa;
8. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal baik dari segi tenaga
kerja, keterampilan, mengoptimumkan pemanfaatan bahan bangunan bekas dari rumah yang rusak dan mengembangkan bengkel konstruksi
yang mencakup perencanaan dan teknik pembangunan serta bengkel bahan bangunan mencakup pengadaan bahan dan komponen pembangunan yang
dikelola masyarakat; 9.
Membuka lapangan kerja melalui cash for work sebesar Rp.50.000,-per KK untuk kegiatan pembersihan puing rumah, lingkungan rumah dan
mengumpulan sisa bahan bangunan yang masih digunakan. Penerima Cash for Work adalah masyarakat terdampak bencana baik pemilik rumah
maupun penyewa rumah dan penghuni rumah dinas, namun tidak boleh ada penerima ganda;
10. Untuk menjamin kestabilan harga dan pemenuhan ketersedian bahan
bangunan supaya di koordinasikan dengan Kementerian Perindustrian. 11.
Untuk perizinan lahan relokasi dan kebutuhan kayu bila diperlukan Berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan.
42
Sesuai dengan arahan Presiden dan Wakil Presiden di atas, BPBD melalui Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi menambahkan pernyataan yang
didapat dari wawancara sebagai berikut: Pemerintah melalui DIPA-BNPB
42
Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah 2013-2014
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang difokuskan terlebih dahulu pada sektor perbaikan perumahan dan permukiman, memberikan bantuan
dana kepada masyarakat untuk memperbaiki dan membangun rumahnya yang rusak akibat gempa dengan cara memberdayakan mereka secara mandiri
swakelola, sesuai dengan prinsip partisipatif yaitu masyarakat langsung sebagai pelaksana, tujuannya agar mereka mengerti tata cara pembukuan, dan cara
membangun rumah yang lebih baik dan ramah gempa build back better. Untuk menjalankan rangkaian program itu dibentuklah Tim Pendamping Masyarakat
TPM, karena merekalah yang paling dekat dengan masyarakat. Mereka terdiri dari Reje Kepala Desa, Camat, Tokoh Masyarakat, Kapolsek, dan Danramil.
43
a. Perekrutan dan Pembentukan Fasilitator