Metode Pengolahan Data Analisis Pemecahan Masalah Kesimpulan dan Saran Pengumpulan Data

4.7. Metode Pengumpulan Data

Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan wawancara. Wawancara yang dilakukan beberapa sesi. Pada sesi pertama adalah identifikasi data SIPOC dengan menggunakan kuesioner semi-terbuka. Pada sesi kedua adalah identifikasi faktor-faktor penyebab waste dengan menggunakan kuesioner semi-terbuka untuk pengidentifikasian pada fishbone diagram. Pada sesi ketiga adalah identifikasi mendalam tentang faktor-faktor penyebab waste dengan menggunakan kuesioner terbuka. Pada sesi keempat adalah identifikasi data 5W1H dengan menggunakan kuesioner semi-terbuka. Respondennya adalah orang yang memahami tentang proses produksi yang dalam hal ini dipilih responden sebanyak satu orang yaitu Manajer Produksi PT. KCRI. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara meninjau dan mencatat dokumen-dokumen perusahaan yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini adalah data aliran proses dan data gambaran umum perusahaan.

4.8. Metode Pengolahan Data

Dilakukan dengan pendekatan Lean Manufacturing dengan tahapan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara - Project statement yang merupakan pernyataan suatu penelitian yang mencakup bussines case, problem definition, project scope, goal statement dan project timeline. - Deskripsi diagram SIPOC yang berfungsi untuk memberikan gambaran mengenai hubungan antara proses beserta input dan outputnya terhadap pelayanan konsumen. - Pembuatan Curent Value Stream Mapping CVSM untuk pemetaan aliran produksi dan aliran informasi pada keseluruhan produksi di Departemen Precured Liner untuk mengidentifikasi kondisi awal. - Perhitungan waktu siklus, waktu normal dan waktu baku - Perhitungan lead time dan process cycle efficiency awal - Identifikasi dan penyimpulan pemborosan waste yang terjadi di lantai produksi. - Pembuatan fishbone diagram dan five whys untuk mengidentifikasi permsalahan dari segi operator, metode, bahan dan mesinperalatan. - Pembuatan tabel 5W1H untuk merumuskan perbaikan untuk mengurangi pemborosan waste - Pembuatan Future Value Stream Mapping FVSM untuk memetakan aliran produksi dan informasi setelah perbaikan - Perhitungan lead time dan process cycle efficiency untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang didapat setelah dilakukan perbaikan Universitas Sumatera Utara

4.9. Analisis Pemecahan Masalah

Analisis pemecahan masalah dilakukan terhadap tiap tahapan pengolahan data dengan pendekatan lean manufacturing.

4.10. Kesimpulan dan Saran

Penarikan kesimpulan yang berisi hal-hal penting dalam penelitian dan pemberian saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi PT Kharisma Cakranusa Rubber Industry. Universitas Sumatera Utara BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan yaitu data aliran proses, data waktu proses, rating factor, penentuan faktor allowance, data faktor penyebab waste, data akar permasalahan waste, data SIPOC dan data 5W1H. 1. Data Aliran Proses Data aliran proses produksi berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Data Aliran Proses No Aktivitas 1 Compound dibawa dari penyimpanan di departemen masterbatch ke departemen precured liner 2 Compound menunggu pada penumpukan di departemen precured liner 3 Compound dibawa ke area pengukuran, pemotongan dan penimbangan 4 Compound diukur, dipotong dan ditimbang 5 Compound menunggu untuk diangkut ke mesin prekon 6 Compound diangkut ke mesin prekon 7 Pembentukan ulir pada compound di mesin prekon sehingga menghasilkan precured liner 8 Precured liner dibawa ketempat pemarutan