Mengenai mekanisme yang dimulai dari tahap 0 tentang tata cara pembangunan yang lebih baik seperti di atas, melalui wawancara yang dilakukan
peneliti menyebutkan bahwa masyarakat sangat antusias untuk mengikuti seluruh prosedur yang diarahkan fasilitator, hal ini dikarenan masyarakat sudah trauma
membangun rumah dengan tidak memperhatikan kaidah dan unsur teknis yang baik dalam rumah yang ramah gempa. Masyarakat juga menyebutkan bahwa
mayoritas pembangunan perumahan saat ini telah beralih pada konstruksi semi permanen, hal tersebut diakui bahwa untuk bangunan semi permanen memiliki
kekuatan yang lebih baik dalam meredam gempa.
c. Proyeksi dan Target Pelaksanaan Program
Salah satu fokus dari beberapa arahan Presiden dan Wakil Presiden yang tertuang dalam Rencana Aksi Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi adalah
memprioritaskan pemulihan pada sektor perumahan dan permukiman.
Dalam wawancara yang telah peneliti lakukan, informan juga menyebutkan hal yang sama, seperti yang dikatakan Kepala BPBD, target dan
rencana BPBD tahun ini diproyeksikan untuk menuntaskan pembangunan perumahan dan permukiman hunian tetap, serta relokasi perumahan di beberapa
tempat seperti di Kampung Bah, Serempah, dan Kute Panang hingga mencapai 100. Fokus yang tidak kalah penting adalah menuntaskan masalah pendanaan
untuk masyarakat yang mengalami rusak ringan pada rumahnya yang sampai saat ini belum bisa tertangani, karena dananya belum dicairkan oleh Pemerintah Pusat.
Universitas Sumatera Utara
d. Efektivitas Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Menurut JP Cambel, pengukuran efektivitas program secara umum dan paling menonjol adalah;
1. Keberhasilan Program;
2. Keberhasilan Sasaran;
3. Kepuasan Terhadap Program;
4. Tingkat Input dan Output; dan
5. Pencapaian Tujuan Menyeluruh.
Secara komprehensif juga dijelaskan bahwa efektivitas adalah tingkat kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua
tugas-tugas pokoknya atau untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
109
Sedangkan menurut Dunn.W
110
Menurut teori efektivitas di atas peneliti melihat bahwa indicator tercapai atau tidaknya sasaran program diukur melalui pencapaian hasil yang telah
dilakukan oleh BPBD di sektor perumahan dan permukiman. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada Kepala BPBD menyebutkan bahwa sampai saat
ini realisasi dari pelaksanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi untuk sektor perumahan dan permukiman sudah mencapai 93,36 untuk rusak berat, dan
80,71 untuk rusak sedang. Data yang lebih lengkap akan peneliti sajikan pada lampiran di skripsi ini.
, efektivitas merupakan bagian dari evaluasi kebijakan dimana indikatornya dilihat dari pencapaian hasil yang
diinginkan.
109
Cambel, JP. 1989. Riset Dalam Efektivitas Organisasi, terjemahan Sahat Simamora. Jakarta: Erlangga
110
Dunn .W, 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press
Universitas Sumatera Utara
Lebih lanjut Kepala BPBD menambahkan bahwa rumah yang mengalami rusak ringan sampai saat ini belum tertangani karena keterbatasan dana.
Pemerintah Daerah melalui BPBD sudah berusaha untuk meminta kekurangan dana, baik untuk rusak berat, rusak sedang, maupun rusak ringan.
Menurut peneliti, pencapaian sasaran perbaikan yang telah mencapai 80,71 untuk rusak sedang dan 93,36 untuk rusak berat adalah sebuah
pencapaian yang sangat baik yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, khususnya BPBD. Terlepas dari rusak ringan yang belum tertangani,
Pokmas susulan yang juga belum jelas bagaimana kejelasan bantuan pendanaannya, maupun estimasi waktu perbaikan yang sebentar lagi akan
berakhir. Upaya penanggulangan bencana adalah kegiatan yang bersifat holistic, yang membutuhkan perencanaan, penetapan, dan langkah-langkah strategi yang
baik. Sehingga kendala-kendala mungkin saja banyak dihadapi di lapangan dalam proses pelaksanaannya, maka dari itu perlu waktu yang relatif banyak agar sasaran
program dapat tercapai.
V.1.3 Faktor Pendukung dan Faktor Kendala dalam Pelaksanaan Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi oleh BPBD di Aceh Tengah
Upaya pemulihan bencana di sektor perumahan dan permukiman yang dilakukan BPBD tidak selamanya berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Ada kalanya sesuatu terjadi di luar dugaan, dan hal tersebut bisa saja menghambat upaya pemulihanyang dilakukan, atau justru sebaliknya. Berdasarkan data yang
peneliti temukan, inilah faktor pendukung dan faktor kendala yang dialami BPBD
Universitas Sumatera Utara
dalam rangka pelaksanaan program rehabilitasi dan rekonstruksi di sektor perumahan dan permukiman.
a. Faktor Pendukung Pelaksanaan Program RR Fasilitator