Pembentukan Kelompok Masyarakat ANALISA DATA

Terlihat bahwa strategi uji publik yang diterapkan oleh Pemerintah dalam upaya verifikasi dan validasi pendataan kerusakan perumahan akibat bencana mengalami penurunan yang cukup besar. Artinya proses uji publik untuk menekan kesalahan pendataan yang dilakukan BPBD ini cukup berhasil dengan baik, hal itu terlihat bahwa ada selisih yang mencapai 1004 KK. Sehingga penyimpangan bantuan korban bencana pada akhirnya dapat diminimalisir.

c. Pembentukan Kelompok Masyarakat

Dalam rangka pemulihan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat yang terkena bencana, maka kebijakan Pemerintah dalam rehabilitasi dan rekonstruksi diarahkan semaksimal mungkin pada pendekatan pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas. Pendekatan ini merupakan pilihan yang logis dalam aspek mengorganisasikan program untuk percepatan dalam membangkitkan masyarakat dari keterpurukannya akibat bencana. Pada pendekatan pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas ini, diarahkan pembentukan kelembagaan masyarakat yang terorganisir dan peningkatan kapasitas masyarakat secara keseluruhan sebelum dilaksanakannya kegiatan pembangunan. Dalam pendekatan bottom-up, pemerintah memberikan trust kepada masyarakat untuk mengelola, merencanakan, melaksanakan kegiatan, dan mengendalikan serta mengawasi untuk mencapai tujuan rehabilitasi dan rekonstruksi yang telah ditetapkan. Menurut peneliti hal ini sesuai dengan konsep partisipasi yang dikemukakan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriadi 2001: 201-202 mereka menyebutkan bahwa partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan Universitas Sumatera Utara menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya. Proses pembentukan Pokmas selanjutnya dilakukan melalui serangkaian musyawarah masyarakat sebagai upaya membangun kebersamaan dan solidaritas untuk membangun kembali komunitas. Menurut Perka BNPB No. 3 Tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Anggaran Kegiatan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah Pasca Bencana, keluarga yang diprioritaskan sebagai penerima bantuan rehabilitasi dan rekonstruksi tersebut terdiri dari sekitar 10-20 KK disesuaikan dengan penyebaran KK korban bencana dan jenis kegiatan pemberdayaan yang akan diberikan disesuaikan dengan karakteristik program kegiatannya. Namun dalam penjabaran dan jawaban yang diberikan oleh Kabid RR menyebutkan bahwa Pokmas minimal dibentuk oleh 6 KK dan maksimal 20 KK. Begitu juga yang dijelaskan oleh Kepala BPBD terdahulu, Subhan Sahara S.Sos yaitu anggota Pokmas terdiri dari 15 hingga 20 kepala keluarga korban gempa, dimana masing-masing kelompok terdiri dari korban rumah rusak berat dan sedang. Menurut peneliti, ada banyak perbedaan penjelasan mengenai jumlah KK dalam satu pokmas yang disampaikan oleh para pegawai di BPBD, sehingga menyebabkan komunikasi maupun informasi yang berbeda bisa menimbulkan pemahaman yang berbeda pula pada pelaksanaannya. Di dalam implementasinya, Universitas Sumatera Utara dan dari jumlah anggota yang terdiri di satu pokmas yang telah peneliti lakukan, pokmas terdiri dari paling sedikit berjumlah 6 KK hingga ada yang mencapai 21 KK per kelompok masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi mengenai pembentukan pokmas dan berapa jumlah pokmas belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur berdasarkan Perka BNPB No. 3 Tahun 2013. Mekanisme pendampingan dalam pembentukan pokmas di Kabupaten Aceh Tengah difasilitasi oleh TPM dan Fasilitator dengan musyawarah mufakat, yang didahulukan untuk dibentuk pokmasnya adalah masyarakat yang tidak melakukan penyanggahan atau mengikuti