manual 9 Precured liner menunggu untuk diparut manual 10 Precured liner diparut secara manual 11 Precured liner menunggu untuk dibawa ke pemarutan mesin 12 Precured liner dibawa ke pemarutan mesin 13 Precured liner diparut dengan pemarutan mesin 14 Precured liner dibawa ke area pengepakan 15 Precured liner dikemas 16 Precured liner menunggu untuk diangkut ke gudang produk 17 Precured liner dibawa ke gudang produk Sumber: Dokumentasi PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry Universitas Sumatera Utara 2. Data Waktu Proses Data waktu proses yang diperoleh yaitu data waktu siklus produk. Data waktu proses pada Departemen Precured Liner dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Data Waktu Proses Proses Ke- Pengamatan menit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 7,1 7 7,2 7,2 7 6,9 6,9 6,8 7 7,3 2 3,2 3 2,9 2,8 3 3 3,1 3 3,2 3,1 3 1 1 1 1 1 1,1 1,1 0,9 1,2 1,1 4 1,9 2 2 2,2 1,8 1,9 2 2,1 2 2,2 5 2,9 2,9 2,8 2,7 3 3 3 3,1 3,1 2,7 6 0,9 1,0 1,0 1,0 0,9 1,0 1,0 0,9 0,9 0,9 7 8,1 8,4 8 8,3 8,3 8,1 7,7 7,7 8 8 8 1 1 1 1 1 0,8 1 1 0,9 1 9 0,8 0,9 0,9 0,9 1 0,8 1 0,8 0,9 0,9 10 3,8 4 3,8 4,1 3,9 4,2 4 4 4,2 3,9 11 3,2 3,3 3,1 3,2 3 3 3,2 3,1 3,1 3,2 12 2,3 2 2 2,1 1,8 2 2,3 2,3 2 2,1 13 4,8 4,9 5 5 5,3 5 4,9 5,2 5,2 5,1 14 1,8 2 2 2 2 1,9 1,8 1,9 2 2 15 3,3 3,1 3,2 3 3 2,8 2,9 3 3,2 3,3 16 2,9 2,9 2,8 2,8 2,9 3 3 3 2,9 2,8 17 3,9 3,8 4 4 4,3 4,2 3,7 4,2 4,1 4 Sumber: Hasil Pengamatan PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry 3. Penilaian Rating Factor Operator Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, kondisi ruangan yang buruk yang menyebabkan kesulitan bekerja atau bekerja sangat cepat seolah-olah diburu waktu. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan, karena Universitas Sumatera Utara ketika nanti akan mencari waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar. Seandainya terdapat ketidakwajaran maka pengukur harus mengetahuinya dan menilai seberapa jauh ketidakwajaran tersebut terjadi. Penilaian perlu dilakukan karena berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan. Jadi jika pengukur mendapatkan harga rata-rata sikluselemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator, maka harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian. Penilaian rating factor terhadap operator dilakukan dengan metode Westinghouse dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Penilaian Rating Factor terhadap Operator No Jenis Proses Mesin ke- Operator Faktor Rating Skor Total Skor Mesin Operator Normal 1 Pengukuran, pemotongan dan penimbangan compound 1 1 Keterampilan Average 0,00 0,00 -1 Usaha Average 0,00 Kondisi Kerja Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 2 2 Keterampilan Average 0,00 0,01 Usaha Average 0,00 Kondisi Kerja Average 0,00 Konsistensi Good +0,01 2 Pembentukan Ulir 1 1 Keterampilan Good C2 +0,03 0,04 -2 Usaha Average 0,00 Kondisi Kerja Average 0,00 Konsistensi Good +0,01 2 1 Keterampilan Average 0,00 0,00 Usaha Average 0,00 Kondisi Kerja Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3. Penilaian Rating Factor terhadap Operator Lanjutan No Jenis Proses Mesin ke- Operator Faktor Rating Skor Total Skor Mesin Operator Normal 3 Pemarutan manual 1 1 Keterampilan Average 0,00 0,00 -1 Usaha Average 0,00 Kondisi Kerja Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 2 2 Keterampilan Fair E1 -0,05 -0,05 Usaha Average 0,00 Kondisi Kerja Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 4 Pemarutan Mesin 1 1 Keterampilan Average 0,00 0,00 -1 Usaha Average 0,00 Kondisi Kerja Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 2 2 Keterampilan Good C2 +0,03 0,05 