langsung pada proses produksi sehingga waktu menunggu dari bahan compound untuk dieksekusi dapat dihilangkan dan scrap yang dihasilkan juga berkurang.
Yang keempat melakukan job analysis terhadap Departemen Precured Liner agar terjadi keseimbangan antara beban kerja, jumlah pekerja dan
spesifikasi pekerja yang sesuai dengan beban kerja yang hendak diberikan kepada pekerja.
6.9. Analisis Estimasi Hasil Peningkatan Kecepatan Proses
Setelah dilakukan perbaikan maka hasil yang didapat yaitu lead time manufacturing sebesar 49,76 menit, berkurang 9,21 menit setelah sebelum
perbaikan sebesar 59,01 menit. Pada process cycle efficiency sebesar 54,52, dari hasil ini dapat dilihat terjadi peningkatan pada PCE sebesar 8,55 setelah sebelu
perbaikan senilai 45,97 . Hal ini disebabkan oleh pengurangan waktu pada aktivitas nonvalue added. Meningkatnya process cycle efficiency juga akan
meningkatkan kapabilitas proses.
Universitas Sumatera Utara
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengolahan data dan analisis pemecahan masalah maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Pada Departemen Precured Liner terdapat 8 item pemborosan pada 5
stasiun. Penggolongan pemborosan yaitu waitingdelay dan defective product. Pemborosan yang terjadi yaitu Menunggu pengukuran,
pemotongan dan penimbangan, Sisa pemotongan bahan, Menunggu untuk dimasukkan ke mesin press, Menunggu untuk diparut oleh operator, Sisa
bahan hasil pemarutan manual, Menunggu untuk diparut dengan mesin, Sisa bahan hasil pemarutan mesin dan Menunggu untuk diangkut ke
gudang bahan 2.
Process cycle efficiency awal 45,97 dan process cycle efficiency usulan 54,52 dimana terjadi peningkatan process cycle efficiency sebesar
8,55. Lead time awal yaitu 59,01 menit mengalami penurunan sebesar 9,21 menit menjadi 49,76 menit.
3. Usulan perbaikan Jika ditinjau dari manusia maka penyebabnya antara lain
manajemen belum menerapkan disiplin terhadap prosedur pada operator pengemasan, manajemen perusahaan belum memikirkan peningkatan etos
kerja untuk meningkatkan produktivitas kerja, program pelatihan untuk
Universitas Sumatera Utara
karyawan tidak
terprogram dengan
baik, perusahaan
tidak mempertimbangkan spesifikasi kerja dalam penempatan operator,
manajemen tidak mem follow up dengan baik pelatihan awal, fokus perusahaan adalah hasil produksi secara kuantitas, penegakan disiplin bagi
operator oleh perusahaan masih kurang. Jika ditinjau dari mesin maka akar permasalahan antara lain manajemen perusahaan belum melakukan
tinjauan terhadap jumlah kebutuhan mesin dan tidak dilakukan inspeksi yang baik terhadap mesin press sebelum memasukkan bahan. jika ditinjau
dari material penyebabnya antara lain perusahaan tidak menentukan pembakuan spesifikasi yang ada, luaran pemarutan manual belum baik dan
perusahaan tidak menentukan pembakuan spesifikasi yang ada.
7.2 Saran