proses uji publik. Para korban gempa bergabung dalam satu kelompok dengan jenis kerusakan yang sama, dan ada sebagian yang tergabung dalam jenis kerusakan yang berbeda. Pokmas juga memiliki struktur kepengurusan yang terdiri dari Ketua Pokmas, Sekretaris, Bendahara, dan Anggota. Jadi jika dari pemerintahan BPBD ada pemanggilan, bisa diwakili oleh salah satu kepengurusan dari pokmas terkait, sehingga tidak harus semua masyarakatKK dipanggil. Hasil wawancara yang peneliti lakukan bersama masyarakat yaitu Bapak Budi menyebutkan bahwa sebenarnya pokmas telah dibentuk sebanyak dua kali, yaitu pokmas sementara yang terbentuk sebelum dilakukannya uji publik dan pokmas resmi yang telah divalidasi setelah proses uji publik. Masyarakat juga menambahkan bahwa kepengurusan pokmas harus diisi oleh masyarakat yang tidak mempunyai fungsi atau bekerja pada Pemerintahan, hal tersebut dikarenakan untuk mengantisipasi tidak fokusnya ketua pokmas jika merangkap jabatan, sehingga menyebabkan terbengkalainya kepengurusan pokmas, jadi kepengurusan Universitas Sumatera Utara pokmas harus diisi oleh masyarakat biasa yang dipilih oleh anggota pokmas terkait. Pokmas juga bertanggungjawab langsung terhadap keberhasilan pembangunan rumah mereka. Berdasarkan kesepakatan anggota pokmas, mereka yang mengatur dan mengontrol sendiri rencana pemanfaatan dana Bantuan Dana Rumah BDR yang diberikan Pemerintah. Bila pokmas menghadapi kesulitan dalam pelaksanaannya, TPM dan Fasilitator harus memberikan bantuan. Peneliti menganalisis bahwa pembentukan pokmas merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan dana bantuan rumah, baik rusak berat atau sedang dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB Pusat. Pokmas juga dibentuk melalui proses koordinasi dan pendampingan oleh Tim Pendamping Masyarakat TPM yang beranggotakan unsur Muspika, aparat desa, dan tokoh masyarakat. Pokmas Susulan Dalam implementasinya, bantuan dana untuk memperbaiki perumahan masyarakat dalam program rehabilitasi dan rekonstruksi di sektor perumahan dan permukiman di Kabupaten Aceh Tengah ternyata belum bisa terfasilitasi dengan baik. Kabid RR menyebutkan bahwa masih adanya 79 pokmas susulan yang mencangkup sekitar 900 KK yang belum mendapatkan bantuan. Adanya pokmas susulan tersebut diakibatkan karena proses penyanggahan oleh masyarakat pada saat dilakukannya uji publik, dikarenakan kesalahan pendataan yang mereka alami pada waktu itu. Jadi masyarakat yang sebelumnya telah tergabung dalam pokmas, dikeluarkan dari kelompok, karena melakukan proses lanjutan perubahan data sanggahan. Universitas Sumatera Utara Namun lebih lanjut Kabid RR menjelaskan bahwa solusi pendanaan pokmas susulan tersebut telah disampaikan ke BNPB. Dan BNPB juga sudah mengalokasikan anggaran tambahan, hanya saja masih membutuhkan persetujuan dari DPR RI yang akan disahkan dalam waktu dekat. Peneliti melihat dalam buku panduan yang menjadi pegangan para implementor bekerja, yaitu Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Gempa Bumi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah 2013-2014 menyebutkan jika masih terdapat masyarakat korban yang berhak memperoleh bantuan perumahan namun belum terakomodasi di dalam Rencana Aksi, maka Kementerian Perumahan Rakyat akan menyediakan pendanaannya. Sampai saat ini peneliti belum bisa menyimpulkan bagaimana ke depannya nasib masyarakat dalam pokmas susulan tersebut, apakah akan dibantu proses pendanaannya melalui BPBD atau langsung melalui Kementerian Perumahan Rakyat. V.1.1 Sumber Pendanaan, Jumlah Dana, dan Mekanisme Penyaluran Dana Bantuan Kepada Masyarakat Korban Bencana

a. Sumber Pendanaan dalam Perbaikan Perumahan dan Permukiman Masyarakat