Usaha Good C2 +0,02 Kondisi Kerja Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 5 Pengepakan 1 1 Keterampilan Good C2 +0,03 0,04 -2 Usaha Average 0,00 Kondisi Kerja Average 0,00 Konsistensi Good +0,01 2 2 Keterampilan Average 0,00 0,00 Usaha Average 0,00 Kondisi Kerja Average 0,00 Konsistensi Average 0,00 Sumber: Hasil Pengamatan PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry Universitas Sumatera Utara 4. Penetapan Allowance Dalam penelitian ini, peneliti juga menetapkan allowance untuk masing- masing proses pada lantai produksi berdasarkan karakteristik pekerjaanya. Nilai allowance yang diberikan untuk proses kerja beregu adalah sama. Penetapan allowance terhadap tiap proses produksi dapat dilihat pada Tabel 5.4. Tabel 5.4. Penetapan Allowance Terhadap Proses Produksi No Jenis Proses Faktor Allowance Allowance Total 1 Pengukuran, pemotongan dan penimbangan compound Kebutuhan pribadi : Pria 1,00 17,50 Tenaga yang dilakukan : Ringan 7,50 Sikap kerja : Berdiri diatas dua kaki 1,00 Gerakan kerja : Normal 0,00 Kelelahan mata : Pandangan yang terputus-putus 2,00 Keadaan temperatur : Tinggi 5,00 Keadaan atmosfer :Cukup 0,00 Keadaan lingkungan : Bersih 0,00 Hambatan yang tak terhindarkan 1,00 2 Pembentukan Ulir Kebutuhan pribadi : Pria 1,00 17,50 Tenaga yang dilakukan : Ringan 7,50 Sikap kerja : Berdiri diatas dua kaki 1,00 Gerakan kerja : Normal 0,00 Kelelahan mata : Pandangan yang terputus-putus 2,00 Keadaan temperatur : Tinggi 5,00 Keadaan atmosfer :Cukup 0,00 Keadaan lingkungan : Bersih 0,00 Hambatan yang tak terhindarkan 1,00 3 Pemarutan manual Kebutuhan pribadi : Pria 1,00 21,50 Tenaga yang dilakukan : Ringan 7,50 Sikap kerja : Berdiri diatas dua kaki 1,00 Gerakan kerja : Normal 0,00 Kelelahan mata : Pandangan yang hampir terus-menerus 6,00 Keadaan temperatur : Tinggi 5,00 Keadaan atmosfer :Cukup 0,00 Keadaan lingkungan : Bersih 0,00 Hambatan yang tak terhindarkan 1,00 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4. Penetapan Allowance Terhadap Proses Produksi Lanjutan No Jenis Proses Faktor Allowance Allowance Total 4 Pemarutan Mesin Kebutuhan pribadi : Pria 1,00 17,50 Tenaga yang dilakukan : Ringan 7,50 Sikap kerja : Berdiri diatas dua kaki 1,00 Gerakan kerja : Normal 0,00 Kelelahan mata : Pandangan yang terputus-putus 2,00 Keadaan temperatur : Tinggi 5,00 Keadaan atmosfer :Cukup 0,00 Keadaan lingkungan : Bersih 0,00 Hambatan yang tak terhindarkan 1,00 5 Pengepakan Kebutuhan pribadi : Pria 1,00 17,50 Tenaga yang dilakukan : Ringan 7,50 Sikap kerja : Berdiri diatas dua kaki 1,00 Gerakan kerja : Normal 0,00 Kelelahan mata : Pandangan yang terputus-putus 2,00 Keadaan temperatur : Tinggi 5,00 Keadaan atmosfer :Cukup 0,00 Keadaan lingkungan : Bersih 0,00 Hambatan yang tak terhindarkan 1,00 6 Pemindahan menggunakan forklift Kebutuhan pribadi : Pria 1,00 15,50 Tenaga yang dilakukan : Ringan 7,50 Sikap kerja : Duduk 1,00 Gerakan kerja : Normal 0,00 Kelelahan mata : Pandangan yang terputus-putus 0,00 Keadaan temperatur : Tinggi 5,00 Keadaan atmosfer :Cukup 0,00 Keadaan lingkungan : Bersih 0,00 Hambatan yang tak terhindarkan 1,00 7 Pemindahan manual Kebutuhan pribadi : Pria 1,00 23,00 Tenaga yang dilakukan : Sedang 15,00 Sikap kerja : Duduk 1,00 Gerakan kerja : Normal 0,00 Kelelahan mata : Pandangan yang terputus-putus 0,00 Keadaan temperatur : Tinggi 5,00 Keadaan atmosfer :Cukup 0,00 Keadaan lingkungan : Bersih 0,00 Hambatan yang tak terhindarkan 1,00 Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil Pengamatan PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry 5. Data faktor penyebab jumlah waste Berikut pengumpulan data perumusan fishbone diagram dan tabel five why. Tabel 5.5. Data Faktor Penyebab Waste Masalah Pemborosan Faktor Penyebab Menunggu pengukuran, pemotongan dan penimbangan Prosedur kerja tidak dilaksanakan dengan baik oleh operator stasiun Operator lambat dalam bekerja Menunggu untuk dimasukkan ke mesin press Operator mesin press tidak melaksanakan prosedur dengan baik Bahan menumpuk menunggu proses giliran untuk dikerjakan Operator tidak bekerja dengan usaha maksimal Menunggu untuk diparut oleh operator Pekerjaan dilakukan tidak sesuai dengan prosedur oleh operator pemarutan manual Operator terlihat sering duduk Menunggu untuk diparut dengan mesin Prosedur kerja tidak dijalankan penuh oleh operator Operator bekerja dengan lambat Menunggu untuk diangkut ke gudang bahan Prosedur tidak dilaksanakan dengan baik Operator tidak menyusun precured liner langsung setelah dikemas Sisa pemotongan bahan Prosedur kerja tidak dilaksanakan dengan baik oleh operator stasiun Operator kurang terampil Pengukuran tidak tidak dilakukan dengan baik Potongan-potongan sisa hasil pengukuran menjadi scrap Sisa bahan hasil pemarutan manual Pekerjaan dilakukan tidak sesuai dengan prosedur oleh operator pemarutan manual Operator mesin press tidak menjalankan prosedur kerja dengan baik Cetakan pada mesin press tidak tepat pola nya Hasil dari mesin pencetakan banyak tonjolan Sisa bahan hasil pemarutan mesin Prosedur kerja tidak dijalankan penuh oleh operator Operator bekerja dengan lambat Peralatan parutan manual tidak menghilangakan bahan berlebih secara keseluruhan Precured liner masih perlu diperhalus lagi Sumber: Hasil Wawancara PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Data Akar Permasalahan Faktor Penyebab Waste Masalah Pemborosan Data Akar Penyebab Permasalahan Menunggu pengukuran, pemotongan dan penimbangan Prosedur kerja tidak dilaksanakan dengan baik oleh operator stasiun, urgensi dari prosedur tidak dipahami oleh operator, kurangnya sosialisasi terkait prosedur terhadap operator stasiun, kurangnya pengawasan supervisor terhadap jalannya prosedur dan supervisor cendrung fokus pada hasil Operator lambat dalam bekerja, operator kurang cekatan, pengalaman dan pelatihan operator stasiun kurang mumpuni, konten pelatihan yang diadakan perusahaan tidak spesifik dan program pelatihan untuk karyawan tidak terprogram dengan baik Menunggu untuk dimasukkan ke mesin press Operator mesin press tidak melaksanakan prosedur dengan baik, operator mesin press tidak memahami prosedur yang harus dilaksanakan, sosialisasi yang minim terkait prosedur kerja operator mesin press, supervisor jarang mengawasi kerja operator mesin press dan supervisor tidak memprioritaskan proses yang sesuai prosedur Bahan menumpuk menunggu proses giliran untuk dikerjakan, bahan datang lebih cepat dari pada waktu yang dibutuhkan mesin untuk mencetak bunga, kapasitas mesin tidak sesuai dengan laju kedatangan produk, tidak adanya penyesuaian kapasitas mesin dan laju kedatangan bahan dan manajemen perusahaan belum melakukan tinjauan terhadap jumlah kebutuhan mesin Operator tidak bekerja dengan usaha maksimal, operator bekerja seolah tanpa motivasi, tidak ada program untuk meningkatkan etos kerja karyawan dan manajemen perusahaan belum memikirkan peningkatan etos kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja Menunggu untuk diparut oleh operator Pekerjaan dilakukan tidak sesuai dengan prosedur oleh operator pemarutan manual, operator tidak hafal dengan prosedur di stasiun kerjanya, pengenalan prosedur pada awal masuk tidak ada follow up nya, pengawasan jalannya prosedur operator pemarutan manual tidak berjalan maksimal dan pengawas terfokus pada output stasiun pemarutan manual Operator terlihat sering duduk, operator kelihatan lelah dalam bekerja, beban kerja operator pemarutan tidak sesuai dengan kapasitas individu, operator yang bekerja tergolong usia yang sudah tidak lagi muda, dan perusahaan tidak mempertimbangkan spesifikasi kerja dalam penempatan operator Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Data Akar Permasalahan Faktor Penyebab Waste Lanjutan Masalah Pemborosan Data Akar Penyebab Permasalahan Menunggu untuk diparut dengan mesin Prosedur kerja tidak dijalankan penuh oleh operator, operator bekerja sesuai dengan kebiasaannya, tidak ada penekanan terkait prosedur stasiun pemarutan mesin, supervisor kurang dalam hal pengawasan terhadap hal terkait prosedur dan pengawasan supervisor cendrung pada pelaporan hasil kerja stasiun pemarutan mesin Operator bekerja dengan lambat, operator kelihatan tidak cekatan dalam bekerja, operator sangat hati-hati dalam penggunaan mesin terhadap bahan, operator belum mahir dalam penggunaan mesin dan manajemen tidak mem follow up dengan baik pelatihan awal Menunggu untuk diangkut ke gudang bahan Prosedur tidak dilaksanakan dengan baik, perapian susunan procured liner tidak dilakasanakan segera setelah dikemas plastic, operator pengemasan tidak taat prosedur, sanksi tidak diberikan terhadap pelanggar prosedur dan pengawasan supervisor yang tidak maksimal Operator tidak menyu sun precured liner langsung setelah dikemas, operator melakukan kerja diluar prosedur yang ada, operator tidak paham urgensi dari prosedur dan manajemen belum menerapkan disiplin terhadap prosedur pada operator pengemasan Sisa pemotongan bahan Prosedur kerja tidak dilaksanakan dengan baik oleh operator stasiun, urgensi dari prosedur tidak dipahami oleh operator, kurangnya sosialisasi terkait prosedur terhadap operator stasiun, supervisor kurang dalam hal pengawasan terhadap hal terkait prosedur dan supervisor cendrung fokus pada hasil Operator kurang terampil, kurangnya pelatihan, operator tidak mendapatkan pelatihan yang cukup, kegiatan pelatihan tidak berkesinambungan dan fokus perusahaan adalah hasil produksi secara kuantitas Pengukuran tidak tidak dilakukan dengan baik, beberapa alat ukur memiliki presisi yang kurang baik, peralatan yang digunakan pada stasiun ini sederhana dan perusahaan tidak memperhatikan akurasi pengukuran di stasiun ini adalah hal yang urgen - Potongan-potongan sisa hasil pengukuran menjadi scrap, bahan baku yang masuk melebihi kebutuhan, tidak ada spesifikasi baku panjang dan masa compound sebagai bahan baku dan perusahaan tidak menentukan pembakuan spesifikasi yang ada Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Data Akar Permasalahan Faktor Penyebab Waste Lanjutan Masalah Pemborosan Data Akar Penyebab Permasalahan Sisa bahan hasil pemarutan manual Pekerjaan dilakukan tidak sesuai dengan prosedur oleh operator pemarutan manual, operator tidak hafal dengan prosedur di stasiun kerjanya, pengenalan prosedur pada awal masuk tidak ada follow up nya, pengawasan jalannya prosedur operator pemarutan manual tidak berjalan maksimal dan pengawas terfokus pada output stasiun pemarutan manual Operator mesin press tidak menjalankan prosedur kerja dengan baik, operator belum paham dan belum baik bekerja sebagaimana prosedur, operator tidak mempelajari prosedur pasca pengenalan awal, operator tidak terlatih menjadi karyawan yang disiplin dan penegakan disiplin bagi operator oleh perusahaan masih kurang Cetakan pada mesin press tidak tepat pola nya, pola ulir pada mesin cetak menimbulkan permukaan menonjol yang menjadi scrap, tersisa scrap pada saat pencetakan procure liner sebelumnya, setup mesin tidak dilakukan dengan baik dan tidak dilakukan inspeksi yang baik terhadap mesin press sebelum memasukkan bahan Hasil dari mesin pencetakan banyak tonjolan, takaran bahan yang berlebih, tidak ada takaran baku untuk compound dan karet tambahan, tidak ada nya pembakuan terkait takaran compound dan karet tambahan yang digunakan dan perusahaan belum merancang komposisi karet tambahan dan compound yang baku Sisa bahan hasil pemarutan mesin Prosedur kerja tidak dijalankan penuh oleh operator, operator bekerja sesuai dengan kebiasaannya, tidak ada penekanan terkait prosedur stasiun pemarutan mesin, supervisor kurang dalam hal pengawasan terhadap hal terkait prosedur dan pengawasan supervisor cendrung pada pelaporan hasil kerja stasiun pemarutan mesin Operator bekerja dengan lambat, operator kelihatan tidak cekatan dalam bekerja, operator sangat hati-hati dalam penggunaan mesin terhadap bahan, operator belum mahir dalam penggunaan mesin dan manajemen tidak mem follow up dengan baik pelatihan awal Peralatan parutan manual tidak menghilangakan bahan berlebih secara keseluruhan, peralatan pada pemarutan manual sederhana, peralatan sederhana tidak mampu memperhalus permukaan precured liner dan peralatan pemarutan manual tidak bisa memperhalus detil-detil kecil pada precured liner Precured liner masih perlu diperhalus lagi, masih terdapat tonjolan pada permukaan precured liner, tonjolan pada precured liner akan jadi scrap dan luaran pemarutan manual belum baik Sumber: Hasil Wawancara PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry Universitas Sumatera Utara 5. Data SIPOC Berikut adalah data SIPOC perusahaan disajikan pada Tabel 5.7. berikut Tabel 5.7. Data SIPOC Perusahaan Komponen Konten Supplier Departemen Masterbatch Input Compound dan karet tambahan Process Pengukuran, penimbangan, pemotongan, memberi pola pada bahan, pemarutan secara manual, pemarutan dengan mesin dan dikemas Output Precured Liner Customer Pabrik Ban Sumber: Hasil Wawancara PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry 6. Data tabel 5W1H Berikut adalah data untuk solusi umum perbaikan melalui tabel 5W1H disajikan pada Tabel 5.8. berikut. Tabel 5.8. Data Tabel 5W1H Jenis Pemborosan Saran Perbaikan WaitingDelay Meningkatkan perhatian supervisor terhadap prosedur kerja oleh operator dan peningkatan keterampilan operator melalui program pelatihan WaitingDelay Supervisor harus memberi prioritas tinggi terhadap prosedur kerja, melakukan tinjauan terhadap kebutuhan mesin dan perancangan program perusahaan yang meningkatkan etos kerja WaitingDelay Pengawasan terhadap aktivitas prosedural harus ditingkatkan dan melakukan job analysis WaitingDelay Supervisor mengawasi tidak hanya hasil pelaporan namun juga proses kerja dan tiap pelatihan dilakukan secara berkesinambungan dan memiliki follow up WaitingDelay Peningkatan pengawasan oleh supervisor untuk meningkatkan kedisiplinan Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8. Data Tabel 5W1H Lanjutan Jenis Pemborosan Saran Perbaikan Defective Products Pengawasan supervisor untuk meningkatkan kedisiplinan, memperhatikan akurasi pengukuran pembaruan alat dan membakukan spesifikasi detail terkait bahan yang diinginkan Defective Products Pengawasan supervisor untuk meningkatkan kedisiplinan, pembuatan lalu menerapkan prosedur baku setup mesin press dan perancangan standar komposisi baku Defective Products Meningkatkan pengawasan operator terhadap proses dan prosedur, pelatihan yang berkesinambungan, menganalisa alat pemarutan manual agar mampu memarut lebih halus Sumber: Hasil Wawancara PT. Kharisma Cakranusa Rubber Industry

5.2 Pengolahan Data